Share

Keputusan Mengejutkan

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2025-08-11 21:03:04

Merasa harus menyelidiki lebih dalam, Wina mencoba bertanya lagi kepada sang resepsionis.

“Saya ingin tahu, siapa yang sering datang ke hotel ini? Nelson Gunadi atau Reinan Gunadi?”

Raut ragu tergambar di wajah sang resepsionis. “Maaf, Nona. Saya belum lama bekerja di sini, dan data tamu tidak dapat kami berikan begitu saja.”

Nada penolakan tersebut membuat rahang Wina mengeras. “Kalau begitu, saya ingin bicara dengan supervisor atau manajer hotel ini. Saya adik ipar dari Reinan Gunadi,” ujarnya tegas. “Alasan itu pula yang membuat saya mendapat voucher gratis menginap di sini.

Setelah Wina menyebutkan identitasnya, resepsionis itu tampak gugup. “Baik, Nona. Izinkan saya melapor terlebih dahulu.”

Tanpa menunda lagi, sang resepsionis bergegas mengangkat telepon, berbicara singkat dengan seseorang di seberang. Sementara itu, Wina berjalan menuju sofa lobi yang empuk. Ia duduk dengan sikap penuh percaya diri, jemarinya memilin ujung rambutnya berulang kali.

Pandangan Wina menyapu ruanga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Datanglah, Jika Kau Ingin Tahu!

    Esme tertegun, napasnya terasa berat. Reinan sudah lebih dulu memandangnya tanpa berkedip.Bagaimana mungkin Reinan mampu menebak isi pikirannya, padahal ia belum mengucapkan sepatah kata pun?Dengan kepala tertunduk, Esme berkata, “Aku… hanya merasa heran. Di kamar ini, ada sebuah piagam penghargaan dengan nama seorang wanita. Isabella.” Esme menelan ludah, mencoba tersenyum kecil agar tak terlihat cemburu. “Tadi di paviliun juga, kamu menerima telepon dari Isabella. Jadi, kupikir mungkin dia teman dekatmu atau semacamnya.”Ia sengaja tak menyebut kata “kekasih”. Nada bicaranya mengikuti gaya Reinan yang kekanakan, berhati-hati agar tak menyinggung. Akan tetapi, hatinya sendiri diliputi rasa ingin tahu yang tak tertahankan.Dalam beberapa detik Reinan menatap Esme, sebelum akhirnya tertawa ringan. “Kamu nggak mau aku punya teman cewek lain?” tanyanya dengan nada menggoda, seolah menikmati kegugupan Esme.Pertanyaan itu membuat Esme terdiam, ragu apakah harus menjawab atau mengalihk

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Esme Tak Dibutuhkan Lagi

    “Nggak boleh. Esme nggak boleh bekerja. Dia harus menemani aku,” tukas Reinan. Sebagai bentuk protes, ia meletakkan sendok di piring, sehingga menimbulkan bunyi dentingan yang memekakkan telinga.Melihat hal itu, semua yang ada di meja makan terkejut, tak terkecuali Esme. Ia tidak menyangka bahwa Reinan akan bereaksi sekeras itu untuk menentang keputusan ibunya.Pria itu mendorong kursinya ke belakang, bersiap berdiri, namun tangan Nyonya Tania segera menahan lengannya.“Mau ke mana, Rein? Makanmu belum selesai.”“Aku nggak mau makan di sini. Mama akan mengambil Esme dariku, lalu aku sendirian lagi,” ucapnya kesal, wajahnya merengut seperti anak kecil yang kehilangan mainan.“Jangan marah, Sayang,” bujuk ibunya lembut. “Mama hanya ingin Esme tidak berdiam diri di paviliun. Saat dia bekerja, kamu bisa bersama Kailash. Sore nanti, dia tetap menemanimu.”Nelson, yang duduk di seberang meja, ikut menimpali, “Benar, Rein. Esme hanya membuat parfum sebentar, lalu pulang.”“Pokoknya tetap ng

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Keputusan Mengejutkan

    Merasa harus menyelidiki lebih dalam, Wina mencoba bertanya lagi kepada sang resepsionis.“Saya ingin tahu, siapa yang sering datang ke hotel ini? Nelson Gunadi atau Reinan Gunadi?”Raut ragu tergambar di wajah sang resepsionis. “Maaf, Nona. Saya belum lama bekerja di sini, dan data tamu tidak dapat kami berikan begitu saja.”Nada penolakan tersebut membuat rahang Wina mengeras. “Kalau begitu, saya ingin bicara dengan supervisor atau manajer hotel ini. Saya adik ipar dari Reinan Gunadi,” ujarnya tegas. “Alasan itu pula yang membuat saya mendapat voucher gratis menginap di sini.Setelah Wina menyebutkan identitasnya, resepsionis itu tampak gugup. “Baik, Nona. Izinkan saya melapor terlebih dahulu.”Tanpa menunda lagi, sang resepsionis bergegas mengangkat telepon, berbicara singkat dengan seseorang di seberang. Sementara itu, Wina berjalan menuju sofa lobi yang empuk. Ia duduk dengan sikap penuh percaya diri, jemarinya memilin ujung rambutnya berulang kali. Pandangan Wina menyapu ruanga

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Penyelidikan Wina

    Langkah Bi Leli yang meninggalkan serambi paviliun, menyisakan kebimbangan di hati Esme. Kabar yang dibawanya barusan bukanlah hal yang ringan. Ia dan Reinan dipanggil ke mansion utama malam ini. Dugaan langsung memenuhi benak Esme: tentu ini ada kaitannya dengan rencana Nyonya Tania yang ingin menempatkannya di Gala Corp, sekaligus menjauhkan dirinya dari Reinan. Belum reda kekhawatiran mengenai sosok Isabella, masalah baru datang menekan. Pikiran Esme mengembara, seperti terombang-ambing di antara dua badai yang tak kunjung mereda. Sambil berdiri di ruang tengah, jemari Esme meremas sisi bantal. Tatapannya kosong terarah ke taman kecil di luar jendela.Di saat ia hanyut dalam lamunan, terdengar langkah kaki yang menuruni anak tangga. Tanpa sepatah kata pun, Reinan melangkah turun. Gerakannya hampir tak bersuara, seperti seekor kucing yang sedang mengintai mangsanya. Senyum nakal terbit di sudut bibir Reinan. Matanya menyipit penuh rencana. Ia menyelinap mendekat, dan tepat ketika

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Cemburu yang Manis

    Tak sepatah kata pun keluar dari bibir Reinan. Hening menyusup di antara mereka, terasa berat dan membekap udara. Isabella kembali membuka suara, nada bicaranya mantap.“Kenapa kamu diam, Rein? Aku bicara sungguh-sungguh. Setelah pagelaran fashion show ini selesai, aku akan pulang. Kita bisa menikah. Aku berjanji, kali ini aku nggak akan meninggalkanmu lagi.”Reinan menarik napas panjang. Dengan nada polos khasnya, ia menjawab, “Aku nggak mengerti maksudmu. Tapi, aku sudah punya istri. Kalau mau datang, kita masih bisa berteman.”Di seberang sana, Isabella tersenyum samar—senyum yang tak bisa terlihat oleh Reinan, tetapi terasa dalam suaranya.“Mungkin kamu belum mengerti, karena kita hanya berbicara lewat telepon. Nanti, setelah kita bertemu, aku akan membuatmu sadar, Rein. Tunggulah kedatanganku.”Nada mantap itu menjadi penutup percakapan. Bunyi ‘beep’ terakhir menggantung di telinga, meninggalkan Reinan dalam diam yang panjang. Wajahnya yang semula datar mulai menggelap.Kailash,

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Aku-lah Cintamu, Bukan Dia

    Mendengar nama ‘Isabella’, Esme sontak tertegun. Tangannya refleks menyentuh alat bantu dengar, mencoba memastikan bahwa telinganya tidak sedang mempermainkan pendengaran. Namun, gema nama itu terpatri begitu jelas.Sekejap ingatan Esme melayang pada sepasang cangkir keramik di apartemen Reinan. Salah satunya tercetak nama ‘Bella’ dengan ukiran halus, seolah dibuat untuk seseorang yang sangat istimewa.Hingga detik ini, Esme tidak pernah menanyakan siapa pemilik nama tersebut kepada Reinan. Namun, potongan-potongan yang semula tak berarti, kini sudah terangkai menjadi sebuah kepingan utuh.Hati Esme mendadak berdenyut perih. Ada rasa yang tak ia pahami—campuran getir, penasaran, dan tak rela. Ia bukan tipe wanita yang mudah cemburu, apalagi pada masa lalu seseorang. Hanya saja, perasaannya terhadap Isabella sangat berbeda. Esme yakin, Reinan dan gadis itu pernah memiliki kisah yang lebih dari sekadar teman. Isabella telah mengisi bagian hidup Reinan yang tak pernah ia sentuh. Dan dug

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status