Share

Mencari Pekerjaan

Aku memutuskan untuk segera mencari pekerjaan karena aku yakin mas Arman tidak akan lagi memberikan nafkah untukku dan Nindy. aku harus kuat demi anakku. Aku pandangi wajah polos anakku yang sedang tertidur itu dengan hati yang pilu. Aku sudah menceritakan semua masalah kepada ayah dan ibu. Hebatnya mereka tidak menyalahkanku karena dulu sudah menolak pilihan mereka. Ayah dan ibuku yakin ini semua sudah digariskan oleh Allah dan kita sebagai hambanya harus bisa menjalani.

"Besok kamu jadi cari kerja Mar? Memangnya kamu sudah punya pandangan mau melamar kerja di mana?" tanya ibuku dengan lembut setelah aku keluar dari kamar Nindy.

"Kalau punya pandangan sih belum Bu. Tapi besok Marni akan coba melamar ke beberapa perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan sesuai kemampuan Marni. Tadi Marni sudah lihat beberapa iklan lowongan pekerjaan di web. Besok Marni akan coba ke sana untuk mencoba mengadu nasib." kataku yakin.

"Semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan ya nak. Untuk masalah Nindy biar ibu yang urus kamu nggak usah khawatir. Dan untuk masalah Arman sebaiknya secepatnya kalian selesaikan urusan kalian. Ayah dan ibu mendukung kalau memang kamu ingin bercerai dengan Arman. Walaupun ibu tahu perceraian itu sangat dibenci oleh Allah tapi jika sudah tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan itu boleh dilakukan. Kamu yang sabar ya nak. Jangan sampai nanti Nindy terpengaruh dengan perubahan sikapmu." pesan Ibu padaku.

"Maafkan Marni ya Ayah Ibu.. Marni tahu mungkin semua ini adalah akibat dari ulah Marni sendiri. Andai saja dulu Marni menuruti perkataan ayah dan ibu."kataku dengan mata menerawang.

"Tidak ada yang perlu disesali Marni. Semua sudah terjadi dan tidak akan bisa diulangi lagi. Yang harus kita lakukan adalah memperbaiki apa yang masih bisa diperbaiki. Dan kalau memang sudah tidak bisa diperbaiki maka tinggalkanlah." sambung ayahku dengan bijak.

Mendengar kata-kata ayah dan ibu yang begitu penuh kasih mataku langsung berembun Aku sangat menyesali keputusanku dulu yang lebih memilih mas Arman daripada harus menuruti pilihan kedua orang tuaku. ayah dan ibuku langsung memeluk ku untuk menguatkanku. Aku sangat bersyukur mempunyai ayah dan ibu yang sangat mengerti akan kondisi putrinya.

"Sudah kamu tidur sana katanya besok mau cari kerja. Jangan sampai nanti kamu nangis sampai malam terus mata kamu jadi bengkak besok pagi. Kan tidak lucu kalau cantik-cantik matanya bengkak."kata ibuku menghiburku.

"Iya bu Marni tidur dulu ya." kataku sambil tersenyum lalu melangkah ke kamar untuk tidur.

Sampai di kamar Aku merenungkan kata-kata ibu dan ayah. Memang sudah saatnya aku mengambil langkah tegas. Aku tidak bisa selamanya terus-menerus diinjak-injak oleh mas Arman. Sudah cukup perjuanganku yang tidak dihargai selama 6 tahun ini. Aku tidak mau menjadi contoh yang buruk untuk Nindy. Aku tidak mau Nindy berpikir kalau wanita hanya untuk diinjak-injak dalam rumah tangganya atau wanita harus selalu mengalah pada suaminya. Kalau aku terus diam berarti aku ikut menanamkan pikiran seperti itu pada anakku.

Sebelum Nindy tidur tadi aku sudah menulis beberapa surat lamaran pekerjaan yang rencananya akan aku antarkan besok pagi. aku juga sudah menyiapkan beberapa berkas pendamping untuk lamaranku. Kemudian aku mencoba memejamkan mata dan berharap bangun dengan segar besok pagi agar penampilanku bisa lebih fresh.

"Marni.."panggil ibuku sambil menepuk-nepuk pipiku.

"ya bu.."katanya aku kebingungan karena baru bangun tidur.

"Ayo bangun ini sudah jam 06.00 pagi. Katanya kamu mau melamar kerja?"kata ibu mengingatkanku. kalau saja Ibu tidak membangunkanku pasti aku lupa kalau aku harus mencari kerja segera.

"Iya bu Marni mandi dulu. Nanti Marni titip Nindy ya bu. Untuk hari ini mungkin tidak usah sekolah dulu saja. Nanti pulang dari cari kerja Marni langsung mampir ke sekolah Nindy yang lama untuk meminta surat pindah. Rencananya nanti Nindy akan Marni sekolah kan di dekat sini saja biar tidak terlalu jauh."kataku pada ibu sambil setengah berlari untuk mandi.

"Kamu itu dari dulu nggak pernah berubah to Mar.. selalu saja begini. Jadi ingat pas Masa kamu masih sekolah setiap pagi Ibu bangunin pasti selalu lari-lari ke kamar mandi." kata ibu sambil tertawa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status