"Tapi Ibu saya gak apa apa kan Dok?" tanya Mas Ervan. Dari ekspresinya kelihatan cemas dan tertekan.Dokter itu kemudian pelan pelan menjelaskan kedaan mertuaku."Ini semua karena kamu, dasar perempuan jahat," kata Nina memandang kearahku.Aku mengernyitkan alisku, apa pula aku yang di salahkan."Ibu pasti tertekan karena ulahmu yang memperlakukan kami seperti pembantu lalu dia tekanan batin lalu bunuh diri karena minum racun itu," kata Nina menatap tajam ke arahku. Hah lucu sekali dia."Halah, gitu aja kok tekanan batin, Lebai. Aku aja kalian siksa batin tiap hari, bahkan bertahun tahun juga ok ok aja. Makanya main tu yang jauhan biar gak sempit tu otak," kataku setengah mengejek mereka."Kurang ajar," kata Nina yang malah mengangkat tangannya ingin menampar namun dengan sigap ku tangkap tanganya."Heh, bocah songong, jangan macam macam kamu ya, masih untung aku mau membiayai pengobatan ibumu, kalau gak dengan apa kalian mau bayar biayanya hah?" kataku dengan menaikkan satu oktap.
egera aku menghampiri meja rias dan meraih benda itu. "Ceril," kataku sambil mengangkat ke atas saat Ceril menoleh ke arahku.Sama sepertiku Cerilpun tersenyum mengembang.Segera ku usap layar tablet dan masuk ke aplikasi galeri. Awas ya kalian, begitu aku dapat bukti, aku akan jebloskan kalian ke penjara.Aku pastikan kalian akan di hukum dengan jangka yang sangat lama.Ceril yang melihat aku memegang tablet milikku tersenyu mengembang dan segera mendekat ke arahku."Ketemu di mana?" tanya Ceril."Tu di situ," kataku menunjuk meja rias."Busyet dah ni nenek, kenapa lo gak bilang kalau letak di situ, capek gue nyari kemana mana," kata Ceril dengan memonyongkan bibirnya."Udah entar aja ngambeknya," kataku. Tanganku mulai mengusap layat tablet. Segera ku buka aplikasi galeri untuk mencari rekaman video Cctv milikku."Kok gak ada sih," gumamku lirih saat tak menemukan video yang aku cari."Kenapa?" tanya Ceril. "Video kemarin gak terekam," kataku sambil mengkerutkan keningku, merasa
Ya mau gimana lagi, kalau memang gak bisa ya ," aku berhenti sejenak."Ya apa?" tanya Dilan menatapku dengan mata elangnya. Mata yang membuat hati ini luluh seketika."Kita putus," kataku lirih. Ini sungguh berat bagiku tapi sungguh LDR bagiku bagaikan beban."Tapi aku tak mau putus dengau," Dilan memegang tanganku dan menatap penuh permohonan ," kita coba dulu," lanjut Dilan penuh harap.Aku menarik napas berat dan akirnya luluh juga pada keinginan Dilan.Walaupun awalnya kita tetap berhubungan namun seiring berjalannya waktu kita saling menjauh dan tak pernah ada lagi kabar dari Dilan namun begitu sampai sekarang kami tak pernah ada kata putus.flasback off"Kok lo gak bilang kalau Dilan udah balik?" tanyaku, ada perasaan yang aneh di hati ini. Entahlah mungkin cemburu."Gue gak sengaja ketemu di cafe waktu itu," jawab Ceril datar."oo," kataku singkat. Jujur masih ada yang mengganjal di hatiku, tak biasanya Ceril main rahasia rahasiaan denganku apalagi masalah Dilan."Eh gue haus n
"E ciye ciye gugup amat non," kata Ceril menggodaku.Sumpah mungkin pipiku sekarang ini sudah merah mirip tomat.Setelah agak lama kami menunggu akirnya lelaki yang kami tunggu datang juga. Sungguh jantungku bagai di pacu lebih cepat saat melihat lelaki berbadan atletis, bermisai tipis dan berahang tegas itu mendekat ke arah kami, rasanya mirip ABG yang pertama kali jatuh cinta. Apa ini rasanya CLBK, sadar Rena sadar!"Hai," sapa Dilan tersenyum padaku."Eh mm i- iya," kataku. ' yaelah pakai gugup lagi,' kataku membatin."Ciye ciye gugup nie," kata Ceril.Sungguh rasanya ingin ku gelitiki dia sampai puas, gak ada aklak memang, temanya gugup malah di ledekin.Dilan tersenyum, " Apa kabar?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya padaku.'Ya Tuhan kenapa badanku bergetar,' batinku.Ku sambut tangan Dilan, " alhamdulilah baik," jawabku berusaha setenang mungkin di hadapan Dilan.lelaki bermisai tipis itu kembali tersenyum dan ya Tuhan tolong, dadaku makin dag dig dug tak karuan, sejenak a
Ceril membuang napas kasar dan berdecak," padahal itu video kuncinya," kata Ceril."Ada apa sih?" tanya Dilan yang kelihatan bingung menatap kami."Nanti saja aku cerita," kata Ceril. Aku sempat melihat tangan Ceril menyentuh lembut tangan Dilan.Aku kembali fokus ke video selanjutnya di kamarku yang lebih membuat mataku membulat sempurna.Aku lihat Mas Ervan membongkar isi lemariku seperti mencari sesuatu."Eh dia nyari apa tu?" komen Ceril yang ikut melihat video itu."Sial kemana surat suratnya," kata Mas Ervan yang sempat terekam Cctv.Aku tak tahu surat apa yang Mas Ervan cari, mungkin sertifikat rumah atau BPKB mobilku yang satunya.Setelah lama mengacak ngacak lemariku aku melihat dia mengambil kotak perhiasanku dan menguras habis isinya.Napasku turun naik tak beraturan,detak jantungku berdenyut cepat, dadaku bergemuruh menahan emosi yang membuncah.Keterlaluan tak habis habisnya mereka merongrong hartaku. Kesabaranku sudah habis kali ini, aku harus mengusir mereka dari rumahk
ab13 Pesan Siaran Yang Membuat Suamiku Mati KutuKu Depak MerekaAku berjalan cepat menuju kamarku, ku keluarkan semua baju lelaki benalu b*****t itu dan ku masukkan ke dalam tas"Cukup sudah kalian merongrong hartaku, saatnya ku depak kalian ke jalanan," kataku penuh emosi.Ku seret tas berisi pakaian Mas Ervan yang sudah aku masukkan ke dalam travele back miliknya yang dua tahun yang lalu dia bawa kemari.Aku angkat dia dari pinggir jalan, dari karyawan biasa yang bekerja sebagai sales di pingggir jalan hingga menjadi direktur perusahaanku.Rumah keluaraganya yang hanya rumah petakan, aku bangun bak istana dan si Nina, ipar tak tahu diri itupun aku kuliahkan dia.Tiga tahun menikah aku benar benar memutar roda kehidupan mereka, dari si miskin menjadi si kaya dari terhina dan teraniaya menjadi orang yang di sanjung bergelimang harta. Tapi jangankan rasa terima kasih bahkan akupun dihina dan selalu di rendahkan, dibilang perawan tua gak laku, masih untung Ervan mau menikahiku dan enta
ku melangkah cepat begitu sampai Rumah Sakit, ku tarik tas berisi pakaian Mas Ervan.BugKu lempar tas itu di hadapan Mas Ervan begitu sampai di kamar Bu retno, mertuaku."Woyy, gak sopan banget sih," teriak Nina. Ku tatap tajam anak tak tahu diri itu," lo yang gak sopan atau gue yang gak sopan hah?" bentakku.Ceril menepuk pundakku pelan," sabar..ini Rumah sakit," katanya pelan.Aku menarik napas untuk meredakan emosi."Sayang ini ada apa sih?" tanya Mas Ervan.Muak aku dengan muka sok polosnya itu, sok suci tapi aslinya bejat. Cih."Gak usah sok polos Mas, maling akui aja maling," ujarku jutek."Hai wanita sombong, jangan sembarangan menuduh ya, memang apa buktinya kalau kakakku ini maling," ujar Nina si adek tak tahu diri itu.Sungguh rasanya aku ingin melumat bibirnya itu dengan sambal, biar diam.Tanpa banyak bicara aku mengambil tablet milikku, ku usap benda pipih itu pergi ke aplikasi galeri dan kubuka rekaman saat Mas Ervan mencuri.Wajah Mas Ervan mendadak pucat begitu juga
Bab 14. Di Ujung KematianMataku teebelalak seketika melihat pesan dari nomor yang aku tak kenali itu.[Bersiaplah! Sebentar lagi ku kirim kamu ke Neraka]Tubuhku bergetar, kakiku terasa lemas.Bagi sebagian orang mungkin ini hanyalah hal yang biasa yang bisa jadi hanyalah perbuatan orang iseng, tapi tidak bagiku.Kejadian itu mengingatkan aku pada kejadian beberap tahun yang lalu yang menimpa kakak sepupuku.Dia yang baru saja bercerai dari suaminya tiba -tiba mendapat ancaman serupa denganku dengan motip yang sama. Saat itu kakakku tak menghiraukannya karena menganggap itu hanya perbuatan orang iseng tapi ternyata tidak, beberapa hari kemudian dia di temukan meninggal dalam keadaan mengenaskan dan akirnya di ketahui kalau mantan suaminyalah dalangnya. Setelah di selidiki ternyata suaminya memiliki gangguan jiwa semacam psikopat sehingga dia sanggup membunuh dengan memutilasi korbannya.Itulah kenapa aku begitu cemas sekarang, aku takut ini nomor Mas Ervan yang sedang ingin mener