Share

Bertemu Teman Lama

Pagi ini aku pergi untuk memberikan berkas lamaranku ke beberapa perusahaan. Rencananya setelah selesai memasukkan beberapa lamaran nanti aku akan segera ke sekolahan Nindy untuk meminta surat pindah. Karena akan memakan waktu jika harus berangkat dari rumah ibuku nanti jadi aku putuskan untuk memindahkan Nindy di sekolah terdekat.

"Kamu Marni kan?"tanya seseorang yang wajahnya tidak asing bagiku.

"Iya benar. Maaf anda siapa ya?" tanyaku karena benar-benar lupa siapa dia. Yang kuingat hanya wajahnya sangat familiar.

"Kamu lupa ya aku Mira." katanya dengan sedikitnya cemberut.

"Miraa.. kamu Mira Adelia bukan?" katanya aku memastikan penglihatanku. Karena di hadapanku sekarang adalah seorang gadis cantik yang sangat sempurna.

" Iya benar kamu masih ingat kan?" katanya sambil tersenyum.

" Iya aku ingat cuma aku tadi sedikit pangling karena kamu sekarang sangat cantik. Kamu sangat berbeda dengan yang dulu." kataku takjub.

"Iya dulu aku sangat gemuk dan juga cupu sehingga sering di bully banyak orang. Tapi aku selalu ingat kamu selalu membantuku saat semua orang sedang membullyku. Aku sangat berterima kasih padamu karena hanya kamu temanku satu-satunya saat itu. Oh ya, kamu mau ke mana?" katanya Mira padaku.

"Aku sedang mencari pekerjaan Mir dan aku sudah memasukkan beberapa lamaranku ke ada beberapa perusahaan. Tapi mereka belum membuka lowongan. Katanya nanti akan dikabari kalau mereka butuh. Tapi masalahnya aku butuh pekerjaan sekarang." kataku dengan putus asa.

Mira diam menatapku. Anganku menerawang jauh saat kami masih sama-sama duduk di bangku kuliah.Mira adalah teman satu fakultas dulu saat aku sedang kuliah di universitas di kotaku. Dulu dia sangat gemuk dan cupu sehingga menjadi bahan Bulian teman-temanku. Hanya aku satu-satunya temannya.

Aku melihat Mira sedang menelepon seseorang. Karena merasa tidak enak aku ingin berpamitan pada Mira karena aku juga harus segera mengurus surat pindah Nindy. Aku tidak mau kalau nanti sekolah Nindy keburu tutup dan aku terlambat datang.

"Maaf Mira, aku permisi dulu ya aku harus mengurus surat pindah anakku karena sekarang aku pindah ke kota ini. Mungkin kalau ada waktu kapan-kapan kita bisa ketemu lagi." kataku pada Mira.

"Eh sebentar Mar.. Bagaimana kalau kita ngobrol dulu. Sebenarnya kantor papaku butuh seorang konsultan. Tadi aku sudah memastikan pada papa kalau bagian tersebut belum terisi. Kalau kamu mau kamu bisa bekerja di kantor papaku bagaimana kamu setuju?" kata Mira membuatku terkejut.

"Benarkah mir? Aku nggak salah dengarkan?" kataku tidak percaya.

"Benar kok Mar apa yang kamu dengar. Sudah lama aku mencarimu. Aku tidak mau kehilangan sosok teman sepertimu lagi. Kalau kamu mau ini ada kartu namaku nanti kamu hubungi aku saja. sebenarnya aku ingin ngobrol banyak sama kamu tapi karena kamu mengurus surat pindah anakmu kapan-kapan saja kita lanjutkan ngobrolnya."

Mendengar kata-kata Mira membuatku sangat bahagia. Tak lupa aku mengucap syukur, Alhamdulillah.. alhamdulillah.. Alhamdulillah ya Allah.. Terima kasih telah mendengar doa-doaku selama ini. Aku segera menjabat tangan Mira dan mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih Mir, kamu sudah mengubah hidupku. Aku permisi untuk mengurus surat kepindahan anakku dulu nanti kita bicara lagi. aku pasti akan segera menelpon mu." kataku pada Mira dengan hati berbunga-bunga.

"Sama-sama Mar, aku juga ucapkan banyak terima kasih padamu karena hanya kamu yang mau berteman denganku dulu. Sebenarnya aku tidak akan pernah bisa membalas kebaikanmu dulu padaku. Pergilah jangan biarkan anakmu menunggu. Nanti kamu bisa menelponku setelah semua urusanmu selesai." kata Mira dengan bijak.

Aku pun segera berpamitan pada Mira dan melaju ke sekolah Nindy. Dalam perjalanan aku tak henti mengucap syukur. Semua ini tak lepas dari PertolonganMu ya Allah.

Sesampainya di sekolah Nindy aku segera menuju ke ruang kepala sekolah. Aku ingin langsung berbicara kepada kepala sekolah agar surat pindah nindy segera diproses.

"Selamat siang pak Ridwan. Mohon maaf bisakah saya bicara sebentar?" kataku sambil mengetuk pintu ruang kepala sekolah.

"Selamat siang Bu Marni. Mari silahkan masuk. Silahkan duduk Bu." kata pak Ridwan dengan sopan.

"Terima kasih pak."

"Ada apa ya bu. Tumben datang kemari. Apa ada sesuatu yang penting?" katanya pak Ridwan padaku.

"Begini pak, saya ingin mengajukan surat pindah untuk Nindy karena sekarang saya akan tinggal bersama ibu saya. Jadi kalau untuk sekolah di sini rasanya terlalu jauh. Jadi saya berpikir untuk memindahkan Nindy di sekolah terdekat di sana." kataku langsung pada pak Ridwan.

"Oh jadi ibu dan keluarga mau pindah. Baik bu sebentar saya buatkan." kata pak Ridwan dengan sopan.

"Benar pak saya mau pindah. Baik pak saya tunggu di luar." kataku pada pak Ridwan.

Setelah menunggu selama 1 jam akhirnya surat pindah Nindy sudah berada di tanganku. Aku segera pulang dan memberikan kabar baik ini pada ayah dan ibuku. Aku tidak sabar memberi kabar baik kepada mereka.

"Assalamualaikum.. ayaah.. ibuu.." panggilku kepada mereka.

"Waalaikumsalam. Ada apa Mar teriak-teriak?" kata ibuku yang keluar dari kamar Nindy.

"Alhamdulillah bu. Marni sudah dapat pekerjaan. Ibu ingat tidak dengan Mira? Teman Marni yang sangat gendut waktu Marni kuliah dulu."

"Iya Ibu ingat yang dulu sering main ke rumah kan? Waktu kita masih di rumah yang lama." kata ibuku yang ternyata masih ingat dengan Mira.

"Iya bu. Mira yang memberi Marni pekerjaan bu. kata Mira perusahaan tempat ayahnya butuh seorang konsultan. Dan kebetulan Marni mempunyai pengalaman kerja di bagian tersebut."kataku dengan semangat pada ibu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status