Share

Suamiku Direbut Kakak Tiriku
Suamiku Direbut Kakak Tiriku
Penulis: penuliskecil

Merebut Tunangan

Penulis: penuliskecil
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-27 12:00:56

"Ap-apa yang kamu lakukan di sini, Ai? Kenapa kamu bisa ada di sini?!" teriak Ana menggila ketika mendapati saudara tirinya tengah bersama calon suaminya di satu kamar.

Ia sangat frustasi dan hampir gila sekarang. Sungguh, ini tak dapat dipercaya begitu saja.

Ai yang hanya menggunakan tanktop hitam itu pun segera menutupi tubuhnya. Ia bahkan baru sadar jika sekarang hanya menggunakan benda itu. Ada apa? Bagaimana bisa ini terjadi?

Tatkala ia hendak memungut pakaiannya yang baru saja ia lihat, tangannya segera diinjak sengaja oleh Ana. Oh, tentu saja rasanya sangat sakit.

"Sssh, sakit. Jangan lakukan ini, Ana," pintanya ketika salah satu tangannya masih berusaha menutupi bagian tubuhnya.

"Gila kamu! Masih bisa merengek kesakitan setelah apa yang kamu lakukan padaku?" balas Ana yang semakin menyakiti tangan Ai. Ia menginjak-injak tangan itu hingga sedikit mengeluarkan darah.

Setelah dirasa puas, ia segera menyiram Ian agar segera bangun dari ketidaksadarannya. Entah apa yang terjadi pada pria itu sehingga bahkan belum sadar walau sedang ada keributan.

Ian menatap Ai dan Ana dengan penuh keheranan. Ia mengerutkan kening dan masih berusaha mengingat kejadian sebenarnya.

"Kenapa? Mau bilang tidak tau apa-apa juga? Mau bilang kalau kamu korban di sini? Dasar stress kalian berdua. Gila!" teriak Ana frustasi dan mulai menangis.

Ia benar-benar tidak dapat menahan rasa marah dan kecewasanya sekarang ini.

"Ana, aku benar-benar tidak tau apa yang telah terjadi. Sungguh..." Ian memberi keyakinan pada gadis itu agar tidak menyatakan sebuah hal yang sangat ia takuti, sebuah perpisahan.

"Kamu menikahlah dengan perempuan jalang ini. Kalau tidak, aku akan bunuh diri." Ana bahkan sudah memposisikan sebuah gunting ke arah perutnya.

Ian tampak sangat bingung sekarang. Begitu juga dengan Ai yang tak jauh berbeda. Gadis itu segera memberikan tangannya. Ia rela jika harus menjadi bahan pelampiasan adik tirinya, daripada harus melukai diri sendiri.

"Tidak! Aku hanya ingin kalian berdua janji untuk menikah!" teriak Ana yang masih menangis tersedu-sedu.

"Okey, okey. Aku iyakan permintaan kamu, Ana. Tapi jauhkan itu, jauhkan benda itu sekarang juga." Ian merasa sangat takut sekarang. Wajahnya bahkan berubah masam.

"Janji?" tanya Ana untuk memastikan.

"Janji." Ian segera membuat janji yang padahal tak pernah benar-benar tulus dari hatinya.

"Ian?" pekik Ai tak dapat percaya.

Setelah mendapat kepastian itu, tubuh Ana segera ambruk. Ia pingsan. Ai juga berlari pergi dari sana. Ia berlalu dengan sejuta kebingungan di kepalanya.

***

"Ai, apa itu benar?" tanya wanita itu tengah membersihkan luka di tangan Ai sekarang.

Gadis itu segera menangis dalam pelukan Ica. Bagaimana tidak, ia yang bahkan adalah korban harus menjadi korban lagi ketika harus menikah dengan Ian yang notabene adalah tunangan Ana.

"Tante percaya, kan, denganku? Aku tidak pernah melakukan hal seperti itu, Tante. Tidak pernah kepikiran untuk hal semacam itu sama sekali," terang Ai dalam isak tangisnya.

Ica hanya bisa terdiam sekarang. Tak banyak yang bisa ia lakukan selain mencoba menenangkan gadis ini. Dalam hati kecilnya, ia juga lebih banyak mempercayai jika tidak mungkin Ana yang menyusun rencana seperti itu. Ana adalah korban yang sebenarnya.

"Apa aku harus benar-benar menikah dengannya?" tanya Ai dengan penuh kebimbangan.

"Harus, Sayang. Bukan hanya satu dua orang saja yang telah melihat kalian tidur berdua dalam keadaan seperti itu di sana. Jika bukan Ana yang mengusir kalian, mungkin kalian berdua sudah habis diamuk warga."

Ai terdiam sekarang. Dalam benaknya, daripada harus menikah dengan Ian, lebih baik saja ia diamuk warga, tak peduli seberapa sakit yang akan ia dapat.

"Yang paling membingungkan sekarang adalah cara menyampaikan pada mereka," lanjut Ica yang baru saja mendapat panggilan video grup dari keluarganya.

"Di mana Ana dan Ai, kenapa mereka tidak bisa dihubungi?" tanya Noah dan Arzi hampir bersamaan.

"Iya, ke mana mereka berdua. Aku sudah berusaha menghubungi Ai, tapi tidak ada kabar. Ian juga begitu. Ada apa dengan mereka bertiga?" tanya Arzi sekarang.

"Ayah, ini aku ... aku di sini. Hehe..." Ai segera menampakkan diri dengan senyum melebar yang dibuat-buat.

"Kenapa matamu bengkak?" tanya kedua orang itu bersama-sama sekarang.

"Astaga. Dia jatuh tadi, makanya menangis. Tapi tenang saja, sudah aku beri pertolongan, kok." Ica segera memberikan keterangan yang dapat meminimalisir pikiran buruk kedua orangtua itu.

"Kami akan pulang seminggu lagi. Kalian berdua mau oleh-oleh apa, nih?" tanya Noah dengan kamera yang tergeser ke sana ke mari.

"Bisa diam saja tidak? Mataku sakit melihat kameramu yang geser ke sana ke mari," omel Ica sangat tidak suka dengan tingkah Noah yang kekanak-kanakan.

"Tidak. Diam dan tunggu saja." Noah bergerak lasak yang ternyata menuju kamar Diko.

Pria itu tampak tidur sangat pulas, bahkan sampai tidak sadar jika ada orang yang masuk ke ruangannya.

"Bagaimana kalau ada wanita lain yang tiba-tiba masuk coba?" ujar Noah asal-asalan.

"Jangan bicara sembarangan, Bang. Pamali," kesal Ica sekarang.

"Iyalah tuh. Kalian berdua mau oleh-oleh apa tadi?" tanya Noah kembali mengingatkan.

"Kenapa kalian hanya menanyakan mereka saja? Aku dan Ian memangnya tidak?" tanya Ana yang kedatangannya membawa kehebohan.

Ai yang baru saja sadar akan kehadiran kedua orang itu pun bergerak jauh seketika. Ia bahkan tidak sadar jika hal itu benar-benar terjadi sekarang.

"Ada apa, Ai? Apa Ana mengganggumu lagi?" tanya Arzi yang sedang makan sekarang.

"E-eh, tidak ada apa-apa, Ayah. Aku hanya ingin mengambil cemilan saja," jawab Ai dengan segera.

Ia menutupi rasa takut dan canggungnya dengan cara yang tak biasa. Kali ini, ia juga terlihat berbeda sebab banyak bicara sekali. Mungkin, itu adalah salah satu cara untuk dapat menyelamatkan diri.

"Kalau ada apa-apa, jangan segan untuk langsung cerita padaku ya, Nak," kata Arzi yang tampak sadar akan perubahan sikap putrinya itu.

"Sok baik sekali kamu. Memangnya hanya padamu saja Ai bisa cerita? Masih ada om ya, Ai. Papa keduamu," decit Noah yang tidak mau kalah.

"Dasar iri dengki!" ledek Ica dan Ana seketika.

"Aku minta izin untuk pulang." Ian angkat suara dan segera berlalu tanpa mendengarkan basa-basi lebih banyak lagi.

"Mata kamu juga bengkak, Ana. Ada apa ini? Ada apa sebenarnya? Apa kamu sedang ada masalah dengan Ian?" tanya Noah dengan begitu cerewet.

"Ah, sudahlah, sudahlah. Maklum saja, dia tidak pernah muda. Dia terlalu cepat jadi om-om," decit Ica yang tak mau masalah itu semakin panjang.

"Atau jangan-jangan kalian berdua yang sedang bermasalah?" tanya Arzi yang merasa curiga pada Ai dan Ana.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Deserve To Be Happy

    Ai mendapatkan kebahagiaannya sekarang. “Ada kalanya keluarga menjadi bagian terpenting dalam hidup. Namun, ada kalanya rasa iri menghancurkan segalanya tanpa mementingkan kepentingan kekeluargaan.”Ucapan itu terdengar nyaring membuat Ian mendongak. Ia sadar akan perbuatannya selama ini. Jika saja, ia tak menyakiti Ai dengan sengaja, mungkin hidupnya tak akan berakhir seperti ini.Wanita itu terlihat sangat menawan. Ia seolah jatuh cinta untuk kedua kalinya. Namun, kali ini berbeda. Rasa cinta itu tumbuh karena sikap dan sifat baik wanita itu.Danny juga mendekat sekarang. Walau ada rasa sesak di hati masing-masing. Namun, umur tua menambah tuntutan agar bersikap lebih dewasa dan mulai belajar untuk saling mengikhlaskan.“Kamu lihat, kan? Istriku cantik sekali. Wih, dia benar-benar membuatku jatuh cinta.”“Sudahlah, Dan. Akhiri omong kosongmu. Aku tau, kamu datang ke sini hanya untuk meledekku. Kamu ingin aku merasa sakit hati dengan apa yang kamu punya saat ini. No, hatiku sudah be

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Dua Tahun Kemudian

    Dua tahun kemudian, Danny dan Ai pertama kalinya mengunjungi rumah keluarga Mario yang kini terlihat baik-baik saja. Namun, terasa sangat sepi. Hal itu membuat mereka merasa penasaran."Ian sudah lama tidak tinggal di sini, semenjak istrinya menikah. Dia tinggal di perbatasan kota, di sana kan sepi," terang Rainy yang tengah menjamu tamunya."Dia tidak pernah pulang, Ma?" balas Ai yang tengah membantu mantan mertuanya itu."Ya, tidak pernah memang, Nak. Kami yang sering mengunjungi dia ke sana. Dia benar-benar belum ada niat untuk punya pengganti Ana juga sepertinya. Sampai sekarang belum juga ada kabar tuh tentang wanita yang dia dekati."Arzi yang baru ke luar dari toilet dan mendengar percakapan itu pun segera meluncur untuk bergabung. Berbeda dengan Danny dan Mario yang malah mengajak bermain sang anak."Keeano Halburt, kamu tampan sekali, Nak?" Rainy yang sudah tidak tahan ingin bicara dengan anak kecil itu pun segera berlari heboh kemudian menggendongnya. Semua orang ikut tersen

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Kepergian Ana

    Tiffany mengintip dari jauh, tentang apa yang sedang dilakukan oleh Rald sekarang. Pria itu terlihat sangat sibuk di dekat mobil keluarganya.Beberapa saat kemudian, ketika sang sopir sudah datang, ia buru-buru menjauh dari sana.Tiffany yang tau kelakuan pria itu pun segera mendekat."Loh, kok bannya bisa bocor begini, ya? Sepertinya ada yang sengaja, nih." Keluhan sang sopir yang tentu saja segera ditepis oleh Rald."Jangan banyak menuduh dan berpikiran buruk, Om. Tidak baik untuk kesehatan dan sekitar.""Tidak, Nak. Ini memang benar, tadi saya tinggal masih baik-baik saja, kok.""Ini minumannya, aku pulang duluan, ya?" ujar Tiffany yang tentu saja membuat Rald kaget.Ia punya firasat buruk tentang kelakuannya yang mungkin sudah disaksikan oleh gadis itu."Om, aku pulang duluan, ya. Om perbaiki mobil saja dulu, nanti jemput di rumah Bang Danny!"Ia juga segera berlari untuk mengejar Tiffany yang sudah pergi jauh meninggalkannya."Tiff, kamu lihat semuanya, ya?""Apanya yang aku liha

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Ikatan Batin Ayah dan Anak

    Sebulan telah berlalu, naluri seorang ayah terhadap putrinya tidak akan bisa terpatahkan begitu saja. Hal itulah yang sedang dirasakan oleh Ian sekarang. Ia membawa begitu banyak pakaian anak-anak bersama kedatangannya ke sana.Masih dengan jarak yang jauh, namun Ai sudah dapat melihat kedatangan pria itu. Ia yang memang masih merasakan trauma mendalam yang entah kapan sembuhnya pun segera menutup semua akses untuk kedatangan pria itu.Ai yang memang hanya tinggal bersama pembantunya tak dapat berbuat apa-apa selain menghindar. Tampak jika Ian tengah membuat penawaran sekarang. Bagaimana tidak, ia sangat takut jika tidak diberi kesempatan."Sudah, Bi. Suruh saja dia pergi. Aku tidak mau kalau dia datang ke sini, tidak suka." Perintah Ai yang dikirimkan lewat pesan wa itu membuat Ian semakin sedih. Ia segera berlutut sekarang."Ai, tolong beri aku kesempatan untuk melihat wajah putraku. Aku tidak mau dihantui rasa bersalah ini terus-terusan. Hidupku terasa sangat menderita, jadi tolon

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Lah, Pikiranmu?

    Danny buru-buru pindah ke rumah Arzi. Ia memang sengaja mengalah dalam hal itu agar lebih dekat dengan istri dan anaknya. Bagaimana pun, saat ini yang paling ia utamakan adalah kebahagiaan sang istri.Arzi tersenyum lebar ketika melihat kedekatan antara anak dan menantunya itu. Ia juga tidak terlalu mempermasalahkan apapun yang menjadi pilihan pasangan itu."Yah, ini Keeano tidak mau diam dan tenang. Sepertinya harus mandikan bundanya dulu." Pria itu segera memberikan anaknya kepada Arzi. "Aku bantu Ai mandi sebentar ya, Yah.""Iya, tenang saja. Serahkan pada ayah." Arzi segera bergerak ke luar dari ruangan keluarga kemudian mendekati sang istri yang tengah tersenyum menunggunya sekarang. Ia terpaku menatap arah dada istrinya yang cukup besar sebab mengalami pembengkakan."Hei, apa yang kamu lihat? Aku tidak suka pria genit ya, Dan.""No. Bukan itu masalahnya, Ai. Kenapa ukurannya malah semakin membesar? Ada masalah kah, kita periksakan ke dokter, yuk?"Ai menggeleng sambil tersenyum

  • Suamiku Direbut Kakak Tiriku   Lakukan yang Baik

    Sementara Ai, ia mengeluhkan rasa sakit yang teramat. Entah kenapa, pikirannya terus terbayang pada ibunya yang sekarang tak lagi bersama dengannya.Ia kemudian meminta sang ayah untuk menghubungi ibunya sebab bagaimana pun, wanita itu akan tetap menjadi orang yang paling berarti baginya sebab telah melahirkannya ke dunia ini."Ada kami di sini-""Om, please lakukan saja. Kita tidak tau bagaimana wanita menahan rasa sakit yang teramat ketika akan melahirkan. Aku bisa menjamin seratus persen kalau semuanya akan segera baik-baik saja setelah Ai mendengar suara Tante Elvina."Menyerah dan tidak ingin berdebat lebih panjang, Arzi pun melakukan hal itu. Dokter dan perawat yang menanganinya pun ikut bersuara. Mereka berbincang sekarang dan dalam hitungan menit, anak itu lahir ke dunia."Selamat, Bapak dan Ibu, anak kalian laki-laki. Dia sangat tampan," puji sang dokter membuat Ai merasa sangat penasaran."Kenapa jadi mirip sama kamu sih, Dan?" tanyanya sebelum akhirnya tak sadarkan diri.Se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status