Share

07. Kebenaran Yang Belum Terungkap

 

"Alhamdulillah nggak apa-apa, tapi terima kasih ya sudah bantuin Bapak selama ini."

"Bapak memang nggak salah merestui kalian menikah dulu, Bapak bangga sama kalian terlebih sama kamu Ki, dari kamu juga Bapak bisa belajar tidak semua kita berdebat panjang lebar pakai mulut tetapi dengan perbuatan langsung kita bisa."

"Sama-sama, Pak."

"Boleh kita diam tetapi kita harus memainkan strategi, bolehlah sedikit kasih pelajaran," ucapnya.

"Betul juga kamu Ki, tapi ngomong-ngomong dari gaya bicaramu dan cara penyampaianmu, kalau boleh Bapak tebak sepertinya kamu orang berada bukan seperti orang susah?" selidik Pak Sugimin.

"Ah, Bapak bisa saja, tapi Aamiin ada yang mendoakan orang kaya."

"Memang sih banyak yang bilang kalau Riski ini tampangnya nggak bosanin, enak buat curhat," ucapnya dengan bangga.

"Sudah ah ngomong melulu, terus gimana ini Bapak ban sepedanya kempes, atau begini saja Bang  Riski antar dulu Bapak ke bengkel, biar Ayu tunggu di sini sampai Abang balik jemput Ayu, bagaimana Bang?" tanya Ayu.

"Bisa juga begitu, oh ya Pak kenapa nggak beli motor saja, 'kan lebih enak?" tanya Riski menantunya itu.

"Sebenarnya dulu sempat mikir gitu untuk membeli motor, cuma yaitu uangnya terpakai lagi untuk merenovasi rumah Doni."

"Apa Pak!" teriak Ayu mendengar penuturan kalimat pada Bapaknya.

"Kok bisa Pak, bukannya uang itu Bapak kumpulin dari hasil jualan ibu nasi kuning?" tanya Ayu penasaran.

"Iya Nduk, tapi yaitu tiga bulan yang lalu katanya pinjam nanti di kembalikan tapi sampai sekarang belum dikembalikan, ya kami ikhlaskan saja, berarti bukan rezeki kita uang itu bertahan sama kita," jawab Pak Sugimin dengan lembut.

"Memang berapa Bang Doni pinjam Pak?" tanya Riski penasaran.

"Waktu itu uang kami ada sekitar 25 juta tapi itu sama hasil jual kambing 3 ekor dan sisanya ya hasil dari jualan nasi kuning," jawab Bapak.

"Betul-betul Bang Doni keterlaluan jadi anak, bukannya bantuin cari uang eh malah dia yang pinjam, terus janji melulu nggak bayar!" ucap Ayu dengan geram.

"Sudah toh, ikhlaskan saja orang buat anak sendiri, nggak apa-apa lah, mudah-mudahan ada penggantinya."

"Mungkin itu juga adalah teguran buat Bapak karena tidak pandai bersyukur, makanya Allah memberikan kami ujian, doakan saja semoga apa yang kami ikhlaskan akan berbuah manis pada waktunya," jawab Pak Sugimin dengan lembut.

"Ya Allah Pak, hatimu terbuat dari apa Pak, sehingga Bapak nggak marah, nggak dendam sama orang apalagi sama anak kandung sendiri. Bapak terlalu baik sehingga mudah di bohongi namun Bapak selalu bersikap pasrah dan tawakal, Riski salut sama Bapak!" ucap Riski dalam hati.

Tak terasa bulir-bulir air mata jatuh dari mata Riski, sehingga membuat mereka tak percaya jika seorang Riski yang dikenal humoris dan tampil apa adanya bisa mengeluarkan air mata.

"Ih Abang kok nangis kaya cewek aja, malu tahu kalau sampai ada yang lihat?"

"Iya maaf, namanya juga terbawa emosi, ya sudah Ayu tinggal di sini sebentar Abang antar Bapak ke bengkel dulu, nggak apa-apa kan?"

"Eh nggak usah Bapak bisa sendiri, biar jalan kaki saja, kasihan sama kalian, Bapak ini sudah biasa."

"Nggak apa-apa Pak, ayuk Pak!"

"Iya Bang, Ayu setia kok nunggu Abang di sini, hati-hati di jalan ya Bang!"

"Iya Dek, Assalamualaikum!"

"Walaikumsalam!"

"Nak Riski, Bapak diturunkan saja di bengkel ujung jalan sana ya, maklum di dalam 'kan belum ada bengkel," teriak Pak Sugimin.

"Ngapain toh Pak ke bengkel sana, sekarang Riski juga sudah buka bengkel di rumah, biar Riski yang benarin sepeda Bapak."

"Oalah yang benar kamu, Ki?"

"Iya Pak, rencananya sih minggu depan mau syukuran kecil-kecilan untuk buka usaha yang baru Pak, do’ain ya Pak semoga lancar, dan Bapak sebagai pelanggan pertama Riski."

"Aamiin, Bapak do'ain semoga lancar dan berkah."

"Terima kasih ya Pak!"

"Iya sama-sama, Ki!"

"Ya Allah seandainya anak-anakku semua kaya Riski pasti hidupku akan tenang, untung Kau berikan dua anak lelakiku yang baik seperti Ridho dan menantuku Riski, jadikanlah mereka manusia yang selalu bertakwa kepadamu Ya Allah, kabulkanlah segala keinginannya jika menurut-Mu baik," ucap Pak Sugimin dalam hati yang mendoakan anak lelaki yang ke empat dan Riski menantunya.

Hanya mereka berdualah laki-laki yang masih menghargai dan menghormati orang tua.

Sampailah Riski dan Pak Sugimin tiba di rumah Riski dan mempersilahkan mertuanya untuk istirahat sejenak di teras rumah.

Riski lalu membuka pintu rumahnya lalu mengambilkan segelas air putih untuk Bapak.

"Pak Riski tinggal sebentar mau jemput Ayu, Bapak istirahat saja dulu di sini."

"Assalamualaikum!"

"Walaikumsalam, hati-hati di jalan Ki!"  teriaknya dengan pelan.

"Iya Pak!"

Tak lama kemudian Riski sampai di gedung aula tadi yang mana Ayu menunggunya untuk datang menjemput.

"Assalamualaikum, bidadariku!"

"Walaikumsalam, Abang!"

"Heh!" teriak dari orang dari belakang.

Mendengar suara itu Riski sebenarnya sangat malas berdebat lagi dengan keluarga Sukirman yang hobi menghina orang lain.

Ayu dan Riski saling berpandangan, entah apalagi bahan hinaannya.

Pak Sukirman mendatangi mereka berdua dengan tatapan yang tidak suka dan sinis.

"Ngapain kalian masih ada di sini lagi, bukannya dari tadi sudah pergi?' selidiknya.

"Iya Pakdhe, tadi Bang Riski antar bapak dulu pulang ban sepedanya bocor," jawab Ayu.

"Alah, alasan saja kamu ini, atau jangan-jangan kamu mau lihat ya berapa uang yang terkumpul di kotak pengantin itu, kamu mau ngambil 'kan?"

"Bilang saja, mana ada maling jujur, kalau ada yang jujur penjara bakalan penuh," jawabnya dengan intonasi yang tinggi.

"Pakdhe ini kenapa sih sensi banget sama kita ada apa Pakdhe, atau karena dulu Pakdhe nggak di kasih pinjam oleh bapak itu ya, makanya sekarang Pakdhe bertindak seperti ini merendahkan kami," terang Ayu.

"Pakdhe jangan suka menghina orang lain, belum tentu diri sendiri benar, Pakdhe belum tahu 'kan gimana perbuatan anak Pakdhe yang tersayang itu kalau di luar?" ucapnya dengan santai.

"Apa maksudmu Ayu?"

"Pasti Pakdhe penasaran juga 'kan?"

"Maaf ya Pakdhe lebih ditanyakan aja sendiri yang bersangkutan!" ucap Ayu dengan lantang.

"Ayuk Bang, kalau kita meladeni orang ini nggak ada remnya salah melulu di matanya."

"Tunggu!"

"Kamu belum jawab pertanyaanku, maksudmu apa tadi ngomong begituan?" tanya Pak Sukirman yang membuatnya salah tingkah alias merasa di bohongi oleh anak tersayangnya  itu.

"Katanya Pakdhe sangat menjunjung harga diri jangan sampai loh terhempas jatuh susah di pungut lagi," jawab Ayu mengejek.

"Kamu jangan buat teka teki langsung to the point kenapa sih?" tanya Pakdhe semakin penasaran.

"Tanya aja sama anak kesayangan Pakdhe, kesalahan apa yang dapat mencoreng nama besar keluarga kita?"

"Makanya sebelum menghina orang lain benahi dulu keluarga Pakdhe, tanya aja sama Lia, kalau sampai orang lain tahu apalagi Bu RT, mmmh... nggak bisa lolos,"  ucap Ayu yang membuat Pakdhe Sukirman berpikir keras kesalahan apa yang dibuat Lia sampai-sampai bisa membuat malu keluarganya.

"Jangan banyak berpikir, datangi saja orangnya, tanya langsung beres ‘kan?" usul Ayu disertai dengan tersenyum kemenangan.

"Ayuk Bang, numpung dia diam dalam kebingungannya, lebih baik kita pulang kasihan Bapak nungguin di rumah," ucap Ayu dengan semangat.

"Kenapa kok diam ngelihatin gitu?"

"Nggak nyangka aja ternyata Adek Abang ini pintar juga membuat orang jadi skak mati nggak berkutik lagi, belajar dari mana? terus apa sih yang dilalukan si Lia, memang dia buat salah kalau sampai Pakdhe tahu bisa buat keluarga malu?" tanya Riski penasaran juga.

"Mmmh ... kepo juga kan?" nggak ah nanti saja sebenarnya kasihan sih aibnya kalau dibuka, tetapi mengingat keluarga Pakdhe seperti sok suci padahal dia sudah menjual kehormatannya hanya demi uang."

Ayuk Bang, keburu sadar orangnya," ucap Ayu lagi.

Mereka pun pergi tanpa memberi alasan sehingga Pakdhe Sukirman merasa ditipu oleh Ayu dan Riski.

"Ayu! Ayu!"

"Kurang ajar kamu, mempermainkan orang tua, gimana sih Sugimin mendidik anak nggak ada yang becus, awas kamu Ayu kalau ketemu kubuat malu juga keluargamu!" teriaknya sepanjang jalan.

 

 

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wagirin
org sombong perlu di kasih pelajaran..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status