Share

Apakah ini cobaan

Mbok Darmi beserta Raka ke rumah sakit. Mbok Darmi begitu cemas karena sejak kecil ia belum pernah melihat, Shelomitha seperti ini. Ia takut kalau terjadi apa-apa dengannya. Sang Ibu menitipkan ke pada dirinya, Simbok lalu masuk ke ruangan dimana Shelomitha di rawat. Simbok melihat keadaan Shelomitha yang masih down. Pandangannya kosong hanya air mata yang mengalir di pelupuk kedua netranya.

"Non, Mitha ...."

Diam

Hening

"Non, Mitha ...." Mbok Darmi memegang tangannya.

Shelomitha mengusap air mata, lalu menoleh ke arah Mbok Darmi. "Iya, Mbok."

"Non, apapun masalahnya ingatlah ada, Allah juga, Den Raka juga Non Rania yang masih membutuhkan, Non. Mbok enggak harus tahu masalahnya tapi tolong, Non. Sabar, Iklas masih ada Gusti Allah yang ada membantu kita." Nasehatnya.

"Mbok, aku butuh pelukan, Mbok Darmi."

"Sini ...!" Simbok Darmi memeluk Shelomitha yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

Arya dan Dewi juga Raka hanya memperhatikan, Arya semakin yakin ada sesuatu antara kakaknya Bramantyo dan Shelomitha. Sang Mama juga sedang berada keluar kota, Arya mengusap rambutnya dengan kasar. Sungguh ia tak tega melihat kakak iparnya seperti ini. Sesaat ponsel milik Arya berbunyi.

[Hallo ada apa, Arya?]

[Mas, Mbak Shelomitha di rawat di rumah sakit Kasih Bunda.]

[Apa. Baiklah, Mas kesana]

Mobil silver berjalan menuju rumah sakit, hati Bramantyo saat ini hancur. Shelomitha mungkin saja sudah mengetahui skandalnya dengan Sekar. Apa yang harus dikatakan Bramantyo untuk meminta maaf. Mobil sudah terparkir di parkiran rumah sakit, ia bergegas masuk ke ruang rawat inab dimana Shelomitha dirawat.

"Mas dari tadi di telepon enggak di angkat sih?" tanya Arya.

"Mas sibuk Arya, banyak kerjaan hari ini," jawabnya cemas.

"Hmm."

"Mana, Mbak Shelomitha?"

"Ada di dalam."

Bramantyo berjalan ke arah istrinya, Shelomitha membuang muka melihat ke arah cendela. Bramantyo tidak tahu harus bicara apa? Tapi ia harus berani meminta maaf dan menjelaskan demi cintanya pada Shelomitha. Dewi keluar kamar. Ia pun begitu kesal melihat Bramantyo.

"Kenapa, sayang bisa seperti ini?" tanya Bramantyo.

Diam

Hening

"Hey, Mas sudah ada disini," ucap Bramantyo seraya memegang punggung tangan Shelomitha.

Air mata itu tumpah membasahi pipi Shelomitha, kebahagian yang di dapat selama ini hancur dalam hitungan detik.

"Mas minta maaf, Tha."

Shelomitha hanya diam. Menatap ke arah cendela dan tak sedikitpun menatap ke arah Bramantyo sang suami. Sesaat dokter masuk, memeriksa kondisi Shelomitha.

"Permisi, Pak. Mohon maaf, biarkan beliau beristirahat, biar kondosinya bisa cepat pulih. Saya akan menyuntikkan vitamin agar beliau bisa istirahat tidur."

"Baiklah, dokter. Apa ada yang serius dengan istri saya?"

"Tidak ada, hanya beliau butuh istirahat total. Jika dipaksakan bicara maka ia akan drop lagi, Pak."

Bramantyo mengangguk. "Oh, baiklah. Dok."

Kecurigaan Arya benar mereka sedang ada masalah? Apa yang dilakukan Mas Bramantyo hingga Mbak Mitha enggak mau melihat wajah Mas Bramantyo, meskipun hanya sesaat. Arya meraih ponsel berusaha mengabari sang Mama.

[Mama]

[Iya, sayang ada apa?]

[Mbak Mitha sakit, Ma, dirawat inab.]

[Sakit, apa sayang? kemarin Mama habis telepon Mitha baik-baik saja.]

[Mungkin kecapekan, Ma]

Bohong Arya pada sang Mama.

[Mama baru bisa pulang lusa sayang, soalnya pernikahannya baru besok.]

[Oh, begitu, baik, Ma.]

[Tolong jagain, Mitha ya untuk Mama.]

[Siap, Ma]

Arya kasihan melihat Shelomitha, Shelomitha sosok yang setia, selalu melayani kakaknya dengan baik. Namun apa kesalahan Bramantyo, yang Arya tidak pernah bayangkan sebelumnya. Ia pernah merasa iri dengan keluarga kecil mereka. Hari ini Arya benar-benar muak melihat kelakuan sang kakak.

Bramantyo mengajak Raka dan Rania pulang, dokter bilang jika Bramantyo sementara untuk tidak menemui pasien. Biar pasien cepat pulih. Sampai di rumah Mbok Darmi menyiapkan makanan untuk Raka dan juga Bramantyo, selesai mereka makan malam dengan suasana hening. Selesai Mbok Darmi menemani Raka dan Rania tidur. Sementara Bramantyo berjalan menuju kamar atas. Ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang selalu membuat hati Bramantyo kehilangan kendali saat bersama Shelomitha.

Shelomitha masih di kamar inab ditemani Arya sang adik ipar, Arya merawat Shelomitha dengan sangat baik. Shelomitha sudah mulai bisa diajak bicara, sesaat hening hingga Arya memberanikan diri untuk bertanya.

"Mbak Mitha, sebenarnya ada apa? Kenapa bisa, Mbak seperti ini?"

Diam

Hening

"Mas, Bramantyo main gila sama, Sekar."

"A---apa, Mbak. Aku enggak salah dengar? Mbak Mitha enggak lagi bercanda kan?" tanya Arya mengusap rambutnya dengan kasar menahan rasa panas di wajah.

"Enggak, Arya, bahkan, Mbak liat mereka sedang bermain gila bermesraan di sebuah apartemen," ucap Shelomitha lemah.

Arya mendengus kesal. "Apa sih, Mbak. Yang ada dalam otaknya Mas Bram, Bisa segila ini?"

Shelomitha menggeleng pelan. "Mbak juga enggak tahu, tega sekali Mas Bram berbuat seperti ini, Mbak juga enggak habis pikir kenapa harus dengan, Sekar adik Mbak sendiri."

"Astaga keterlaluan mereka, aku juga enggak tahu? Arya juga pernah lihat mungkin sekitar tiga bulan yang lalu, mereka bersama di mall, ya Arya pikir karena mereka ketemu secara enggak sengaja, Mbak."

"Hmm."

"Apa, Mbak. Akan memaafkan, Mas Bram?" tanya Arya.

"Sebuah penghianatan apakah harus di maafkan, Arya."

Arya terdiam tak berani berkata lagi, ia takut jika Shelomitha terluka lebih dalam lagi.

Jika cinta itu tulus dan suci, maka tidak ada penghianatan. Tapi kenapa Bramantyo begitu bodoh hingga kegilaan itu ia lakukan. Bramantyo memukul kaca hingga kaca retak membuat tangannya terluka, mungkin ia baru menyadari setelah skandalnya dengan adiknya Sekar terbongkar yang sudah berjalan hingga beberapa tahun terakhir.

"Aku sengaja menjebakmu, Mas. Agar rumah tangga kalian hancur," lirih Sekar tersenyum menang.

"Jadi selama ini kau menjebakku?" tanya Bramantyo kesal

"Tidak juga, bukannya, Mas juga menikmatinya," jawab Sekar menantang.

"Astaga, apa aku tak salah, wanita macam apa kau tega menjebakku dan menghianati sahabatmu sendiri, hah?"

"Bukannya, Mas. Juga suka kan?"

"Dengan kau memberikan minuman itu, kau bilang suka."

"Aku menyukaimu dari dulu, sebelum kau menikahi, Shelomitha."

Bramantyo tersenyum kecut. "Apa-apaan ini."

"Jika, Mas tidak menurutiku maka ku pastikan, Shelomitha akan mengetahui vidio kita," ucap Sekar mengancam.

"Gila kau, Sekar. Wanita macam apa kau ini."

"Terus saja menghinaku, tapi perlu, Mas tahu sekali aku buka mulut, Mas Bram akan kehilangan, Shelomitha." Ancam Sekar lagi.

"Sitt ... dasar murahan."

Sebuah penyesalan masa lalu namun masih bisakah diselamatkan, penyesalan yang saat ini Bramantyo rasakan.

-

Mbok Darmi yang mendengar suara gaduh dari kamar atas, langsung masuk ke dalam dimana Bramantyo berada. Mbok Darmi melihat begitu banyak darah yang keluar dari tangan Bramantyo. Darah segar mengalir di tangan, Mbok Darmi datang lalu membersihkan luka Bramantyo. Selesai mengobati dan membalut luka dengan kain kassa, Mbok Darmi pun pamit keluar. Bramantyo duduk di sofa kamar matanya melihat ke arah langit-langit yang bercat putih itu. Kepalanya begitu berat sesaat kemudian ia sudah menjelajah ke alam mimpi.

Pagi tiba, suara ketukan pintu membangunkan Bramantyo yang tertidur di sofa.

Tok... tok.

"Masuk."

"Sarapanya sudah siap, Den Bram? sudah ditunggu, Den Raka!"

"Iya, Mbok. "

Raka dan Rania melihat Papanya sedikit berbeda, ada apa dengan Papa? Apa semalam Papa enggak menemani Mamanya ke rumah sakit? Segudang pertanyaan Raka hanya dipendamnya dalam hati, ia tahu jika Papa dan Mamanya lagi ada masalah.

Piring yang diisi makanan oleh Simbok pun tak tersentuh oleh Bramantyo, pandangannya kosong. Tapi Bramantyo harus ke rumah sakit menjenguk istri tercintanya.

"Sudah selesai sarapannya? Ayo berangkat, sayang."

"Sudah, Pa," jawab Raka.

"Ayo, Papa antar."

"Emm, Pa. Enggak jenguk Bunda di rumah sakit. Bagaimana kabar, Bunda?"

Bramantyo tersenyum. "Iya, habis antarin, Raka nanti, Papa jenguk, Bunda?"

Raka memperhatikan wajah sang Papa. "Siap, Pa."

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Bramantyo mengantar Raka sampai di depan sekolah. Lalu Bramantyo melajukan mobil menuju rumah sakit, Bramantyo memarkirkan kendaraanya lalu berjalan menuju kamar inab sang istri.

Shelomitha terlihat sedikit membaik, sudah bisa mulai tersenyum. Apapun masalahnya ia harus kuat demi buah hatinya. Arya berada di samping, dan berusaha memberi semangat agar Shelomitha merasa ada dukungan tak sendiri menghadapi kenyataan pahit.

"Mbak, mau disuapi enggak? Itu tangannya masih sedikit memar bisa digerakin kan, Mbak?" tanya Arya.

"Iya masih sedikit ngilu sih, Arya."

"Sini kalau gitu biar, Arya yang suapin, Mbak."

"Tapi ...."

"Aduh sudahlah ini kayak, aku ini siapa saja. Sudahlah aku enggak akan kurang ajar sama, Mbak."

"Iya baiklah."

"Nah gitu dong, Mbak itu sudah Arya anggap seperti kakak sendiri, Jadi enggak usah sungkan, Mbak."

"Emm, ya baiklah."

Arya menyuapi Shelomitha dengan sangat hati-hati, sesekali mereka bercanda, Arya sedikit lega dan senang karena Shelomitha sudah tidak terlihat murung lagi. Makanan sudah habis itu artinya kondisi Shelomitha sudah mulai membaik.

"Sudah habis, nih minumnya, Mbak."

Shelomitha mengangguk pelan dan mengambil air itu lalu meminumnya.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat mereka dari pintu luar menahan amarah karena cemburu, rahang mengeras aliran darahnya beku. Sungguh Bramantyo benci pemandangan di depannya. Bramantyo berdehem dan masuk ke dalam kamar di mana Shelomitha dirawat berjalan mendekatinya. Shelomitha yang tadinya tersenyum kembali murung.

"Baiklah, Mbak, Mas. Aku keluar dulu." Pamit Arya.

Bramantyo mengangguk. "Iya."

"Sayang bagaimana keadaanmu?" tanya Bramantyo seraya hendak mencium kening, namun Shelomitha menghindar.

Diam, Shelomitha hanya menahan air mata yang hendak jatuh.

"Tha, setidaknya jawab pertanyaan, Mas?"

Hening

"Tha, maaf."

Bramantyo frustasi dan duduk di sofa dekat Shelomitha seraya memandangi sang istri. Sungguh Bramantyo sangat rindu akan suara istrinya. Tak lama dokter masuk dan memeriksa kondisi Shelomitha.

"Hari ini sudah boleh pulang ya? Ingat jangan terlalu stres, usahakan untuk mengkonsumsi buah-buahan yang banyak biar cepat pulih."

Shelomitha mengangguk pelan. "Baik, dok."

Dokter bilang pada Bramantyo untuk mengurus administrasi juga menebus obat. Bramantyo beranjak dari tempat duduknya menebus obat juga membayar asministrasi. Setelah selesai Bramantyo kembali menuju ruangan kamar istrinya.

Setelah semua siap, tiba-tiba ponsel Bramantyo berbunyi.

[Bapak harus segera ke kantor ada beberapa laporan yang diminta oleh Bos. Karena satu jam lagi Bos ada meeting.]

[Baiklah, siapkan semua aku berangkat]

[Baik, Pak.]

Bramantyo mendengus kesal, ia harus ke kantor untuk membuat laporan. Sesaat ia menatap lekat wajah adiknya.

"Arya, tolong antarkan, Mbak Mitha sampai rumah ya, hari ini, Mas harus bekerja."

Arya tersenyum. "Iya, Mas."

"Mas pergi dulu ya, Tha."

Masih diam, Shelomitha memalingkan wajahnya ke arah luar ruagan.

Bramantyo berjalan keluar menahan gurat kekecewaan, biasanya Shelomitha selalu mencium punggung tangannya. Bramantyo tidak tahu apakah cinta Shelomitha untuknya sudah tak ada. Ia tak tahu masihkah ada celah masuk untuk dirinya lagi di hati sang istri. Entahlah. Arya mengantarkan Shelomitha menuju rumahnya, perih dirasakan Shelomitha ketika memasuki rumah yang dulu selalu diisi dengan kebahagiaan. Sekarang rumah itu akan menjadi saksi bisu hancurnya hati seorang istri.

Tertatih Shelomitha berjalan di tuntun oleh Dewi yang baru saja datang, duduk di sofa dekat televisi.

"Mbok, tolong bersihkan kamar sebelah ya."

"Injih, Non."

Pirasat Mbok Darmi benar ada masalah antara mereka berdua. Tapi Mbok Darmi belum berani bertanya pada Shelomitha.

Cinta yang selama ini dibina dengan baik, kini perlahan mulai kandas diambang kehancuran, kalau orang lain mungkin Shelomitha bisa terima. Tapi ini adiknya sendiri, Apakah ada di dunia ini sahabat menyakiti sahabat.

Apakah ini cobaan? cobaan yang harus Shelomitha terima, kenapa ini menimpanya, setidaknya kuatkan Shelomitha untuk menghadapi semua ini, kuatkan ia agar bisa jadi orang yang baik tanpa harus menyakiti siapapun.

Next...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ariny arni
Sahabat atau adik sih?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status