Share

24. Hadiah Pernikahan

“Kenapa kamu menjadi cemberut?” tanya Drey setelah kami pulang dari rumah mama Davina.

Ya, setelah membicarakan soal anak. Drey langsung berpamitan pulang, padahal Aku ingin bersama dengan mama Davina lebih lama. Tapi Drey memaksa agar pulang cepat.

Aku melempar tas ke tempat tidur dan duduk di tepi ranjang dengan muka yang ditekuk.

“Kenapa kamu malah marah?”

“Kesal!”

“Tidak boleh kesal sama suami.”

“Habisnya kamu nyebelin. Aku, kan pengen ngobrol banyak sama mama Davina.”

“Terus?” 

“Kamu malah ngajak pulang!” Aku mengecutkan bibir.

“Kan sudah malam. Jangan marah lagi, ya.”

Drey menggodaku dengan jurus gelitikan.

Aku memekik kegelian saat Drey mengelitik pinggangku. “Ah geli!”

“Makanya jangan marah dong.”

Aku mengangguk pasti, memohon agar Drey menghentikan gelitikan. Drey menurut permohonanku, tiba-tiba dia memberi sesuatu.

Aku mengeryit kening ketika Drey menyodorkan benda tipis kepadaku.

<
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status