Share

Undangan Pernikahan

Author: penuliskecil
last update Last Updated: 2022-07-27 12:02:50

"Ini untukmu, Ian. Sebentar, aku akan menemui Ai dulu. Aku akan memberikan untuknya juga." Ana berucap dengan santai tanpa peduli dengan rasa kacau yang dialami oleh pria itu sekarang.

"Apa? Apa ini?" tanya Ian yang tengah merapikan kemejanya. Memang sudah kebiasaan baginya untuk menggulung tangan kemejanya.

"Undangan."

"Undangan apa?" tanya Ian yang masih merasa penasaran.

"Undangan pernikahan. Memangnya undangan apa lagi? Masih mau bertanya pernikahan siapa? Pernikahanmu dengan Ai. Ini adalah sebuah acara yang sangat ditunggu-tunggu karena dua pengkhianat akan segera bersatu."

"Apa maksudmu, Ana?"

Ian baru menyadarinya sekarang. Ia buru-buru mendekat dan mengecek apa yang dikatakan oleh gadis yang sangat dicintainya itu.

"Omong kosong macam apa ini? Kamu pikir, pernikahan itu candaan? Bisa-bisanya kamu mencetak namaku dan orang lain di kertas ini tanpa sepengetahuanku?"

"Ketika kamu berkhianat, apa kamu juga minta izin padaku?"

Ian terbengong selama beberapa detik.

"Bukankah kamu sudah memaafkanku, Ana? Bukankah kamu sudah mendengar semua penjelasanku kemarin? Dan jawabanmu adalah ya, iya..."

"Ssst! Memang ... memang aku telah memaafkanmu, Ian. Memang benar jika aku mendengar penjelasanmu. Tapi, apakah itu semua dapat mengubah kenyataan yang ada? Kamu dan Ai memang telah bersetubuh, 'kan?"

Ian menjambak rambutnya sendiri. Ia tampak sangat frustasi sekarang.

"Ana, apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya jika aku sungguh tidak tau apa yang sebenarnya telah terjadi? Apalagi ... harus melakukan itu dengan Ai. Itu mustahil, Ana. Kamu sendiri juga tau bagaimana aku sangat mencintaimu. Aku bahkan tidak ingin ada wanita lain di dunia ini selain kamu. Aku-"

"Diamlah, Ian. Kamu juga harus belajar untuk mengerti orang lain. Kamu harus memahami bagaimana sakitnya aku sekarang. Sepuluh tahun kita pacaran, apa itu belum cukup untuk membuatku gila karena sebuah pengkhiatan? Tunangan ... kita juga sudah bertunangan, Ian. Lalu, bagaimana-"

"Ana, aku mohon..." Ian segera memeluk erat tubuh gadis itu dari belakang.

Satu hal yang biasanya selalu berhasil membuat Ana segera luluh. Namun, kali ini tidak. Gadis itu bergerak menepis tindakan Ian. Ia benar-benar telah merasa kecewa, sepertinya.

"Apa kamu benar-benar tidak ingin memperbaikinya lagi denganku, Ana?"

"Jangan egois, Ian. Kamu dan Ai memang sudah ditakdirkan untuk menikah. Dia adalah adikku. Bagaimanapun, aku juga tidak mau kalau dia hidup menderita ... oleh siapapun itu." Ana terdiam. 'Termasuk kamu,' batin gadis itu sekarang.

Diam dan senyap selama sepuluh menit lamanya sampai akhirnya Ian memutuskan sebuah keputusan yang sangat berat dan sulit.

"Baiklah. Aku terima kemauan kamu, Ana. Tapi, kamu harus dengar ini baik-baik. Aku menikah dengannya bukan karena kemauanku. Rasa cintaku padamu tidak akan pernah tergantikan dan ini semua ... demi kebahagiaanmu juga."

"Hm. Bagus." Ana menitikkan air mata sembari tersenyum pahit. Ah, semuanya sungguh sulit untuk dipercayai.

"Berikan aku pelukan sekarang."

"Pelukan apa lagi, Ian? Aku sudah bilang jangan ego-"

"Untuk terakhir kalinya," pinta Ian dengan nada sendu membuat mantan kekasihnya itu begitu terharu dan ikut sedih.

Dalam tangisan, keduanya sama-sama ambruk dalam pelukan perpisahan yang sangat menyakitkan. Perjuangan dan kebersamaan sepuluh tahun bukanlah sebuah hal yang mudah, apalagi jika ini adalah cinta pertama masing-masing.

"Aku pamit, Ian." Gadis itu meninggalkan satu undangan lagi di meja tanpa disadari oleh pria itu.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu membuat Ian terhenyak. Ia yang mengharapkan Ana kembali malah sangat dibuat terkejut.

"Ian?" panggil Ai yang tampak sangat kusut dan kusam.

"Ngapain kamu ke sini?"

"Aku mau memastikan..." Tak lagi melanjutkan kata-katanya, ia malah sibuk mencari undangan yang dimaksud oleh Ana. Kedua matanya bahkan terbelalak ketika mendapati namanya benar-benar ada di sana.

Gadis itu terduduk di lantai sekarang ini. Air matanya tak dapat ia tahankan, sungguh.

Masih belum sempat berkata apa-apa, Mario datang bersama Rainy.

"Ian, apa benar jika kamu batal menikah dengan Ana? Kamu malah akan menikah dengan gadis jahat ini?" tanya pria itu dengan nada penuh amarah.

"Ayah, hentikan!" teriak Ian.

Kedatangan ayahnya memang sangat tidak diharapkan karena hanya akan menambah beban pikiran.

"Diam, Ian. Ayah ingin bertanya padanya." Mario segera beralih pada Ai yang terbengong dengan wajah frustasinya sekarang. "Hei, apa yang kamu lakukan sampai sesukses itu menipu putraku? Kamu benar-benar pintar, ya? Itu memang sudah jelas. Sejak kecil, sifat licikmu itu sudah terbawa-bawa."

"Ayah, hentikan!" teriak Ian sekali lagi.

"Ian, jangan membentak ayahmu seperti itu." Rainy angkat suara yang malah hanya bisa memperkeruh suasana.

"Tante, diamlah! Aku atau siapapun di sini tidak ada yang mengundangmu untuk bicara. Diundang saja tidak, entah siapa kamu di sini."

Rainy terdiam dan mengeratkan cengkeraman tangannya di lengan suaminya. Mario bisa paham akan perasaan wanita itu sekarang.

"Sudahlah, jangan bahas yang lain. Aku hanya ingin menyampaikan rasa kecewaku padamu, Ian. Aku sungguh tidak menyangka jika kamu akan sanggup mempermainkan hubungan yang sudah begitu lamanya. Sifat burukmu yang ini tidak turun dariku."

Ian menjadi sangat kesal sekarang. "Aku tidak butuh rasa kecewamu, Ayah. Bahkan jika saja boleh, aku hanya ingin menempatkan kalian berdua sebagai tamu di pernikahanku."

Jawaban Ian sangat tidak diharapkan oleh Mario. Sesungguhnya, tujuan utamanya untuk datang ke mari adalah menunjukkan rasa pedulinya pada Ian. Namun, masalah antara Rainy dengan putranya yang selalu terbawa dan kembali mengundang masalah baru.

"Ai, bagaimana kamu akan menjelaskan ini pada ayahmu? Apa dia masih dijamin baik-baik saja setelah mengetahui kenyataan bahwa putrinya adalah perempuan tidak benar?"

Ai yang hendak melangkah pergi dari sana harus terhenti karena ucapan menyakitkan dari Mario. Kali ini, ia dengan berani menatap tajam ke arah pria itu.

"Jika tidak suka dengan pernikahan ini, maka berusaha jugalah untuk merusaknya. Anda juga harus tau jika aku tidak bisa bahagia bahkan masih membayangkan kita akan menjadi sebuah keluarga."

"Apa mulutmu benar-benar berani mengeluarkan kalimat seperti itu?" Mario benar-benar tidak percaya.

Berbeda sekali dengan Ian yang tampak senang. Ia tak harus banyak bicara untuk melawan sang ayah yang selalu berlawanan dengannya.

"Kita pergi dari sini, Mas," ajak Rainy. Bagaimana pun, ia juga takut jika suaminya kenapa-kenapa setelah berpikir terlalu keras.

"Bagus. Mereka telah pergi!" celetuk Ian segera kembali ke mejanya sekarang.

"Bagaimana sekarang? Apa kamu akan sepaket dengan ayahmu?"

"Sepaket?"

"Sepaket untuk membatalkan pernikahan ini. Jangan menyulitkan hidupku dengan kejadian konyol yang entah ulah siapa," geram Ai yang sangat penasaran.

"Maaf, tapi aku juga tidak bahagia. Jangan bersikap seolah kamu adalah korbannya. Jangan mengundang perseteruan yang membuat kita menjadi musuh kembali seperti dulu."

"Kita memang akan selalu menjadi musuh!" tegas Ai. Tatapan matanya yang tajam ia mainkan sekarang.

"Bagaimana dengan ayahmu?"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Deserve To Be Happy

    Ai mendapatkan kebahagiaannya sekarang. “Ada kalanya keluarga menjadi bagian terpenting dalam hidup. Namun, ada kalanya rasa iri menghancurkan segalanya tanpa mementingkan kepentingan kekeluargaan.”Ucapan itu terdengar nyaring membuat Ian mendongak. Ia sadar akan perbuatannya selama ini. Jika saja, ia tak menyakiti Ai dengan sengaja, mungkin hidupnya tak akan berakhir seperti ini.Wanita itu terlihat sangat menawan. Ia seolah jatuh cinta untuk kedua kalinya. Namun, kali ini berbeda. Rasa cinta itu tumbuh karena sikap dan sifat baik wanita itu.Danny juga mendekat sekarang. Walau ada rasa sesak di hati masing-masing. Namun, umur tua menambah tuntutan agar bersikap lebih dewasa dan mulai belajar untuk saling mengikhlaskan.“Kamu lihat, kan? Istriku cantik sekali. Wih, dia benar-benar membuatku jatuh cinta.”“Sudahlah, Dan. Akhiri omong kosongmu. Aku tau, kamu datang ke sini hanya untuk meledekku. Kamu ingin aku merasa sakit hati dengan apa yang kamu punya saat ini. No, hatiku sudah be

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Dua Tahun Kemudian

    Dua tahun kemudian, Danny dan Ai pertama kalinya mengunjungi rumah keluarga Mario yang kini terlihat baik-baik saja. Namun, terasa sangat sepi. Hal itu membuat mereka merasa penasaran."Ian sudah lama tidak tinggal di sini, semenjak istrinya menikah. Dia tinggal di perbatasan kota, di sana kan sepi," terang Rainy yang tengah menjamu tamunya."Dia tidak pernah pulang, Ma?" balas Ai yang tengah membantu mantan mertuanya itu."Ya, tidak pernah memang, Nak. Kami yang sering mengunjungi dia ke sana. Dia benar-benar belum ada niat untuk punya pengganti Ana juga sepertinya. Sampai sekarang belum juga ada kabar tuh tentang wanita yang dia dekati."Arzi yang baru ke luar dari toilet dan mendengar percakapan itu pun segera meluncur untuk bergabung. Berbeda dengan Danny dan Mario yang malah mengajak bermain sang anak."Keeano Halburt, kamu tampan sekali, Nak?" Rainy yang sudah tidak tahan ingin bicara dengan anak kecil itu pun segera berlari heboh kemudian menggendongnya. Semua orang ikut tersen

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Kepergian Ana

    Tiffany mengintip dari jauh, tentang apa yang sedang dilakukan oleh Rald sekarang. Pria itu terlihat sangat sibuk di dekat mobil keluarganya.Beberapa saat kemudian, ketika sang sopir sudah datang, ia buru-buru menjauh dari sana.Tiffany yang tau kelakuan pria itu pun segera mendekat."Loh, kok bannya bisa bocor begini, ya? Sepertinya ada yang sengaja, nih." Keluhan sang sopir yang tentu saja segera ditepis oleh Rald."Jangan banyak menuduh dan berpikiran buruk, Om. Tidak baik untuk kesehatan dan sekitar.""Tidak, Nak. Ini memang benar, tadi saya tinggal masih baik-baik saja, kok.""Ini minumannya, aku pulang duluan, ya?" ujar Tiffany yang tentu saja membuat Rald kaget.Ia punya firasat buruk tentang kelakuannya yang mungkin sudah disaksikan oleh gadis itu."Om, aku pulang duluan, ya. Om perbaiki mobil saja dulu, nanti jemput di rumah Bang Danny!"Ia juga segera berlari untuk mengejar Tiffany yang sudah pergi jauh meninggalkannya."Tiff, kamu lihat semuanya, ya?""Apanya yang aku liha

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Ikatan Batin Ayah dan Anak

    Sebulan telah berlalu, naluri seorang ayah terhadap putrinya tidak akan bisa terpatahkan begitu saja. Hal itulah yang sedang dirasakan oleh Ian sekarang. Ia membawa begitu banyak pakaian anak-anak bersama kedatangannya ke sana.Masih dengan jarak yang jauh, namun Ai sudah dapat melihat kedatangan pria itu. Ia yang memang masih merasakan trauma mendalam yang entah kapan sembuhnya pun segera menutup semua akses untuk kedatangan pria itu.Ai yang memang hanya tinggal bersama pembantunya tak dapat berbuat apa-apa selain menghindar. Tampak jika Ian tengah membuat penawaran sekarang. Bagaimana tidak, ia sangat takut jika tidak diberi kesempatan."Sudah, Bi. Suruh saja dia pergi. Aku tidak mau kalau dia datang ke sini, tidak suka." Perintah Ai yang dikirimkan lewat pesan wa itu membuat Ian semakin sedih. Ia segera berlutut sekarang."Ai, tolong beri aku kesempatan untuk melihat wajah putraku. Aku tidak mau dihantui rasa bersalah ini terus-terusan. Hidupku terasa sangat menderita, jadi tolon

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Lah, Pikiranmu?

    Danny buru-buru pindah ke rumah Arzi. Ia memang sengaja mengalah dalam hal itu agar lebih dekat dengan istri dan anaknya. Bagaimana pun, saat ini yang paling ia utamakan adalah kebahagiaan sang istri.Arzi tersenyum lebar ketika melihat kedekatan antara anak dan menantunya itu. Ia juga tidak terlalu mempermasalahkan apapun yang menjadi pilihan pasangan itu."Yah, ini Keeano tidak mau diam dan tenang. Sepertinya harus mandikan bundanya dulu." Pria itu segera memberikan anaknya kepada Arzi. "Aku bantu Ai mandi sebentar ya, Yah.""Iya, tenang saja. Serahkan pada ayah." Arzi segera bergerak ke luar dari ruangan keluarga kemudian mendekati sang istri yang tengah tersenyum menunggunya sekarang. Ia terpaku menatap arah dada istrinya yang cukup besar sebab mengalami pembengkakan."Hei, apa yang kamu lihat? Aku tidak suka pria genit ya, Dan.""No. Bukan itu masalahnya, Ai. Kenapa ukurannya malah semakin membesar? Ada masalah kah, kita periksakan ke dokter, yuk?"Ai menggeleng sambil tersenyum

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Lakukan yang Baik

    Sementara Ai, ia mengeluhkan rasa sakit yang teramat. Entah kenapa, pikirannya terus terbayang pada ibunya yang sekarang tak lagi bersama dengannya.Ia kemudian meminta sang ayah untuk menghubungi ibunya sebab bagaimana pun, wanita itu akan tetap menjadi orang yang paling berarti baginya sebab telah melahirkannya ke dunia ini."Ada kami di sini-""Om, please lakukan saja. Kita tidak tau bagaimana wanita menahan rasa sakit yang teramat ketika akan melahirkan. Aku bisa menjamin seratus persen kalau semuanya akan segera baik-baik saja setelah Ai mendengar suara Tante Elvina."Menyerah dan tidak ingin berdebat lebih panjang, Arzi pun melakukan hal itu. Dokter dan perawat yang menanganinya pun ikut bersuara. Mereka berbincang sekarang dan dalam hitungan menit, anak itu lahir ke dunia."Selamat, Bapak dan Ibu, anak kalian laki-laki. Dia sangat tampan," puji sang dokter membuat Ai merasa sangat penasaran."Kenapa jadi mirip sama kamu sih, Dan?" tanyanya sebelum akhirnya tak sadarkan diri.Se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status