Share

Bab 6 (Bayangan nya)

~ Mencintai seseorang itu tanpa alasan. Jika kamu bisa menjelaskan mengapa kamu mencintai nya, itu bukan Cinta. ~

"Ma, Al malu." Bisik ku pada mama, yang di balas dengan kekehan kecil di bibir nya. Senang sekali bisa membuatmu bahagia ma. Love you ma, maaf kan diriku yang telah membuat mu kecewa 5 tahun yang lalu. 

***

Malam hari pun tiba, saat nya makan malam bersama mama dan papa.

"Malam ma, malam pa." Sapa ku. Papa pun tercengang dengan apa yang ku ucap kan.

"Kamu sakit Al?" Tanya papa

"Ish. Papa gimana sih, anak nya sehat, ceria begini kok malah dibilang sakit." Ujar ku tak terima di katakan sakit.

"Tumben saja kamu menyapa seperti ini, ada apa? Coba ceritakan!" 

"Itu pa, tadi siang, Al bawa pulang calon mantu kita." Ucap mama menyahuti.

'Uhuk.' 

" Ini minum nya pa, pelan pelan dong kalau makan." Ujar ku.

"Calon mantu? Ada yang mau sama preman kaya Al gini?" Ejek papa sembari menunjuk ku.

"Woo jangan salah pa, sebenarnya banyak yang mengantri, namun belum ada yang pas" Ujar ku.

"Lalu bagaimana cerita nya gadis itu mau sama kamu?" Tanya papa.

"Ada deh, rahasia. Udah ah aku udah selesai makan, dadah pa ma." Ujar ku, papa dan mama pun saling pandang satu sama lain. Aku pun mengambil gitar, menuju garden diatas balkon.

Ku buka bungkus rokok, ku nyalakan korek dan kubakar ujung rokok, ku sesap rokok sambil menikmati malam yang dingin. Aku pun memetik gitar mencari irama yang pas. Ku nyanyikan lagu untuk nya, untuk diri nya yang membuat jantungku berdegup kencang kala melihat nya, untuk nya sang pemilik senyum indah.

~Halu - Feby Putri ~

Senyumanmu, yang indah bagaikan candu

Ingin trus ku lihat walau..

Ku berandai, kau disini

Mengobati, rindu ruai

Dalam sunyi, ku sendiri meratapi

Perasaan yang tak jua di dengar.

Tak kan apa

Bila rasa, ini tumbuh sendiri nya

Tak berdaya, diri bila di antara

Walau itu hanya bayang bayang mu.

Senyumanmu, 

Yang indah bagaikan candu

Ingin trus ku lihat walau dari jauh.

Sekarang aku pun sadari

Semua hanya diriku yang berkhayal

Akan bisa bersamamu.

Senyumanmu,

Yang indah bagaikan candu

Ingin trus ku lihat walau dari jauh

Sekarang aku pun sadari

Semua hanya diriku yang berkhayal

Akan bisa bersamamu.

Senyumanmu,

Yang indah bagaikan candu 

Ingin trus ku lihat walau dari jauh

Sekarang akupun sadari

Semua hanya diriku yang berkhayal

Akan bisa bersamamu.

Di hampiri

Seribu ragu, hanya membisu

Setelah menyanyikan satu lagu, akupun menghabiskan sebatang rokok lagi, menyesap, menikmati nya dengan pikiran yang tenang.

"Suatu saat kau akan jadi milik ku. Tunggu aku Ratih." Aku pun tersenyum mengingat saat aku mengoda nya, saat aku mengait tangan nya, saat dia tersenyum ceria, saat ia memasak kan untuk ku. Gadis itu sungguh membuat ku berubah.

"Ah mengapa aku lupa meminta nomor kontak nya."

" Ah tak apa, aku sudah tau tempat tinggal nya." 

***

POV Ratih

Sesampai nya di rumah aku pun merebahkan diri di atas kasur.

'Degh degh..'

'Ada apa dengan jantung ini, tak mungkin aku punya penyakit jantung kan?' Batin ku sambil memegangi jantung yang tak kunjung normal. 

Ku lihat tangan ku, ku usap lembut tangan ku, ku ingat kembali saat jemari ini di gandeng, saat ia memeluk ku.

'apakah aku menyukai preman seperti dia? Namun dia unik, ada sisi yang tak pernah ku duga dari diri nya. Dia beda dengan preman lain.'

"Apa tadi dia mengatakan calon mantu? Ah paling juga cuma bercanda. Ayo Ratih, ingat siapa dirimu dan siapa dirinya? Kalian tidak sepadan. Ah sudahlah halu terus." Monolog ku mengetuk kepala ku yang terus memikirkan hal yang mungkin hanya berada dalam khayalan.

Aku pun bangkit, mengambil air wudhu dan menunaikan sholat.

Setelah menunaikan sholat, aku pun merebahkan diri di kasur.

Memikirkan bagaimana nasib kerjaan, apakah aku akan di pecat? Lalu, jika di pecat aku harus mencari kerja kemana lagi?

Lelah memikirkan banyak hal, akupun tertidur.

*** 

Pagi hari aku akan berangkat bekerja, namun tak ku sangka, preman itu ada di depan kost.

Siapa lagi kalau bukan Al. 

"Selamat pagi" Sapa nya menyunggingkan senyum. Senyum yang manis.

"Pagi, kamu ngapain kesini? Saya mau berangkat kerja." 

"Saya tahu kamu akan bekerja." Ucap nya enteng.

"Lalu, untuk apa kamu kesini? Ah maaf saya sudah telat, permisi" Ucap ku sambil sedikit berlari menuju gang.

"Naik lah, aku ingin mengantar mu." Ucap nya yang tiba tiba berada di sebelahku. Aku pun menghentikan langkah.

"Maaf tidak usah, malah merepotkan." Ujar ku.

"Tidak repot kalo cuma buat nganterin gadis gembrot kaya kamu." Ucap nya mengejek.

"Kog gembrot sih, aku ngga gendut ya." Ujar ku membela diri, tak terima di hina gemuk.

"Sudah sudah, naik tidak! Atau akan saya..." Ucap nya mengisyaratkan memotong leher. Aku pun menelan air liur ku dengan susah payah, akhir nya aku pun mengikuti permintaan nya.

"Pegangan, saya mau ngebut!" Ancam nya lagi.

"Modus aja sih." Ucap ku.

"Gak percaya nih? Oke."

'Brum.. brumm.. brruummmmmmm....' Dia memainkan gas motor nya.

Tanpa sengaja, aku pun memeluk perut nya.

"Ah, maaf mas." Ucap ku.

" Tak apa, aku menyukai nya, pegangan yang erat." Ucapan nya membuat diri ini menjadi malu.

"Jangan ngebut ngebut, bahaya. Kamu bawa anak orang loh." Ucap ku memperingati.

"Ya aku tau, anak orang. Masa anak kambing." 

Entah sejak kapan aku menjadi akrab dengan nya. Padahal baru kemarin kami bertemu tanpa sengaja, namun kini sudah seperti teman lama. 

"Apa benar aku segendut itu?" Tanya ku ragu.

"Gendut banget kaya tong, hahaha." Ejek nya.

"Huft. Yasudah aku ingin diet." Gumam ku.

"Berani diet? Nih diet." Ucap nya dengan mengepalkan tangan nya. Aku pun menelan ludah ngeri, membayangkan layangan tangan nya. Apakah dia kasar terhadap wanita? Pikiran ku mulai negatif, namun kemarin melihat tingkah laku bersama ibu nya, kurasa tidak. Ku tepis pikiran buruk tentang diri nya.

Akhirnya sampai juga di Resto & Cafe.

'Tutup'

Kata yang tercetak jelas terpampang di pintu masuk. Aku pun segera turun dari motor.

"Terima kasih mas, saya masuk dulu, dadah." Ucap ku langsung berlari memasuki Cafe.

"Ada apa ini pak?" Ucap ku yang hanya melihat Pak Bos duduk di depan kasir.

"Resto kita mungkin akan ditutup beberapa waktu, karena kerugian kita besar sekali. Saya ingin lapor, namun saya takut jika ada preman yang balas dendam dan akan memukuli saya. Terpaksa harus sabar dan menutup resto sementara." Ujar pak Bos.

" Lalu bagaimana dengan karyawan pak? Saya baru saja bekerja disini. Tolong jangan di tutup pak, saya mohon." 

"Tidak ada jalan lain, jadi saya mohon tinggalkan cafe ini. Kamu bisa mencari pekerjaan lain." 

Bagai guntur disiang hari, semangat yang sudah kupupuk luntur seketika. Dengan langkah gontai dan wajah yang ku tekuk aku pun keluar dari Resto & Cafe. Kemana lagi kakiku harus berlabuh.

Apakah ini akhir dari semua nya? Akan kah aku menyerah sekarang dan mengibarkan bendera putih? Kemana semangat ku? Kemana Ratih yang pantang menyerah?

*Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status