Share

Bab5 Nikmati Permainanku Mas

Mau ku permalukan bateri habis, mau aku ceraikan akting bunuh diri, ya wes tak mainkan aja pelan pelan๐Ÿ˜‚

Nikmati saja permainanku Mas!

Aku bangun di pagi hari dengan tubuh yang segar bugar, aku lihat Mas Ervan sudahpun bangun dan memakai baju kerjanya.

"Pagi sayang,"sapa Mas Ervan.

Senyum tersungging di bibirnya, senyum itu dulu yang selalu membuatku tergila gila tapi sekarang terasa hambar.

Ku dorong tubuh Mas Ervan saat akan menciumku.

"Aku mau mandi, kamu tunggu aja di meja makan," kataku.

Aku lihat muka Mas Ervan berubah tapi apa peduliku.

Dia pikir mudah meluluhkan hati seorang perempuan yang telah dia lukai.

****

Ku guyur tubuhku dengan air hangat dari sower, rasa hangat yang menusuk pori pori tubuhku menjadikannya sedikit lebih bugar sekarang.

Rasa lelah di tubuh seketika menghilang, apalagi di dukung dengan aroma terapi lavender kamar mandi yang wangi menjadikan tubuhku makin semakin bugar saja rasanya.

Sebenarnya aku kurang suka wangi lavender tapi Ceril si cerewet itu yang maksa aku beli aroma ini.

"Lo tu gak keren ah, lavender itu aroma yang menyegarkan, bikin otot otot rilex, pikiranpun fress," kata Ceril saat aku bilang aku gak suka lavender.

Entah apa hubunganya keren sama lavender akupun gak tahu.

Aku memang berteman sejak kecil dengan Ceril, waktu SMU bahkan kami sangat dekat, tak jarang banyak yang bilang kami pasangan lesbiola.

Entahlah, apa peduliku.

Terkadang memang begitulah manusia, begitu mudah men jugje seseorang seolah dirinyalah yang paling tahu dan paling benar.

Yang aku tahu aku nyaman dengan Ceril, bahkan bagiku dia lebih dari seorang teman ataupun saudara, dia selalu menjadi tempat mengadu setiap masalahku dan dia selalu punya solusi untuk memecahkan setiap masalahku.

***

Setelah mandi, ganti baju dan sedikit memoles wajah,aku turun ke bawah untuk sarapan.

Aku lihat Mas Ervan sedang menikmati nasi goreng buatan bibik pembantuku dengan nikmat.

Melihatku datang dia segera berdiri, menarik kursi di sampingnya belakang sambil memasang senyuman.

Aku tahu maksudnya, biasanya kalau sedang marah aku akan cepat luluh kalau di perlakukan seperti ini.

Dulu aku memang suka, merasa diri di manja tapi tidak untuk sekarang ini. Rasanya aku muak di perlakukan seperti ini.

Ku biarkan saja dia tetap berdiri di depan kursi yang di tariknya tadi, sebaliknya aku berjalan santui melewatinya dan duduk di sebelah kursi yang di tariknya.

Ku lirik sekilas muka Mas Ervan yang sudah berubah merah padam.

'Sorry rayuanmu sudah gak mempan Mas,' batinku.

Ku tarik kursi dengan santai dan duduk di atasnya. Kubiarkan saja Mas Ervan masih berdiri di situ dengan raut wajah yang bingung.

"Mau minum apa Nya?"tanya Bik Inah pembantuku.

"Grean tea ajalah bik," jawabku.

Ku ambil selembar roti tawar dan momelasnya dengan selai coklat di lapisi selai kacang.

"Mm sayang," kata Mas Ervan.

Ku hentikan aktifitas sarapanku demi menatap Mas Ervan.

"Ini ATM kamu."kata Mas Ervan memberikan kartu ATM milikku.

"Ambil saja untuk kenang kenangan,"

Mas Ervan terdiam sesaat, ku biarkan saja Mas Ervan yang tampak salah tingkah.

Bodo amat, lebih baik aku menikmati sarapanku dari pada melayani suami tak tau diri itu.

" sayang."

"Ya ada apa?"kataku dingin dan sukses membuat Mas Ervan kembali salah tingkah.

"Mm- i- ini- anu- itu..,"

"Ngomong yang jelas!"ketusku sambil menikmati sarapanku.

Ku lihat Mas Ervan mengusap tengkuknya, menggaruk garuk kepalanya membuatku ingin tertawa melihatnya.

'Haha rasain, salting kan?'batinku.

"Jadi gini sayang aku- aku perlu uang?"

Ku lirik Mas Ervan yang salting itu," untuk apa?"tanyaku masih dengan nada yang sama.

"Untuk- untuk pegangan sayang,"

Ku raih dompetku dan membukanya,sengaja ku perlihatkan uang merah yang berjejer di dompetku yang kira kira berjumlah 20 lembar.

Sempat ku lihat Mas Ervan mengembangkan senyuman saat tanganku menarik lembaran uang itu.

Pasti dia pikir aku akan memberikan semua uang ini padanya, sesuai jatahnya selama ini.

Ku ulas senyuman tipis yang tak terlihat olehnya, ku ambil dua lembar uang ratusan ribu padanya.

Muka Mas Ervan langsung berubah.

"Kok segini sayang?"tanya Mas Ervan dengan raut wajah yang emboh. Susah di jelaskan.

"Kenapa?"ketusku lagi.

"Biasanya kan...,"lirihnya.

"Mulai sekarang ini jatah kamu sehari,bensin mobil di isi seminggu sekali oleh Mang Diman, jika ada pertemuan dengan klien di luar, perusahaan yang akan membayarnya, tempat pertemuan perusahaan yang akan tentukan jadi kamu tinggal terima beresnya saja." kataku tegas.

"Tapi yang."

"Kenapa gak mau,ya udah aku ambil," kataku.

Mas Ervan dengan cepat mengambil dua lembar uang ratusan itu.

'Haha rasain,"batinku.

***

Pov Ervan

"J***k, dasar istri gak gu**a, br**k, nenek nenek, hitam, a**u, awas saja aku sudah kaya, ku buang kau ke jalan," umpatku.

Memang dikira aku ini pengemis, di sodorin uang 2 ratus ribu.

Bagaimana aku memberi uang ibuku untuk beli kalung?

Bagaimana aku mau belikan HP adekku,coba?

"A***u, a***g, s*"*n, b***t," sumpah serapah terus ku keluarkan.

Hatiku benar benar dongkol di buatnya.

[Van Ibu minta uang 70 juta buat beli kalung] pesan ibuku kemarin.

[Nina minta uang bang buat beli hp, s**g baru, murah kok cuma 35 juta] chat Nina adekku.

Mereka memang hobbi belanja, entah berapa banyak uang perusahaan, aku tilep untuk memenuhi hobbi gila mereka itu.

[Ibu akan sewakan sertifikat rumah kalau kamu gak kasih uang]

Ku sugar kasar rambutku karena frustasi, aku tahu ibuku itu tak main main kalau ngancam. Bahkan BPKB mobil inipun sudah digadaikan di bank oleh ibuku gara gara arisan. Entah apa yang akan Rena lakukan kalau BPKB mobilnya di gadaikan ibuku.

"Bapak mana uang kami?"

Aku hampir saja mau lompat saat tiba tiba Mang Diman dan Bik Inah ada di depanku.

"Kalian bisa gak sih sopan dikit!"bentakku.

"Kami mau uang kami, ingat bapak sudah janji mau kasih upah kalau kami bantu bapak untuk pura pura bunuh,"segera ku bekab mulut perempuan tua itu,bisa gawat kalau Rena tahu.

Bisa bisa aku di cerai sekarang juga.

Segera ku tarik tubuh Bik Inah menjauh,,mulut asal nyap nyap aja,bagaimana kalau Rena tahu.Bisa hancur rencanaku.

Demi mendukung akting bunuh diriku kemarin, aku memang menjanjikan bayaran masing masing satu juta.

Aku kira setelah bisa meluluhkan hatinya dia akan kembali bisa ku kendalikan seperti yang sudah sudah, tinggal sekali kode, ATM, uang mengalir tapi kali ini dia berubah ternyata. A***u, mumet jlimet tenan kalau istri sudah bertindak,Rekuk sum.

"Kamu bisa jaga mulut gak?"kataku geram, ingin rasanya ku tampar mulut orang tua ini.

"Pokoknya kami mau uang kami," kata Mang Diman menimpali.

"Iya,iya baru juga tadi malam," gerutuku. Dasar orang miskin uang melulu otaknya.

"Jangan lupa janji bapak tadi malam langsung kasih kan?"kata Bik Inah, makin kurang ajar dia ini.

"Iya, kalian dengar sih."kataku lirih namun bernada membentak.

"Bapak jangan bohong ya atau saya akan laporkan ke Ibu,"kata Mang Diman mengancam.

"Kalian pikir aku takut, memang kalian ada bukti?"kataku enteng. Babu saja kok berani mengancam majikan.

Mang Diman merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya.

Dia kemudian tampak mengusap layar ponsel, tak jelas apa yang akan dia buat.

"Bapak lihat ini!"kata Mang Diman menunjukkan sebuah video.

Mataku terbelalak melihat itu,di dalam video itu terlihat jelas percakapanku tadi malam dengan mereka saat aku minta pura pura mencegah aku bunuh diri.

"J**k bagaimana babu ini bisa punya pikiran seperti ini," aku kembali mengumpat.

Mang Diman menyeringai," ini belum seberapa, saya juga ada video bapak mencuri perhiasan Nyonya beberapa hari yang lalu.

Mataku kembali membulat tak terpercaya melihat video kedua yang di tunjukkan Mang Diman.

Beberapa hari yang lalu,Elisa meminta kalung berlian yang harganya fantastis karena uangku tak cukup aku mencuri perhiasan Rena dan di vidio itu terlihat jelas.

"Kalau tak mau ini saya kasih ke Nyonya maka Tuan harus ngasih kami uang tambahan 10 juta," kata Mang Diman.

"Kalian mau memerasku?"

"Terserah apa kata Tuan,kalau seminggu lagi Tuan gak ngasih uang yang kami minta maka video ini akan sampai ke taman ibu," kata mang diman.

"Jangan! Ok aku janji akan aku kasih uangnya," kataku.

'sial,bukannya untung malah buntung,niat mau nipuin malah aku yang kena batunya,asem,' batinku terus mengumpat.

****

Ku pukul setir mobil beberapa kali untuk menyalurkan rasa geram di hati ini.

Drt, drt ku raih ponseku dari atas dasboard mobil.

Ku lirik dari layar ponsel, Ibuku yang menelepon,entah apa lagi ulahnya.

Ku tempelkan ponsel di telinga dengan malas,kalau Ibu telpon pasti tak jauh dari uang.

[Asalamualaikum Ibu]

[Van mana uang yang Ibu minta,kok belum transfer?]tanya ibuku yang sukses buat kepalaku makin berdenyut.

Ku pijat pelipisku.

[Ervan belum ada uangnya Bu]

[Halah jangan bohong kamu, istrimu kan kaya, tinggal ambil saja uang istrimu!]

[Ervan gak pegang uang Bu, uangnya di pegang Rena semua]jawabku.

[Kok bisa?]

[Ya bisalah Bu]

[Ibu gak peduli,trasfer uang yang ibu minta atau rumah kamu ibu gadekan]ancam ibuku.

Tut,telepon di putuskan sepihak.

Aarrgg,

Ku pukul kembali setir mobilku,ku sugar kasar rambutku, rasanya aku seperti mau gila sekarang ini.

Tiba tiba sebuah ide melintas.

"Aku kan masih punya kuasa di perusahaan, aku bebas meminta uang perusahaan,"gumamku.

Kepalaku terasa enteng seketika, secercah harapan muncul.

***

Aku turun dari mobilku,membenahi dasiku dan memastikan penampilanku tetap perfect seperti biasanya.

Setelah itu aku segera naik ke atas gedung.

Seperti biasa aku berpapasan dengan beberapa karyawan dan merekapun menyapa dengan sedikit menunduk hormat.

Aku segera menuju ke ruangan manajer keuangan perusahaan untuk meminta uang.

"Maap Pak,untuk penarikan keuangan harus ada konfirmasi dari Bu Renata," kata manajer itu.

"Bapak jangan ngada ngada,saya ini direktur di sini," kataku menggebrak meja.

"Ada apa ini ribut ribut?" Tubuhku tiba tiba menegang mendengar suara itu.

Aku segera menoleh ke sumber suara yang amat ku kenali itu, betapa terkejutnya aku saat melihat Renata berdiri di tengah pintu bersama Pak Daniel.

***

Pov Rena

"Ada apa ini ribut ribut?"kataku setelah cukup lama berdiri melihat perdebatan mereka.

Aku lihat wajah Mas Ervan berubah pias,tubuhnya menegang. Puas sekali aku melihat kepanikan di wajahnya.

"E- eh sa- sayang ko-kok kamu di sini?"kata Mas Ervan.

Haha..kasian seketika gagap bicara.

Rasain kamu Mas, mati kutukan ketika istri mulai bertindak.

Semoga kamu gak pingsan!

Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
kallung berluanmu hilang sadar nggak
goodnovel comment avatar
Isabella
gadaikan aja buuu... biar jd gembel sekalian
goodnovel comment avatar
Isabella
keluarga gila enak aja ibunya minta uang buat beli kalung adiknya juga rasain sekarang ketahuan
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status