"Kenapa Nis, apa kamu bingung?" tanya Pak Sugimin Mertuanya."Iya Pak, Nisa bingung mau menggadainya di mana?" jawab Nisa tertunduk lesu."Apa kamu tidak punya tabungan, Nduk?" tanya Bu Yati pelan."Tidak punya Bu, soalnya semua uang Bang Doni dia pegang sendiri, Nisa nggak pernah dikasih uang belanja.""Bang Doni mencukupi semua kebutuhan Nisa dan anak-anak, semua dia yang ngatur, bahkan uang belanja Nisa nggak dikasih karena dia belanja sendiri, Bu!""Jadi selama sepuluh tahun ini kamu nggak pernah dikasih uang belanja?" tanya Pak Sugimin emosi."Nggak pernah Pak, karena Bang Doni berpikir semua kebutuhan sudah terpenuhi.""Terus, Mbak nggak pernah protes sama Bang Doni gitu, bukannya karena bapaknya Mbak Nisa yang membuat dia menjadi pimpinan di kantornya bapaknya Mbak?" selidik Ayu."Iya Yu, semenjak Bang Doni menjadi pemimpin perusahaan dan membalikkannya atas nama dia sendiri.""Aduh gimana ini Pak-e ternyata selama ini si Doni berbuat zalim kepada istrinya sendiri.""Mbak Nisa
"Gini Yu, tadi Pakdhe bilang ke Bapakmu, mau pinjam uang, soalnya aku belum di transfer dari anakku," jawabnya enteng.Bu Yati dan Ayu saling berpandangan, hampir tidak percaya apa yang dikatakan Pak Sukirman. Orang yang selalu dihina, dicaci maki, bahkan direndahkan ini dimintai pinjam uang, apa nggak salah?"Pakdhe ini aneh loh, kami ini orang miskin, makanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami berjualan nasi kuning, tidak seperti Pakdhe yang hanya duduk manis menunggu transferan uang dari anak," sindir Ayu."Aku kalau nggak kepepet nggak bakalan juga minta sama kamu, kamu itu saudaraku ya wajarlah saling membantu, sama siapa lagi minta tolong?" jawabnya enteng."Memang Mas Sukir mau pinjam berapa?""Nggak banyak cuma lima puluh juta, aku mau beli tanah di kampung sebelah kebetulan tanahnya dijual murah, aku sudah lihat lokasinya di sana, makanya daripada diambil orang lebih baik aku yang ambil, pintar kan aku?" jawabnya dengan bangga."Orang ini aneh tapi nyata mulutnya kaya
@Tante Nurma{Ya nggak apa-apa Ki, yang penting mereka sudah bisa merespons dan mudah-mudahan setelah bertemu dengan istrimu, orang tuamu cepat sembuh}@Rizki{Gimana dengan Pakdhe Sukirman? apa mereka masih sama atau sudah berubah?}.@Tante Nurma{Gimana mau berubah itu orang, masa kita sudah tiga hari di sini, dia melulu yang buat onar}{Kamu tahu nggak tadi Pakdhemu itu mau pinjam uang sama mertuamu itu ... berapa Lin, Mamah lupa?}{Oh ya 50 juta buat beli tanah}{Siapa yang nggak waras coba, setelah di hina malah mau pinjam, edan nggak tuh, kok masih ada ya orang kaya gitu}@Rizki{Terus dipinjami nggak sama Bapak, Tan?}@Linda{Ya enggak lah, Bapak Sugimin itu pasti sudah mengertilah watak saudaranya itu yang aneh bin nyata itu, apalagi dia tahu kalau kamu kaya bisa mati berdiri itu orang}@Rizki{Nggak boleh ngomong begitu Mbak, pada dasarnya beliau itu orang baik, hanya saja sudah dibutakan oleh kenikmatan dunia, uang adalah segalanya, nggak ada uang ya susah}{Oh ya Tan, Mba
"Saya mau minta kalian ganti rugi bayarkan semua belanjaan saya, kalau tidak saya akan usut perkara ini, gara-gara kalian jidat saya sakit, ini harus diobati, syukur-syukur saya nggak minta uang pengobatan hanya minta bayarkan belanja saya, baik kan saya?" ucapnya membanggakan dirinya sendiri.Orang-orang yang melihat kejadian itu tertawa terbahak-bahak apalagi mendengar penjelasan Pak Sukirman yang tidak masuk akal."Mengapa kalian semua tertawa, di sini saya yang menjadi korban dari Ibu ini, kok malah saya yang di bully sih?" jawabnya heran."Eh Pak, Bapak ini lagi sedikit linglung kayanya, Ibu ini sudah minta maaf, sedangkan jidat jenong Bapak itu nggak luka kok, terus minta ganti rugi minta dibayarkan semua belanjaannya, situ waras atau nggak sih, bisa-bisa Bapak loh yang kena sanksi sudah merepotkan warga lain!" ucap Bapak tua yang belanja di sana juga."Eh, sampean nggak usah ikut campur, saya yang jadi korban di sini, seharusnya Bapak dukung saya bukan sebaliknya," ucapnya gera
"Walah Nduk, piye toh kamu jadi pelupa belum juga tua?" ledek Bu Yati."Maklum Bu Yati, namanya juga sangking senangnya lupa kapan suaminya pulang," timpa Bu Surti ikut tertawa.Tak lama Pak Sugimin datang dari masjid setelah salat subuh di sana."Assalamualaikum!""Walaikumsalam!""Ada apa ini kalian kok tertawa, dan Ayu kenapa wajahnya sedih bukannya nanti suamimu pulang hari ini, harusnya kamu senang toh Nduk?" tanya Pak Sugimin heran."Iya pulang hari ini Pak, tapi Ayu lupa tanya jam berapa Bang Rizki pulang dari kota?" jawabnya menunduk lesu.Seketika Pak Sugimin tertawa lepas diikuti Bu Yati dan Bu Surti yang ada di warung itu, dan Ayu diam saja dan menunduk."Maaf-maaf Nduk, bukannya Bapak menertawakan kamu, cuma lucu saja kamu sudah dandan cantik-cantik begini tapi nggak tahu kapan suamimu pulang," ucap Pak Sugimin menghentikan tawanya agar Ayu tidak tersinggung."Iya Pak, Ayu lupa tanya habis nggak sabar menunggu Bang Rizki pulang," gerutunya kesal."Ya sabar mungkin sebentar
Untungnya ada Wisnu sahabat Rizki yang sebentar lagi menjadi kakak iparnya, menelusuri sepak terjang ayah dan anak itu.Rizki akan memberikan kejutan luar biasa bahkan tidak bisa dilupakan oleh besannya yaitu Pakdhe Sukirman.Seperti biasa mereka melakukan aktivitasnya sehari-hari berjualan nasi kuning yang semakin ramai.***Bagaimana kabar Doni?Akhirnya dia mengeluarkan tabungannya sendiri dengan terpaksa untuk membiayai semuanya sampai pulih kembali.Karena rumah yang dia tempati ternyata sertifikatnya masih dipegang oleh Pak Sugimin dan Doni tidak tahu juga kalau sertifikat rumahnya atas nama istrinya.Bahkan Nisa sekarang bisa membela dirinya sendiri, tidak mau terkekang oleh Doni, sebatas tidak ringan tangan dan tidak berselingkuh Nisa masih bertahan untuk keutuhan rumah tangganya.***Hari yang dinantikan pun tiba Pakdhe Sukirman datang ke warung Bu Yati memberi kabar gembira sekaligus hadiah hinaan."Wah, tambah banyak juga pelanggan mu Yati, tapi sayang kalau sudah banyak
Menjelang subuh dan setelah salat, akhirnya mereka pun sudah siap menanti kedatangan jemputan yang akan membawa mereka ke kota.Kejutan yang luar biasa untuk orang yang tiada duanya."Sudah semua toh Bu, kata Mas Kirman nggak usah bawa banyak-banyak cukup tiga baju saja.""Iya sudah beres Pak, Insya Allah semuanya beres.""Mana Ayu dan Rizki, mereka kok belum kelihatan, ini sudah jam berapa, jangan sampai mereka telat," ucap Pak Sugimin mondar mandir di depan teras rumahnya."Sabar toh Pak, ini juga baru jam tujuh pagi, masih ada waktu dua jam lagi, Bapak tenang saja, lagian anak-anak yang lain juga belum ngumpul," sahut Bu Yati mencoba menenangkan Pak Sugimin.Tak lama kemudian Ayu dan Rizki pun datang menghampiri kedua orang tuanya.Begitu juga dengan anak-anaknya yang lain, mereka di beri cuti dari perusahaan mereka masing-masing."Dek, Abang ke dalam dulu ya mau nyetor kebelet nih?" ucap Rizki sembari memegang perutnya yang sakit tiba-tiba."Iya Bang!" jawab Ayu singkatAyu pun ik
"Ya iyalah Ti, masa tiruan gini, anakku si Leo baru mengirimkan satu set perhiasan ini, bagus nggak?" tanya Bu Sri dengan bersemangat."Kenapa dipakai nya sekarang Mbak, lebih baik disimpan dulu, tunggu acara pengangkatan jabatan menantu sampean," sahut Bu Yati kepada Bu Sri."Nunggu itu kelamaan, siapa tahu aku di sana dibelikan menantu ku satu set perhiasan lagi di sana, iya kan Pak?""Pasti dong, apalagi dia mau diangkat menjadi pimpinan di salah satu cabang perusahaan Wiranata Group," sahut Pakdhe Sukirman bangga."Kamu Lukman, contoh tuh Rangga kamu juga kerja di salah satunya kan?""Sering-sering mengukir prestasi, kebetulan si Rangga itu lulusan terbaik seorang insinyur jadi mungkin berkat idenya lah bos besarnya memberikan hadiah berupa kenaikan jabatan, otomatis gajinya pasti naik juga dong!" "Oh ya Pakdhe, waktu nikahan nya Lia kok Ayu nggak lihat orang tuanya Rangga, kenapa nggak hadir ya?""Oh itu, katanya si Rangga sih orang tuanya lagi di luar negeri, jadi nggak bisa ma