Share

FAKTA BARU

“Aku ingin milikku menjadi hangat. Kau … lakukan tugasmu,” bisik Andri.

“Aku akan melakukan, seperti biasanya,” balas sang wanita sembari melakukan aksi nakalnya.

“Ah …”

Andri meluapkan hasratnya. Hubungan intim Andri bersama sahabat dekat Amanda, terjalin sepanjang malam. Mereka merayakan kemenangan yang sudah ada dalam genggaman.

“Kau memang sangat hebat. Aku … tidak menyangka. Kau memuaskanku sampai dua kali. Ah, kau membuatku melayang.”

Andri terlentang, masih menerima bibir yang terus menelusuri miliknya.

“Apakah kau mau lagi? Aku bisa memberikannya.”

Andri kembali menarik tubuh wanita seksi di hadapannya. Bahkan, wanita itu menggunakan lingeri merah milik Amanda. Sekali lagi, Andri terpuaskan dengan sempurna. Erangan mereka saling bersahut-sahutan di dalam kamar mewah. Kamar apartemen berharga puluhan milyar milik Amanda. Sebuah kamar yang hanya bisa dimasuki Andri, sahabat dekat Amanda dan Maria. Kini, kamar mewah itu ternodai oleh perselingkuhan tak terduga. Pengkhianatan dua orang yang sangat dipercaya, bahkan dicintai Amanda.

“Besok kau harus membuat namaku kembali baik. Kau tadi sudah menuduhku di depan semua orang. Pasti mereka membuat berita sangat buruk kepadaku. Sepertinya Maria juga mencurigaiku. Kau tahu sendiri. Selama lima hari dia sangat ngotot untuk melihat mayat Amanda. Tapi aku melarangnya.”

“Kita tidak perlu mencemaskan Maria. Dia hanya robot yang akan membantu kita,” ucap sang wanita kini kembali berada di atas tubuh Andri.

“Kau, benar,” balas Andri kembali mengerang. Dia masih saja santai dengan semua rencananya.

Sementara Maria sangat resah melihat semua media membicarakan Andri di dalam rumahnya. Dia sendiri juga  sempat berpikir, jika memang Andri pasti merencanakan sesuatu kepada Amanda.

“Dia sudah diberitakan sangat buruk. Kenapa dia sangat santai menanggapinya?” Maria mengurut pelipisnya. Dia sangat frustasi dengan kematian Amanda.

Setelah mendengar kematian Amanda, Maria pingsan seketika. Wanita yang sangat dekat dengan Amanda itu segera memeriksa semua, namun para pengawal mencegahnya. Maria sendiri tidak mengerti kenapa semua orang sangat menurut dengan Andri. Namun, Maria menahan diri. Dia ingin memperbaiki hatinya yang terpukul dahulu, sebelum berusaha mencari fakta yang sesungguhnya.

Masih dalam perasaan gelisah, dia mengambil ponselnya di atas meja. Maria menghubungi Andri dengan cepat.

“Andri. Besok kau harus menghindar di depan pintu utama gedung. Semua media menyalahkanmu atas kematian Amanda. Aku juga berharap kau tidak terlibat. Tapi, aku rasa kau memang tidak ada kaitannya dengan kematian Amanda.”

Maria segera menutup ponselnya, tidak memberikan Andri kesempatan untuk berbicara. Setelah menghubungi Andri, dia kembali duduk. Maria menunduk, merenungi kematian mendadak Amanda.

“Amanda. Apa yang sebenarnya terjadi?”

**

Hari berganti dengan cepat. Andri terbangun saat sinar matahari menyapa wajahnya.

“Argh … kenapa cepat sekali pagi.” Andri masih berusaha membuka kedua matanya. Dia segera terduduk, saat terkejut tidak melihat sosok yang semalam sudah memuaskannya.

“Argh, kenapa dia meninggalkanku? Baiklah, aku harus menuju kantor.”

Di dalam gedung Atmaja, Maria tidak percaya Andri belum muncul juga. Semua wartawan sudah memenuhi pintu utama. Puluhan pengawal berusaha menahan mereka.

Maria terus menghubungi pengawal yang berjaga di pintu belakang gedung utama untuk mengamankannya. Dalam kebingungan, Maria terus memastikan Andri untuk melakukan perkataannya semalam. Namun, dia tidak percaya dengan penglihatannya.

“Kenapa dia lewat pintu depan?!” teriak Maria. Dia berlari menghampiri Andri di tengah kerumunan semua wartawan bersama para pengawal.

“Tuan! Apakah benar Anda ada hubungannya dengan kematian Nona Muda?” tanya salah satu wartawan. Andri menundukkan kepala, masih saja diam.

“Cepat, selamatkan Tuan!” teriak Maria.

Semua pengawal berusaha mengatasi puluhan wartawan yang sama sekali tidak mau menyerah.

“Hentikan!” teriak seseorang membuat semua keributan spontan terhenti. “Aku sudah salah menuduh Tuan Andri. Dia tidak bersalah!”

Kini para wartawan terdiam. Mereka menatap seseorang yang membawa amplop cokelat mendekati Andri, dan menyodorkannya.

“Aku mau meminta maaf. Tidak seharusnya aku menuduh Tuan Andri seperti itu. Aku sangat menyayangi Amanda. Aku berhasil menyelidikinya. Ternyata … Tuan Andri sangat mencintai istrinya. Dia selama ini menyembunyikan keburukan Nona Muda yang ternyata gila.”

“Apa? Tidak mungkin!” Maria tidak percaya. Dia selama ini tidak pernah melihat Amanda gila.

Andri mulai mengangkat wajahnya, menerima amplop cokelat dan membukanya. Para wartawan menyiapkan kamera, saat melihat sebuah foto yang kini Andri tunjukkan kepada mereka. Foto rumah sakit jiwa dan surat keterangan, yang menunjukkan Amanda  benar-benar mengalami gangguan jiwa.

“Aku memang selama ini selalu menutupi ini. Dia memiliki kepribadian ganda. Bahkan, Nona Muda selalu berusaha membunuh dirinya sendiri. Karena aku ingin melindunginya, aku menikahi Nona Muda. Tapi … dia di vila menyayat pergelangan tangannya, saat aku tertidur.”

Maria bergemetar. Dia masih tak percaya. Selama ini dia melihat Amanda selalu ceria dan normal.

“Maafkan aku sudah menuduhmu, Tuan. Aku minta maaf.”

“Semua bubar!”

Maria berteriak. Para pengawal menarik Andri untuk segera masuk kembali ke dalam gedung. Sementara, Andri menolak. Dia mengangkat tangan tinggi untuk membuat wartawan diam.

“Tenanglah kalian! Apa kurang yang aku jelaskan? Sekarang tidak ada yang perlu aku jelaskan lagi. Buatlah berita yang sudah kalian lihat hari ini.”

Andri kali ini berjalan meninggalkan semua wartawan yang sudah tenang. Mereka mulai meliput semua pemberitaan yang barusan terjadi. Dengan wajah yang masih menunduk, Andri masuk ke dalam gedung. Namun, tidak dengan Maria. Dia masih terus berdiri menatap sosok yang sangat dipercaya oleh Amanda. Sahabat paling dekat dengan Nona Muda yang masih berdiri dengan tangisan. Maria perlahan mendekatinya.

“Kenapa kau melakukan itu?” tanya Maria.

“Aku sangat menyayangi Amanda. Dia seperti saudaraku sendiri. Aku sangat terpukul ketika mendengar kematiannya. Aku mencari cara untuk menyelidiki ini semua, dan ternyata aku menemukan sebuah fakta baru. Kau harus mengetahuinya, Maria. Ini adalah kenyataan yang harus kau terima,” ucapnya lalu meninggalkan Maria yang masih berdiri tegak menatapnya.

“Sarah, tunggu!” teriak Maria menghentikan langkah Sarah. Namun, sahabat Amanda itu tidak membalikkan tubuhnya.

Maria kembali melangkah mendekati Sarah. Dia menepuk pundaknya sebelah kanan. Sarah masih saja tidak menolehkan pandangan.

“Hal apa yang harus aku katakan kepadamu? Apakah rasa terima kasih? Atau peringatan? Ingatlah. Jika aku mendapatkan sebuah nama. Yah, nama yang terlibat dengan semua rencana ini, aku tidak akan membiarkannya.”

Sarah kembali melangkah, tidak memberikan respon terhadap pernyataan Maria. Dia terus melangkah menuju ruangannya. Sarah duduk, memikirkan sosok Maria yang akan membahayakan dirinya bersama Andri.

“Kau ternyata sangat luar biasa. Aktingmu mengalahkan seorang artis terkenal.” Ucapan Andri tiba-tiba. Dengan tersenyum, dia masuk ke dalam ruangan Sarah.

“Kenapa kau tiba-tiba masuk. Jangan pernah mendekatiku saat berada di kantor. Apa kau sudah gila? Sekarang keluarlah, karena aku tidak mau Maria melihat kita.”

Andri tidak mempedulikan apa yang Sarah katakan. Dia semakin mendekati wanita itu dan menariknya. Sejenak Andri menatap Sarah, lalu menciumnya. Spontan Sarah meronta, menolak perlakuan Andri kepadanya.

“Apa kau sudah gila? Hentikan sekarang, dan keluarlah! Aku tidak ingin hal buruk terjadi. Istrimu baru saja diberitakan mati. Semua pegawai yang berada di luar sana juga akan melihat kita. Kau--”

Sarah terkejut Ardi menyodorkan satu kotak kecil berwarna merah kepadanya. “Bukalah.”

Sarah semakin terkejut. Cincin berlian berwarna biru berada di dalamnya dengan berkilau. Cincin yang semula tersemat di jari manis Amanda saat pernikahan. Cincin yang selalu Sarah inginkan.

“Aku … aku tidak bisa berkata apa pun lagi. Kau memang sangat luar biasa.”

Kini Sarah tidak mempedulikan sekitar. Dia menarik Andri, dan menciumnya. Hubungan intim kembali dilakukan mereka di dalam ruangan Sarah. Mereka semakin bahagia dengan semua kemenangan itu.

Kebahagiaan Andri dan Sarah semakin lengkap dengan pernikahan. Mereka menikah setelah beberapa bulan ke depan. Pernikahan termegah bak negeri dongeng kembali digelar. Semua masyarakat kembali mengelukan pasangan ini. Andri berhasil membuat masyarakat menyukai Sarah. Dia selalu meliput kegiatan sosial Sarah.

Waktu berjalan cukup cepat. Satu tahun lebih, membuat Andri dan Sarah menjadi pasangan terkaya. Mereka menikmati semua kekayaan Amanda dengan bangga. Mendatangi acara besar sebagai pengusaha terkaya.

Dengan wajah selalu terangkat, Andri memasuki ruangannya. “Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya saat duduk di kursi kerjanya.

Maria menyodorkan dokumen nama pegawai baru yang akan bekerja. Andri segera membuka, dan memeriksanya.

“Salah satu sekretarismu mengundurkan diri. Dia menikah. Aku membutuhkan seseorang berada di posisi itu. Selama dua hari aku sudah menyaring semua pelamar, dan satu nama dalam dokumen itu adalah yang terpilih.”

Andri mengernyit membaca sebuah nama yang sangat tidak asing. “Lalu, di mana pegawai itu?”

“Aku akan memanggilnya.”

Maria membuka pintu ruangan Andri, melambaikan tangan kepada pelamar yang dia pilih. Maria kembali menutup pintu saat pelamar itu masuk ke dalam ruangan.

“Andri, ini dia. Perkenalkan namamu.”

“Perkenalkan, Tuan. Namaku, Amanda.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status