Share

BAB 3 - Mabuk

Tengah malam, lekas setelah dia dan Ayu bertengkar hebat. Jovan pergi mengendarai mobilnya, membelah cuaca dingin dan menuju dengan cepat ke suatu tempat. Dia tahu betul pasti lelaki yang dia incar ada di sana.

Bar IU, sebuah Bar Fancy yang dikelola oleh Marcel.

Turun dari mobilnya, Jovan dengan napasnya yang memburu melangkah tanpa ragu memasuki Bar itu. Dia melihat Marcel yang tengah tertawa sembari berbincang dengan para pembeli. “Sialan itu, masih bisa ketawa ya lo!”

“Jovan? Ada apa nih, tengah malem begini. Ada masalah a-“ kata-kata Marcel tercekat ketika Jovan dengan segera menarik kerah kemejanya.

Lelaki itu terkejut melihat tindakan Jovan, dilihat oleh banyak orang rasanya akan memicu keributan. Marcel harus berkepala dingin di saat seperti ini.

“Wih, santai ... santai. Lo kenapa, Bro?” tanya Marcel.

“Ada hubungan apa lo sama istri gue?!” tanya Jovan, nadanya pelan tetapi langsung menusuk pada sasarannya.

Mengerti pada arah pembicaraannya, Marcel melepaskan tangan Jovan dan merangkulnya menuju ruangan privat dirinya.

“Kita bicarain di ruangan gue.”

Jovan menurut dan ikut melangkahkan kaki menuju ruang privat Marcel.

“Lepasin!” ucap Jovan kasar.

Marcel bingung, ada apa dengan kawannya ini. Tidak biasanya melihat Jovan semarah ini, selain ketika dia sedang mabuk.

“Lo nggak mabuk kan?” tanya Marcel ragu-ragu.

“Dengan kesadaran penuh, sekali lagi gue tanya. Ada hubungan apa lo sama Ayu?” tanya Jovan dengan mata yang memerah.

Marcel terdiam sejenak. Ah, rupanya masalah Ayu. Senyum tipis tercetak di bibir Marcel, entah merasa senang karena apa.

“Teman? Dia kan istri lo, lo temen gue. Berarti teman, kan?” jawab Marcel.

Jovan berdecak, sebenarnya ada hubungan apa antara Marcel dan Ayu di belakangnya?

“Gue cium bau parfum lo di badan Ayu.” Jovan terang-terangan dan Marcel nampak tidak terkejut mendengarnya.

“Ah, itu? Gue sama Ayu nggak sengaja tabrakan pas Ayu keluar dari rumah Tante Jessica. Mungkin pas itu parfum gue jadi nempel?” kata Marcel apa adanya.

Jovan mendelikkan alisnya merasa aneh. “Bukannya lo nggak bisa dateng ke rumah gue, kenapa lo ada di sekitar situ?” tanya Jovan selidik.

“Iya, gue udah sampe di sekitar rumah Tante Jessica tapi abis itu dapet telepon dari client gue. Biasa orang sibuk, karena buru-buru gue langsung cabut nggak sempet mampir.” Marcel menjelaskannya dengan wajah tenang tanpa keraguan.

Penjelasan dari Marcel membuat Jovan berpikir dia sepertinya terlalu berlebihan. Lagi pula, Ayu tidak pernah bertemu dengan Marcel setelah mereka menikah. Bagaimana mereka bisa ada hubungan?

Melihat Jovan yang terdiam, Marcel berteriak dalam hati merasa menang. “Gimana? Masih nggak percaya sama gue? Perlu gue telepon client gue buat mastiin hari ini gue sama dia?” tawar Marcel.

“Nggak, sorry gue kayaknya berlebihan.” Jovan menundukkan kepalanya merasa malu, api cemburu membakar dirinya hingga tidak bisa berpikir logis.

“Santai, santai, gimana kalo duduk dulu? Kayaknya lo lagi banyak pikiran.”

Mereka duduk, lalu Marcel memanggil pelayan untuk membawakan mereka minuman.

Jovan meraup wajahnya kusut, kini suasana di rumah pasti akan kacau setelah pertengkaran tak berarti yang mereka buat karena kesalahpahaman.

“Gue abis berantem sama Ayu,” kata Jovan membuka suara.

Marcel mendengarkan dengan wajah pura-pura simpatinya, “Berantem gara-gara parfum gue?”

“Ya, itu salah satunya. Ayu marah karena gue nggak nurutin dia pas dia minta pulang. Lo kalo jadi gue pasti bakal sama kan? Itu acara keluarga dan kita baru sampe berapa menit, masa minta pulang? Harusnya kan Ayu gunain waktu itu buat berbaur sama keluarga gue.” Jovan mengeluarkan keluh kesahnya, merasa bingung harus memihak siapa.

Satu gelas minuman keras diminum Jovan, dipastikan malam ini Jovan akan mabuk. Marcel menghela napas berat, malam ini dia akan pulang larut untuk mengantar Jovan pulang. Tapi tidak apa-apa, setelahnya dia bisa bertemu Ayu lagi.

“Mungkin ada alesan kenapa Ayu kayak gitu. Lo udah coba nanya ke dia?” tanya Marcel menimpali curhatan sobatnya itu.

“Dia bilang nggak enak badan, tapi gue yakin itu cuman alesan dia doang. Tapi ... malem ini, gue ngerasa asing sama Ayu. Gue nggak pernah liat dia semarah itu sama gue.”

Jovan sudah mabuk, dan mulai sekarang semua perkataan yang keluar dari bibirnya adalah kejujuran.

“Ayu semarah itu ke Jovan? Jadi penasaran ...,” ucap Marcel dalam hati.

“Padahal kan gue cuman emosi, kata-kata yang gue bilang itu bukan yang sebenarnya. Gue nikahin dia karena gue cinta sama dia. Mulut bodoh ini malah bilang istri sendiri wanita murahan,” racau Jovan sembari menepuk-nepuk bibirnya kesal.

Marcel meraih tangan Jovan agar tidak memukuli bibirya sendiri. Namun, ada tekanan amarah di sana. Degup jantung Marcel berpacu cepat, tersembunyi dari wajahnya yang tenang. Dia marah. Marah, wanitanya dikatai wanita murahan oleh suaminya sendiri.

“Iya, harusnya lo nggak bilang gitu mau seemosi apa pun. Gimana kalo Ayu pergi ninggalin lo?” tanya Marcel dengan mata yang menyala-nyala.

“Nggak!” bentak Jovan.

Lelaki itu ikut menatap mata Marcel dengan matanya yang sayu. “Nggak boleh, Ayu punya gue! Tujuan gue nikah di usia muda karena gue tahu banyak yang ngincar Ayu. Walaupun dia mau sama gue karena liat harta gue, gue nggak masalah. Dia tulus sayang sama gue, Ayu ... nggak mungkin ninggalin gue.”

Marcel tertegun mendengarnya. Tidak menyangka seorang Jovan yang terkenal suka bermain-main justru dengan serius mencintai wanitanya.

“Hmm, gitu. Suatu saat ada yang akan buat itu jadi hal yang mungkin,” bisik Marcel. Setelahnya dia bangkit dengan Jovan dirangkulannya.

-

Larut malam, Marcel berdiri di depan pintu rumah Jovan bersama lelaki yang kini sudah tepar. Bel dibunyikan dan 5 menit kemudian seorang wanita cantik dengan pakaian tidurnya keluar dengan wajah polos.

Marcel terpaku. Pertama kali ini dia melihat Ayu tanpa riasan, dan lekuk tubuh yang diumbar. Cobaan apa ini di larut malam, Tuhan?

“Marcel? Loh, Jovan kenapa?” tanya Ayu. Dengan segera dia mendekat ke arah Jovan dan menepuk-nepuk pipi suaminya itu dengan lembut, seakan lupa beberapa jam lalu mereka telah bertengkar hebat.

“Hmm ... istri aku? Cantik banget, hehehhe.” Jovan meracau sembari meraup wajah Ayu dan mencium pipi chubby istrinya.

Marcel panas dingin melihatnya, ingin dia tendang lelaki tak berguna ini dan mengurung Ayu untuk terjaga sampai subuh.

“Ah, sial! Gue harus tenangin diri,” ucap Marcel dalam hati ketika hasratnya kian menjadi.

Sementara Ayu menatap malu sekaligus canggung karena tingkah manis Jovan ketika mabuk. “U-udah, kamu mabuk Jovan. Ayo masuk,” kata Ayu sembari menuntun suaminya itu.

“Hmm, Marcel ... bisa bantu aku baringin Jovan di kasur?” tanya Ayu merasa cukup kesulitan dengan suaminya.

“Baringin kamu sekalian boleh?” jawab Marcel

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Jejeaja
Arghh! Marcel PT PT nya agresif ya Bun...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status