Share

Seperti tertusuk duri

Shelomitha terjaga dari tidurnya, kepalanya begitu berat, perlahan ia membuka mata melihat suaminya telah tidur di sampingnya. Semalam hampir jam satu malam Shelomitha baru bisa memejamkan mata. Saat itu pun suaminya belum juga pulang. Ia menatap sekilas wajah Bramantyo yang tertidur memeluk dirinya. Perlahan Shelomitha mengangkat tangan lalu menaruhnya ke atas guling. Shelomitha beringsut menuju kamar mandi.

Selesai ia ke dapur membantu Simbok memotong sayuran, wortel juga kentang juga gubis. Menaruhnya di wadah yang bersih. Kali ini Bibi akan membuat sop request dari anak-anak. Simbok memasukkan sayuran ke dalam panci yang sudah mendidih, lalu memasukkan sayuran. Sedangkan Shelomitha menggoreng ayam juga bakwan jagung.

Selesai Shelomitha mematikan kompor, lalu seperti biasa berjalan menuju kamar Raka dan Rania membantunya mengenakan seragam. Selesai Shelomitha naik ke kamar atas menemui suaminya yang masih tertidur.

"Mas, bangun ini sudah siang lo."

Bramantyo menggeliat, mengucek matanya yang masih mengantuk. "Malas sayang. Masih mengantuk."

Shelomitha tersenyum tipis. "Ga kerja, kah?" tanyanya.

"Kerja, sih."

"Ayo bangun ditungguin, anak-anak di meja makan."

"Baiklah."

Shelomitha turun, biasanya ia membantu suaminya memakai dasi, namun kali ini tidak, karena anak-anak sudah menunggu di meja makan.

"Ma, Papa mana?" tanya Raka cemberut.

Shelomitha duduk di samping Raka. "Masih mandi, Nak. Makan dulu ya, Mama suapin."

Raka mengangguk. "Iya, deh. Ma. Tapi tumben ya, Papa baru mandi jam segini."

Shelomitha melengkungkan senyum. "Ya mugkin, Papa kecapekan, Nak." Jelas Shelomitha sambil menyuapinya.

Bramantyo datang dari lantai atas. Lagi-lagi Shelomitha membawa ingatan bahwa ia semalam pulang terlambat, dalam situasi ini Shelomitha agak canggung. Shelomitha memandang Bramantyo dengan tajam, sedang Raka sedikit berdehem untuk mengurangi adanya perang tatap menatap di ruangan ini.

"Papa kenapa baru mandi sih?"

"Iya maaf, Nak."

Raka cemberut menatap ke arah Papanya.

"Sayang, maaf ya. Semalam aku ada meeting dan saat aku pulang kamu sudah tertidur."

"Apa ada yang tidak aku ketahui, Mas?" tanya Shelomitha ragu.

Bramantyo menarik napas dalam. "Tidak ada, sayang."

"Ini sudah kelewatan. Tak biasanya, Mas seperti ini pulang terlambat."

Bramantyo mendekati Shelomitha lalu mengecup keningnya. "Maaf, sayang."

Jujur saja. Shelomitha tidak memperhitungkan adanya hal ini sepanjang pernikahannya dengan Bramantyo terjadi. Shelomitha selalu mengira bahwa mereka akan bersama hingga sisa umur nanti. Namun rupanya Shelomitha terlalu naif hingga terlalu percaya pada suaminya itu.

"Mas berangkat dulu, ya."

"Iya, Mas. Jangan dimatikan ponselnya aku cemas lo, Mas."

BBramantyo mengangguk. "Hanya perasaanmu saja, Tha. Sudah aku berangkat ya."

Shelomitha tersenyum dan mengantarkan suami serta anaknya menuju halaman depan. Shelomitha masih mematung melihat mobil sang suami meninggalkan rumahnya.

-

Pagi tiba suara riuh kicau burung terdengar begitu merdu di atas pepohonan samping rumah Shelomitha, pemandangan begitu sejuk, matahari mulai bersinar menampakkan cahaya. Setelah semalaman bersembunyi di balik rembulan, pagi hari aktivitas di mulai. Dengan semangat pagi, senyum pagi dan jiwa yang pagi.

Sore tiba, setelah pulang kerja Shelomitha belanja bersama temannya Dewi, kali ini ia akan belanja keperluan buat sekolah Raka, tadi pagi ia Raka pesan jika minta dibelikan beberapa buku juga pencil warna serta kotak pensil. Juga Shelomitha sudah membeli kado untuk anniversary pernikahannya yang ke sepuluh tahun.

"Tha, sudah. Temani aku beli ponsel ya. Soalnya lemot nih ponselku." Jelas Dewi.

"Baiklah apa sih yang enggak buat sahabat se-care kamu."

"Pasti dong. Makasih ya, Tha. Meskipun sudah berkeluarga kamu masih sempat temani gue belanja."

"Iya apa sih yang enggak buat, kamu."

"Ga kayak, Si Sari. Entah dia makin lama makin aneh suka melamun sediri."

"Serius?"

"Ya, makanya jarang kan ngumpul bareng kita lagi."

Shelomitha tersenyum. "Ya sudah sih mungkin sibuk, kali."

Selesai memilih ponsel mereka berjalan naik ekskalator menuju resto mall. Sesaat Dewi beku melihat Bramantyo bersama Sekar. Ia memegang dadanya dan berharap jika Shelomitha tidak melihatnya kali ini.

"Tha, kayaknya kita putar balik saja yuk. Entah aku mendadak pengin ikan gurame yang ada di depan mall ini itu lo."

"Enggak."

"Please ... ayo lah. Tha."

Shelomitha menggeleng pelan. "Enggak, serius ya ini bukan lo banget." Kata Shelomitha seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ayo." Tarik Dewi lagi.

Sesaat Shelomitha beku. Serasa harinya telah hancur, menghantam seluruh tubuhnya yang sesaat menjadi beku. Tepat di depan matanya Shelomitha melihat suami juga Sekar sedang berpegangan tangan mesra tak jauh dari tempat Shelomitha berdiri bersama Dewi. Ya Allah cobaan apa lagi ini ya Robb, Shelomitha tahu Engkau tidak akan memberi cobaan di batas kemampuannya. Suaminya yang selama ini ia percaya ternyata telah menghianatinya. Apa yang harus ia lakukan?

"Tha ... kau baik-baik saja?" tanya Dewi sangat cemas melihat keadaan sahabatnya.

Dewi masih di posisi mematung.

"Tha, ayo kita pulang." Ajak Dewi.

Dewi maju satu langkah, dan meraih ponselnya dalam tas. Lalu menghubungi sang suami.

[Hallo, Mas lagi dimana?]

Shelomitha bertanya dengan tangan gemetar. Sedangkan Dewi merasa bersalah, ia terus memegang tangan kiri Shelomitha dengan erat.

[Iya masih di kantor, Tha. Ini baru selesai, meeting bersama, Bos.]

Astaga ... kali ini Shelomitha melangkah mundur satu langkah. Tangannya begitu dingin, membayangkan jika semua yang dilihatnya ini salah.

[Hallo, sayang. Tha]

Shelomitha memutus sambungan ponselnya.

"Ayo kita pulang, Tha." Dewi ikut menangis menyaksikan kelakuan adiknya yang tega merebut suami Shelomitha.

Shelomitha mengangkat tangannya lagi lalu menelepon Sekar adiknya.

[Iya, Mbak.]

[Dimana, jalan yuk, Sekar?]

Kali ini Shelomitha serasa dihantam puluhan benda berat tepat mengenai kepalanya.

[Maaf, Mbak. Kayaknya enggak bisa deh. Aku lagi jalan sama, teman wanitaku nih.]

Dewi dan Shelomitha berjalan mundur mereka menangis berdua.

"Kau yakin tak, menemui mereka, bahkan iki kesempatan untukmu, Tha."

Shelomitha menggeleng pelan, "Jika aku tak punya Raka. Akan aku lakukan. Namun nyatanya aku takut jika Raka terluka." Jelas Shelomitha.

"Oke aku mengerti, kita pulang."

"Iya."

Dewi melajukan mobilnya membawa sahabatnya meninggalkan mall, awalnya Dewi akan melabrak agar mereka agar malu. Namun, Dewi urungkan percaya jika tadinya Shelomitha dan Bramantyo saling mencintai. Sebab diluar sana mereka berdua berperan sebagai suami istri dengan sempurna. Bahkan sangat romantis. Shelomitha hanya takut jika ia melabrak akan viral di media sosial dan ia tak mau membuat Raka terluka.

Ironis, sebab hanya hitungan detik semuanya telah hancur, Dewi menghela napas. Merasa jika mungkin Shelomitha begitu terluka.

"Tha, kau baik-baik saja?" tanya Dewi pelan.

"Tidak apa-apa terima kasih sudah menemaniku hari ini."

"Kau yakin? Jika kau siap melabrak perempuan itu kita putar balik saja."

"Tidak, Dew, ini adalah antara aku dan Mas Bram."

"Ok, baiklah."

Shelomitha mengusap air matanya. "Dengan mencemaskanku saja aku sudah cukup bersyukur. Kau tahu rasanya aku seperti dihantam ribuan benda berat tepat mengenai jantungku."

Dewi merasa jika sikap Sekar keterlaluan. "Sabar ya, Tha."

"Apa ada, adik menyakiti kakaknya sendiri. Ini sungguh sulit aku percaya." Shelomitha menoleh ke arah luar cendela mobil.

Dewi terdiam, ia tahu jika Shelomitha sedang gundah dan emosinya masih labil. Tak pernah disangka jika semuanya bisa sekacau ini. Sekar yang pendiam ternyata menusuk dari belakang. Mobil sampai di halaman rumah Shelomitha, ia masuk dan Dewi yang membawakan belanjaan Shelomitha masuk ke dalam rumah.

"Dew, biarkan aku sendiri dulu ya. Aku mau sendirian."

Dewi mengangguk pelan, seraya duduk di kursi tamu. Mau pergi pulang pun tak enak ia cemas akan keadaan Shelomitha saat ini.

-

Shelomitha masuk ke kamar mandi tangannya gemetar, ia duduk di kamar mandi baru semalam mereka bercumbu mesra, siangnya ia bercumbu dengan wanita lain. Shelomitha berada di pojok kamar mandi ia memutar shower hingga tubuhnya jatuh lunglai kebawah. Sungguh ini begitu menyakitkan, melihat kemesraan mereka berdua tak main-main Shelomitha melihat dengan mata kepalanya sendiri. Semenit, setengah jam, hingga satu jam Shelomitha berada di kamar mandi.

"Mbok, kok lama ya, Mitha bagaimana ini?"

"Iya, Non. Tumben lo, kenapa ya?"

"Kita cari yuk, Mbok."

"Ayuk, Non."

Mbok Darmi dan Dewi kebingungan. Mbok Darmi dan Putri curiga lalu bergegas naik ke kamar atas.

Tok ... tok.

Sepi

Mbok Darmi dan Dewi masuk tidak ada keberadaan Shelomitha, hanya terdengar suara air yang mengalir terdengar sampai luar kamar mandi. Mbok Darmi begitu cemas dengan cepat ia bergegas masuk dan melihat Shelomitha sudah tak sadarkan diri.

"Non ... astaga, Non Mitha ... bangun, Non! Bagaimana ini Non, Dewi." Teriak Bibi.

"Tolong ...."

Dimas baru saja sampai, dia kebetulan mampir ke rumah kakaknya. Mendengar suara minta tolong dari kamar atas. Arya Dimas anggara berlari kearah suara minta tolong.

"Ya Allah, Mbik. Kenapa dengan, Mbak Dewi?" tanya Arya.

"Enggak tau, Den Arya, Mbok cari-cari enggak ada ternyata di kamar mandi."

"Cepat ganti bajunya, Mbok, baru kita bawa ke rumah sakit," ucap Arya pada Simbok juga Dewi.

"Injih, Den Arya."

Selang beberapa menit Shelomitha sudah berada dalam kamar IGD, tubuhnya lemas dan kondisi berendam di air membuat kondisinya drop. Saat ini Shelomitha sedang di tangani oleh dokter. Sedangkan Arya dan Simbok juga Dewi menunggu di ruang depan.

"Den, apa tidak sebaiknya, Den Bramantyo dikasih tahu kalau, Non Mitha, sedang sakit?" tanya Mbok Darmi.

"Ponselnya enggak aktif, Mbok. Sudah berapa kali Arya telepon tapi enggak diangkat."

"Den Raka sudah waktunya pulang, Den, apa Mbok saja yang jemput?"

"Ya, Mbok saja yang jemput, biat diantar sama, Mang Kardi. Biar aku yang nungguin Mbak Mitha sama Dewi di sini.

"Injih, Den, Mbok pamit dulu."

"Ya, Mbok, hati-hati."

Arya bergeming, memandang kakak iparnya, Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini, biasanya kelurga kakaknya selalu bahagia, baru kali ini Arya melihatnya kondisi kakak iparnya begitu terpuruk.

-

Di kantor Bramantyo masih menyelesaikan tugasnya, setelah menemui Sekar ia lupa tidak sempat pegang ponsel. Bramantyo lupa tadi ia matikan sesaat setelah Bramantyo telepon.

[Hallo, Mas]

[Iya ... ada apa?]

[Bisa kita ketemu, Sekar rindu]

[Mas banyak pekerjaan, bisa lain waktu ya. Lagian bukankah tadi sore kita baru makan bersama]

[Ayolah, Mas?]

Lama-lama wanita ini menjengkelkan. Bramantyo membanting ponselnya ke atas meja tempat kerjanya.

[Tapi aku masih rindu.]

Bramantyo mendengus kesal. Ia makin sadar jika makin hari kelakuan Sekar makin posesif dan begitu banyak menuntut. Mobil Bramantyo melaju dengan kecepatan cepat. Hingga berapa menit mobil sudah berada di garasi rumah. Bramantyo memasuki rumah melihat sekeliling sepi, ruangan demi ruangan begitu sepi, Bramantyo jalan menuju kamar atas. Ia melihat bekas air belum kering membasahi lantai kamar mandi.

'Ada apa ini? Kenapa kamarnya berantakan tak seperti biasanya.'

Bramantyo menjatuhkan diri di atas ranjang, punggung belakangnya seperti ada sesuatu, Bramantyo melihat bingkisan berada di atas ranjang. Ternyata hadiah hari anniversary pernikahannya, ia tersenyum bahkan ia lupa jika hari ini adalah hari yang special.

Bramantyo sesikit panik dia menelepon ponsel milik Shelomitha lalu berbunyi di dekatnya. Di mengecek ponsel milik Shelomitha dan Bramantyo begitu terkejut saat melihat vidio dirinya dan Sekar sedang berhubungan intim. Mungkin Sekar mengambil vidio itu diam-diam, Bramantyo meradang kesal, rahangnya mengeras, enggak tahu harus memberi penjelasan apa pada Shelomitha

"Jadi selama ini aku dijebak sama Sekar.

Sitttt ...."

'Dasar wanita murahan, beraninya ia mau mengancam Shelomitha, lalu dimana Shelomitha?'

Bragh ....

Bramantyo melemparkan ponsel Shelomitha ke dinding hingga hancur berkeping-keping. Bramantyo tak habis pikir jika wanita itu menepati ancamannya. Bramantyo lalu memeriksa ponsel ternyata ada banyak sekali panggilan dari adiknya Arya.

Next....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Setiarini Indah
Yg nulis ga fokus nie..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status