Share

Disebut Murahan

Penulis: penuliskecil
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-27 16:08:36

Seminggu kemudian, Noah, Arzi, dan Diko akhirnya pulang setelah cukup lama berada di luar kota. Ketiganya segera mencari keberadaan orang-orang tersayang mereka.

Arzi tampaknya sangat paham dan tahu jika putrinya tidak sedang baik-baik saja. Untuk kali ini, ia segera menarik gadis itu menjauh dari sana.

"Ada apa, Sayang? Kamu sedang ada masalah apa, coba jelasin ke ayah sekarang..."

Pria itu mengelus puncak kepala Ai yang tengah menghadap ke arahnya. Seketika ia teringat akan pertanyaan Ian satu minggu yang lalu. 'Bagaimana dengan ayahmu?'

"Tidak ada, Ayah. Aku hanya sangat rindu pada Ayah. Dua minggu bukan waktu yang singkat loh, Yah."

Arzi tersenyum tipis sekarang. Sungguh, ia sangat merasa prihatin akan rasa rindu yang dirasakan oleh Ai sebab mereka tidak pernah berpisah selama itu sebelumnya. Dalam hati kecilnya, yang selalu ia khawatirkan setiap harinya adalah ketika ia meninggal nanti. Entah akan semenderita apa Ai tanpanya.

Oleh karena itu, tak jarang ia juga berusaha untuk segera mendapatkan pasangan hidup yang baik bagi gadis itu.

Ana tampak mendekat sekarang. Hal itu membuat jantung Ai berdetak sangat kencang. Bunyi detakan itu bahkan terdengar oleh Arzi yang merasa keheranan. Ia juga semakin bingung tatkala Ai terus menggeleng, berusaha menahan Ana.

"Om, ini undangannya," kata gadis itu yang dengan senang hati segera diterima oleh Arzi.

Tatkala ia benar-benar membaca, keningnya segera mengerut. Ia mencari keberadaan Ana yang tak lagi ada di dekatnya.

"Ai ... namamu kenapa ada di sini, Sayang? Ada nama Ian juga. Ini maksudnya apa?" tanyanya dengan nada yang sedikit meninggi tatkala panik menekan.

"Iya, Om. To the point saja, aku dan Ian sudah tidak ada hubungan lagi. Ai dan Ian yang akan menikah. Semoga bahagia setelah ini," ucap gadis itu masih terkesan bercanda.

"Ana, sudah bercandanya? Hentikan," ucap Noah yang tidak begitu senang akan apa yang baru saja ia dengar.

"Papa, aku serius. Tidak ada judul bercanda di ini. Aku bicara sesungguh-sungguhnya."

Arzi menatap Ai yang segera menitikkan air mata sekarang. Gadis itu berusaha memeluk sang ayah. Lidahnya bahkan terasa kelu, tak sanggup berkata-kata.

"Ai, apa ini?" tanya Arzi sekarang.

Noah yang juga merasa penasaran segera meraih kertas yang menjadi masalah sejak tadi. Ia memastikan sendiri.

"Ana, jelaskan pada papa, apa yang terjadi?!" Ia membentak anak gadisnya itu.

"Pa, aku juga bingung kenapa Ai selalu mendapatkan apa yang aku suka. Kalau memang dia mau, kenapa tidak sejak dulu saja? Kenapa setelah sedalam ini?" Ana angkat suara dengan nada yang sangat menyedihkan.

Noah segera membawa Ana pergi dari sana sekarang. Ia memang belum cukup paham akan apa yang tengah terjadi. Namun, membiarkan putrinya terus mengoceh dan berada di sana akan memperkeruh keadaan.

"Ai, apa itu benar?" tanya Arzi sekarang.

Bagi ayahnya, sebuah jawaban hanya tentang iya dan tidak. Pria itu tidak pernah menerima alasan apa pun sebelum mendengar jawaban kepastian.

"Iya, Ayah." Menjawab dengan nada suara yang sangat pelan.

Plakk! Tamparan itu mendarat di pipi kanan Ai.

Tak peduli seberapa kerasnya, yang paling menyakitkan saat ini adalah kenyataan jika Arzi benar-benar melakukan itu padanya. Untuk pertama kalinya selama ia hidup sebagai putri kesayangan ayahnya.

"Ayah sungguh tidak menyangka, Ai. Urus sendiri masalahmu. Jangan temui aku sampai hari itu," ujar Arzi merujuk ke hari pernikahan putrinya.

"Ayah? Ayah, dengarkan aku dulu," pinta Ai yang segera ditinggal pergi oleh Arzi.

Entah akan ke mana pria itu pergi, tapi yang pasti pikirannya begitu kacau sekarang. Hidupnya seolah sangat berantakan.

"Andai Ayah tau jika aku tidak pernah melakukannya," gumamnya sekarang.

***

Di sebuah taman, tampak jika Ai tampak sedang bersama seorang pria yang entah itu siapa. Hal itu menjadi bumerang bagi gadis itu ketika Ian mendekat.

Pria itu berdeham sebelum akhirnya mendekat menghampiri gadis itu. Ai terkesiap ketika menyadari kedatangan Ian.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan segera.

"Hah? Kenapa bertanya seperti itu? Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, kenapa ada di taman di jam segini bersama seorang pria pula. Siapa dia?"

"E-eh ... dia ... dia temanku." Ai buru-buru mendorong tubuh Ian untuk menjauh dari sana.

"Jangan begini, Ai. Seharusnya kamu juga memikirkan masalah kita sekarang. Bukannya malah sibuk pacaran di taman malam-malam begini. Memang dari dulu, kamu tuh sudah negatif vibes, yaa ... jangan sampai Ana mengulangi sebutan itu lagi padamu."

"Apa maksudmu?" tantang Ai yang merasa kesal.

"Murahan..."

"Berani-beraninya kamu berkata seperti itu!" teriak pria yang ditemui oleh Ai. Lelaki itu bahkan memberi pukulan yang tepat melukai pelipis Ian.

"Kenapa lagi ni bocah?" geram Ian yang menganggap lelaki itu masih dibawah umur tatkala ukuran tubuhnya yang lebih pendek dan memang kurus.

"Kenalin ... aku Danny Halburt, pacar Ai. Kita seumuran. Aku dosen di tempat kita kuliah dulu," terang pria itu setelah keduanya saling menjauh.

"Dan, sudah ... hentikan sampai di sini saja. Seperti yang sudah aku bilang di awal. Aku mau mengakhiri hubungan ini. Maaf jika harus membuatmu sangat tersiksa, tapi itu bukanlah mauku. Kejadian itu..." Ai tak sanggup melanjutkan penjelasannya.

"Ai?" panggil Danny sungguh tidak rela jika harus ada perpisahan di antara mereka.

"Sudah, Dan. Tidak ada yang bisa dilakukan. Aku memang tak lagi bisa bersamamu." Ai segera melangkah pergi hendak pulang setelahnya.

Danny terduduk lemas. Ia bahkan tidak sanggup lagi untuk bergerak sekadar mengantarkan gadis itu pulang. Ian kemudian mendekat, membuat pria itu segera berusaha menepis.

"Aku tidak ingin baku hantam. Hanya ingin bertanya, apa tidak ingin mengantarkan Ai pulang?"

Danny segera menggeleng dengan pasti. Ia juga memberikan tatapan sendunya.

"Kamu saja yang antarkan dia. Aku tidak bisa melakukan itu untuknya."

"Apa kamu seyakin itu? Apa kamu sudah rela jika Ai harus menikah dengan orang lain?"

Danny menggeleng sebelum akhirnya menjambak kencang rambut di kepalanya.

"Ada beberapa hal yang tak bisa aku gapai dan mungkin ini salah satunya. Jika kamu ingin mengantarkan dia, antarkan saja. Jika tidak, kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkan dia, taman ini miliknya."

Danny kemudian menyembunyikan kepalanya di tangan yang terlipat rapi, berusaha memeluk dirinya sendiri untuk mendapatkan ketenangan.

"Taman miliknya?" tanya Ian dengan nada pelan hingga tak terdengar oleh Danny. "Baiklah. Aku akan menghargaimu sebagai mantannya. Aku pulang sekarang dan selamat menggalau."

Tak memberikan jawaban, Ian malah terduduk di samping Danny. Untuk beberapa saat keduanya saling sibuk sebelum akhirnya Danny memberikan serangan secara tiba-tiba.

"Apa hubunganmu dengan Ai?" tanyanya dengan sorot mata tajam dan menakutkan.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
jess
Baca sampai bab 2 sudah bingung aku.
goodnovel comment avatar
Roziha Anwar
masa Ayahmu tnya enggak ceritain... bodoh amat si Ai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Deserve To Be Happy

    Ai mendapatkan kebahagiaannya sekarang. “Ada kalanya keluarga menjadi bagian terpenting dalam hidup. Namun, ada kalanya rasa iri menghancurkan segalanya tanpa mementingkan kepentingan kekeluargaan.”Ucapan itu terdengar nyaring membuat Ian mendongak. Ia sadar akan perbuatannya selama ini. Jika saja, ia tak menyakiti Ai dengan sengaja, mungkin hidupnya tak akan berakhir seperti ini.Wanita itu terlihat sangat menawan. Ia seolah jatuh cinta untuk kedua kalinya. Namun, kali ini berbeda. Rasa cinta itu tumbuh karena sikap dan sifat baik wanita itu.Danny juga mendekat sekarang. Walau ada rasa sesak di hati masing-masing. Namun, umur tua menambah tuntutan agar bersikap lebih dewasa dan mulai belajar untuk saling mengikhlaskan.“Kamu lihat, kan? Istriku cantik sekali. Wih, dia benar-benar membuatku jatuh cinta.”“Sudahlah, Dan. Akhiri omong kosongmu. Aku tau, kamu datang ke sini hanya untuk meledekku. Kamu ingin aku merasa sakit hati dengan apa yang kamu punya saat ini. No, hatiku sudah be

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Dua Tahun Kemudian

    Dua tahun kemudian, Danny dan Ai pertama kalinya mengunjungi rumah keluarga Mario yang kini terlihat baik-baik saja. Namun, terasa sangat sepi. Hal itu membuat mereka merasa penasaran."Ian sudah lama tidak tinggal di sini, semenjak istrinya menikah. Dia tinggal di perbatasan kota, di sana kan sepi," terang Rainy yang tengah menjamu tamunya."Dia tidak pernah pulang, Ma?" balas Ai yang tengah membantu mantan mertuanya itu."Ya, tidak pernah memang, Nak. Kami yang sering mengunjungi dia ke sana. Dia benar-benar belum ada niat untuk punya pengganti Ana juga sepertinya. Sampai sekarang belum juga ada kabar tuh tentang wanita yang dia dekati."Arzi yang baru ke luar dari toilet dan mendengar percakapan itu pun segera meluncur untuk bergabung. Berbeda dengan Danny dan Mario yang malah mengajak bermain sang anak."Keeano Halburt, kamu tampan sekali, Nak?" Rainy yang sudah tidak tahan ingin bicara dengan anak kecil itu pun segera berlari heboh kemudian menggendongnya. Semua orang ikut tersen

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Kepergian Ana

    Tiffany mengintip dari jauh, tentang apa yang sedang dilakukan oleh Rald sekarang. Pria itu terlihat sangat sibuk di dekat mobil keluarganya.Beberapa saat kemudian, ketika sang sopir sudah datang, ia buru-buru menjauh dari sana.Tiffany yang tau kelakuan pria itu pun segera mendekat."Loh, kok bannya bisa bocor begini, ya? Sepertinya ada yang sengaja, nih." Keluhan sang sopir yang tentu saja segera ditepis oleh Rald."Jangan banyak menuduh dan berpikiran buruk, Om. Tidak baik untuk kesehatan dan sekitar.""Tidak, Nak. Ini memang benar, tadi saya tinggal masih baik-baik saja, kok.""Ini minumannya, aku pulang duluan, ya?" ujar Tiffany yang tentu saja membuat Rald kaget.Ia punya firasat buruk tentang kelakuannya yang mungkin sudah disaksikan oleh gadis itu."Om, aku pulang duluan, ya. Om perbaiki mobil saja dulu, nanti jemput di rumah Bang Danny!"Ia juga segera berlari untuk mengejar Tiffany yang sudah pergi jauh meninggalkannya."Tiff, kamu lihat semuanya, ya?""Apanya yang aku liha

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Ikatan Batin Ayah dan Anak

    Sebulan telah berlalu, naluri seorang ayah terhadap putrinya tidak akan bisa terpatahkan begitu saja. Hal itulah yang sedang dirasakan oleh Ian sekarang. Ia membawa begitu banyak pakaian anak-anak bersama kedatangannya ke sana.Masih dengan jarak yang jauh, namun Ai sudah dapat melihat kedatangan pria itu. Ia yang memang masih merasakan trauma mendalam yang entah kapan sembuhnya pun segera menutup semua akses untuk kedatangan pria itu.Ai yang memang hanya tinggal bersama pembantunya tak dapat berbuat apa-apa selain menghindar. Tampak jika Ian tengah membuat penawaran sekarang. Bagaimana tidak, ia sangat takut jika tidak diberi kesempatan."Sudah, Bi. Suruh saja dia pergi. Aku tidak mau kalau dia datang ke sini, tidak suka." Perintah Ai yang dikirimkan lewat pesan wa itu membuat Ian semakin sedih. Ia segera berlutut sekarang."Ai, tolong beri aku kesempatan untuk melihat wajah putraku. Aku tidak mau dihantui rasa bersalah ini terus-terusan. Hidupku terasa sangat menderita, jadi tolon

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Lah, Pikiranmu?

    Danny buru-buru pindah ke rumah Arzi. Ia memang sengaja mengalah dalam hal itu agar lebih dekat dengan istri dan anaknya. Bagaimana pun, saat ini yang paling ia utamakan adalah kebahagiaan sang istri.Arzi tersenyum lebar ketika melihat kedekatan antara anak dan menantunya itu. Ia juga tidak terlalu mempermasalahkan apapun yang menjadi pilihan pasangan itu."Yah, ini Keeano tidak mau diam dan tenang. Sepertinya harus mandikan bundanya dulu." Pria itu segera memberikan anaknya kepada Arzi. "Aku bantu Ai mandi sebentar ya, Yah.""Iya, tenang saja. Serahkan pada ayah." Arzi segera bergerak ke luar dari ruangan keluarga kemudian mendekati sang istri yang tengah tersenyum menunggunya sekarang. Ia terpaku menatap arah dada istrinya yang cukup besar sebab mengalami pembengkakan."Hei, apa yang kamu lihat? Aku tidak suka pria genit ya, Dan.""No. Bukan itu masalahnya, Ai. Kenapa ukurannya malah semakin membesar? Ada masalah kah, kita periksakan ke dokter, yuk?"Ai menggeleng sambil tersenyum

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Lakukan yang Baik

    Sementara Ai, ia mengeluhkan rasa sakit yang teramat. Entah kenapa, pikirannya terus terbayang pada ibunya yang sekarang tak lagi bersama dengannya.Ia kemudian meminta sang ayah untuk menghubungi ibunya sebab bagaimana pun, wanita itu akan tetap menjadi orang yang paling berarti baginya sebab telah melahirkannya ke dunia ini."Ada kami di sini-""Om, please lakukan saja. Kita tidak tau bagaimana wanita menahan rasa sakit yang teramat ketika akan melahirkan. Aku bisa menjamin seratus persen kalau semuanya akan segera baik-baik saja setelah Ai mendengar suara Tante Elvina."Menyerah dan tidak ingin berdebat lebih panjang, Arzi pun melakukan hal itu. Dokter dan perawat yang menanganinya pun ikut bersuara. Mereka berbincang sekarang dan dalam hitungan menit, anak itu lahir ke dunia."Selamat, Bapak dan Ibu, anak kalian laki-laki. Dia sangat tampan," puji sang dokter membuat Ai merasa sangat penasaran."Kenapa jadi mirip sama kamu sih, Dan?" tanyanya sebelum akhirnya tak sadarkan diri.Se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status