Share

Bab 5 ( Calon Mantu )

~ Cinta tumbuh dengan sendirinya, itulah fitrah nya. Tidak ada yang bisa menghindari takdir, Cinta adalah takdir terindah yang di berikan Allah untuk makhluk-Nya, namun cinta juga dapat menjadi bahaya. Jadi berhati hatilah dalam mencinta. ~

Aku bahkan tidak mengenal nya, bagaimana mungkin aku menyukai nya. Apa ini yang dinamakan cinta pandangan pertama?

'Aaarrrggghhh....' ku mengacak rambut frustasi dengan pikiranku yang mengingat setiap inchi wajah nya.

Setelah beberapa menit berlalu, keluarlah gadis itu dengan penampilan yang berbeda. Menggunakan setelan yang menurutku pas untuk dipandang, membuat nya terlihat menjadi lebih menarik dari sebelum nya.

Setelah membayar, aku pun berniat mengajaknya kerumah ku, mengenalkan calon mantu untuk orang tuaku. Aku yakin mama akan menyukai nya.

'Calon mantu? Bahkan aku belum mengenal dirinya dan bagaimana kondisinya. Ah masa bodo, itu urusan belakang.'

Sepanjang perjalanan dia terus mengoceh, kuarah kan spion kiri pada wajah nya. Diam diam ku amati diri nya.

'Cantik sekali.' Batin ku, membuat ku tersenyum dengan sendiri nya. Apa aku sudah terbius dan terpesona oleh gadis polos ini? Ya Allah, jika memang dia yang Kau takdir kan untuk ku, maka tetapkan lah dia untuk ku hanya untukku.

Setelah sampai di depan rumah, kulihat dia terkejut, memasang wajah yang takjub akan kemegahan rumah rumah di komplek ini. Dia menyapu pandangan nya, melihat nya dengan teliti rumah megah yang ada di depan nya ini.

"Turun lah" Ucap ku.

"Kita dimana sekarang? Jangan macam macam ya, saya bisa teriak!" Ujar nya, lagi lagi dirinya membuat ku tertawa.

Tawa yang sudah lama hilang, kini kembali lagi hanya karena gadis pendek nan gembul itu.

"Mikir apa kamu? Jangan jangan kau berfikir aku akan menerkam mu? Hahaha lucu sekali." Ujar ku.

Da menekuk wajah nya, bibir nya yang tipis namun sexy itu membuat ku ingin menerkam nya. 

'Sadar Al sadar, tahan tahan.' batin ku bergejolak. 

"Mengapa kau tertawa? Apa kau kira aku ini lucu?" Tanya nya kembali. Tak ku jawab pertanyaan nya.

"Siapa namamu?" Ucap ku mengulurkan tangan.

"Ratih Aulia Ningrum." Ucap nya membalas uluran tanganku. Aku pun manggut-manggut mengerti.

"Al." Ucap ku memperkenalkan diri.

"Hanya Al?" Tanya nya kembali.

"Rasya Almahesa." Setelah memberitahukan siapa namaku, ku gandeng dia memasuki rumah, terlihat dia protes dan mencoba melepaskan kaitan tangan ku pada nya. Aku pun berhenti mendadak dan,

'Brukk..' di tubruk nya punggung ku dengan kepala nya.

"Aw. Jangan ngerem mendadak bisa kan ?" Ujarnya.

"Mangkanya neng, kalo jalan itu pakai mata"

"Kalo jalan itu pakai kaki mas, bukan pakai mata!" Ucap nya nyolot. Wah udah berani dia, ku kerjain lah.

Ku majukan badan, terlihat dia semakin mundur, aku menundukkan sedikit badan untuk menggoda nya, terlihat wajah nya yang takut dengan tangan yang disilangkan ke dada. dia tersandung kaki nya sendiri, dan segera kutarik tangan nya, kini posisi nya berada di pelukan ku. Sekejap mata kami saling beradu, mata yang berwarna coklat tua itu terlihat sendu, semakin ku perdalam tatapan kami, kulihat banyak kesedihan yang disimpannya, namun aku tak tahu itu apa, tapi aku terpesona. Hingga tanpa sadar,

"Cantik." Satu kata terlontar dari mulutku, membuat pipinya bersemu merah.

Aku pun melepaskan pelukan, lalu menggandeng jemari nya. Kali ini dia tak memberontak. Senyum ku lagi dan lagi mengembang di buat nya.

'Tok..tok...' Pintu ku ketuk.

"Assalamualaikum ma"

'Clek.' pintu kunci diputar, lalu munculah sosok wanita yang melahirkan ku, membawaku ke dunia, membesarkan ku dengan kasih sayang nya.

"Waalaikumussalam, Al ini siapa?" Tanya beliau saat ku cium tangannya.

"Kenalkan, ini calon mantu mama" Ucap ku yang seketika mendapatkan cubitan kecil di perut ku. Siapa lagi pelaku nya kalau bukan Ratih.

Senyum ragu dari Ratih, lalu menyalami mama seperti yang kulakukan tadi.

"Masyaallah cantik sekali, ayo masuk masuk" Ucap mama dengan senang nya.

Sudah kuduga, mama pasti akan senang jika kubawa kan oleh oleh calon mantu, karena mama sudah berulang kali memaksaku untuk membawakannya calon mantu. Mama takut aku akan menjadi Jaka tua, padahal aku masih berusia 21 tahun, sebenar nya banyak wanita yang minat dengan diriku, namun entah mengapa diri ini tidak bisa membuka hati. Yang kucari ialah wanita yang tulus, bukan mendekatiku karena diriku yang tampan atau pun kekayaan yang ku miliki.

Kulihat mama langsung akrab dengan Ratih. Aku yang duduk di ruang keluarga pun diam diam melirik dua wanita yang membuatku bahagia, kulihat mereka saling mengobrol dan bergurau di tengah kesibukan memasak nya.

"Ma, tolong buatkan kue terenak ya." Pinta ku pada mama.

"Enak saja, sini bantu nanti mama buatkan."

Kesempatan yang baik, aku pun berlari kearah dapur, kulihat banyak bumbu disekitar, aku tak tahu apa saja nama nama bumbu itu.

"Ma ini nama nya apa?" Tanya ku dengan mengangkat secuil bumbu dapur.

"Mama sedang sibuk, tanya saja pada Ratih." Jawab nya enteng.

"Itu namanya kencur mas, jika yang ini nama nya jahe, dan yang ini nama nya kunyit." Ujar Ratih mengajari ku.

"Apa bedanya? Semua nya terlihat sama"

"Coba mas cium aroma nya pasti berbeda, dan jika kunyit itu yang paling mudah, karena warnanya berbeda sendiri" Jelasnya.

"Oh"

Kulihat Ratih sudah tidak secanggung tadi, kini dia lebih santai dan ceria. Ku tatap saat ia sedang sibuk menggoreng ayam, keringat nya menetes dari pelipis nya. Segera ku usap menggunakan lengan kemejaku.

"Ehem"

Suara mama mengagetkan ku.

"Halalin dulu kali Al, nanti baru uwwu uwwuan lagi" Ujar mama membuatku kikuk, ku garuk tenguk yang tak gatal.

Kulihat pipi Ratih bersemu merah. Apakah ia juga menyukaiku? Ah, mungkin saja, banyak wanita yang menginginkan ku, tidak mungkin jika Ratih tidak menyukai ku. Aku pun meninggalkan dapur, ku biarkan dua wanita yang ku sayangi itu bergulat dengan alat dapur.

***

"Waktu nya makan siang." Teriak mama dari arah meja makan. Aku pun segera menghampiri mama yang sudah duduk disebelah Ratih.

Ku sodorkan piring ke arah mama, meminta agar di layani. Namun,

"Makan yang banyak ya nak, biar kamu sehat terus" ucap mama yang mengambil piring Ratih, di isinya nasi dan lauk pauk untuk nya. Ah mama, sakit sekali hati ku melihat ini. Hiks hiks..

"Mana untuk Al ma?" Tanya ku dengan piring yang masih ku angkat. 

"Ambil sendiri Al, kamu kan sudah besar." Ujar mama.

Jika sudah ada mantu, jadi begini lah, siapa anak nya yang sebenar nya. Namun melihat mama bahagia seperti ini, aku pun ikut bahagia merasakan nya.

"Al tolong antar kan bekal papa ke kebun, sekalian antar Ratih pulang, kasian dia susah terlihat lelah." Ujar mama. Ya, keluargaku memiliki usaha tanaman. Berbagai jenis tanaman dari harga murah hingga yang langka sekalipun, kami memiliki nya.

"Baik ma, akan ku antar."

"Ayo tih, ku antar pulang." Lanjut ku.

"Ah tidak usah makasih, maaf merepotkan." Jawab Ratih kikuk.

"Tidak apa apa, tok suatu saat memang akan selalu begini, iya kan Al?" Tanya mama, lagi lagi membuatku canggung, malu dan grogi.

"Baiklah jika tidak merepotkan, tante saya pamit pulang dulu ya, terimakasih hidangan nya. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam, hati hati bawa calon mantu mama Al."

"Ma, Al malu." Bisik ku pada mama, yang di balas dengan kekehan kecil di bibirnya. Senang sekali bisa membuatmu bahagia ma. Love you ma, maafkan diriku yang telah membuatmu kecewa 5 tahun yang lalu.

Ada apa 5 tahun yang lalu? Kalo kepo pantengin terus ya.

*Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status