Home / Romansa / Suamiku Ternyata Milyarder Penyamaran / BAB 6: Wanita dari Masa Lalu

Share

BAB 6: Wanita dari Masa Lalu

Author: Surya
last update Last Updated: 2025-10-05 02:16:39

Pagi itu, Alya datang ke kantor Dinastri Group dengan amplop di tangan. Gedung pencakar langit itu menjulang megah di kawasan bisnis Jakarta. Logo Dinastri Group berkilau di puncak gedung.

Alya menelan ludah. Ini pertama kalinya dia benar-benar melihat kerajaan bisnis milik suaminya.

"Permisi, saya ingin bertemu dengan Pak Arkananta," kata Alya pada resepsionis.

"Maaf Bu, ada janji?" tanya resepsionis dengan sopan.

"Tidak, tapi—"

"Kalau begitu mohon maaf, Pak Arkan tidak bisa menerima tamu tanpa janji," potong resepsionis. "Ibu bisa email ke sekretariat untuk membuat appointment."

Alya menghela napas. "Tolong sampaikan surat ini padanya. Ini sangat penting."

Resepsionis menerima amplop itu dengan ragu. "Baik Bu, akan saya sampaikan."

Alya pulang dengan perasaan hampa. Apakah Arkan akan membaca suratnya? Atau langsung membuangnya?

---

Di kantor Arkan lantai empat puluh, Wulan memasuki ruangan dengan membawa amplop putih.

"Pak, ada surat dari Nyonya Alya," kata Wulan sambil meletakkan amplop di meja.

Arkan yang sedang membaca laporan keuangan melirik amplop itu sekilas. Ekspresinya tidak berubah.

"Taruh saja di sana," ucapnya dingin.

Wulan mengangguk dan keluar. Arkan kembali fokus pada pekerjaannya, tapi matanya sesekali melirik ke arah amplop putih di pojok mejanya.

Satu jam berlalu. Arkan akhirnya meraih amplop itu. Dia membukanya dengan perlahan dan mengeluarkan surat yang ditulis tangan Alya.

Tulisannya familiar. Dia ingat tulisan itu dari catatan-catatan kecil yang dulu sering Alya tinggalkan di kulkas.

"Arkan yang terhormat..." demikian surat itu dimulai.

Arkan membaca setiap kata dengan cermat. Mata tajamnya menelusuri setiap kalimat. Alya menulis tentang penyesalannya. Tentang kesalahannya. Tentang betapa bodohnya dia tidak menghargai Arkan.

"Aku tidak meminta kamu untuk kembali padaku. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku menyesal. Sangat menyesal. Dan jika ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya, aku akan melakukan apa saja. Karena aku baru menyadari... aku mencintaimu, Arkan. Bukan karena hartamu. Tapi karena dirimu."

Arkan menutup surat itu. Rahangnya mengeras. Tangannya gemetar sedikit. Dia memasukkan surat itu kembali ke amplop dan menyimpannya di laci mejanya.

Tepat saat itu, pintu kantornya terbuka. Seorang wanita cantik berambut panjang masuk dengan elegan. Mengenakan dress merah yang memamerkan lekuk tubuhnya, heels tinggi, dan makeup sempurna.

"Arkan!" serunya dengan senyum lebar.

Arkan mendongak. Ekspresinya langsung berubah menjadi kesal. "Clarissa. Siapa yang mengizinkanmu masuk?"

"Ayahmu," jawab Clarissa sambil duduk di sofa di ruangan itu tanpa diundang. "Kami barusan makan siang bersama. Dia bilang kamu sudah kembali. Aku senang sekali!"

Clarissa Tantono. Putri dari salah satu mitra bisnis terbesar keluarga Widjaja. Sejak kecil, kedua keluarga sudah merencanakan untuk menjodohkan mereka. Dan Clarissa selalu menganggap Arkan adalah miliknya.

"Aku sibuk, Clarissa. Silakan keluar," kata Arkan dingin.

"Jangan begitu dong," Clarissa bangkit dan berjalan mendekati meja Arkan. "Kita sudah lama tidak bertemu. Tiga tahun! Kemana saja kamu selama ini?"

"Bukan urusanmu."

"Oh ayolah, Arkan," Clarissa tertawa. Dia duduk di pinggir meja Arkan, posisinya sangat dekat. "Aku dengar kamu menikah? Dengan siapa? Kenapa tidak ada yang tahu?"

Arkan menatap tajam ke arah Clarissa. "Keluar, Clarissa. Sekarang."

Sebelum Clarissa sempat menjawab, ponsel Arkan berdering. Layarnya menampilkan notifikasi email dengan foto attachment. Foto yang diambil seseorang dari luar gedung melalui jendela kantornya. Foto Clarissa yang duduk sangat dekat dengan Arkan.

Email itu dikirim ke akun gosip terkenal dengan subject: "Arkananta Widjaja Kepergok Mesra dengan Wanita Cantik di Kantornya!"

Arkan mengumpat pelan. Ini masalah.

---

Di apartemen, Alya sedang memasak mie instan ketika ponselnya berbunyi berkali-kali. Notifikasi dari I*******m dan W******p. Rania, teman-temannya, bahkan beberapa nomor tidak dikenal mengiriminya link yang sama.

Dengan tangan gemetar, Alya membuka link itu.

Sebuah artikel gosip dengan judul bombastis: "MISTERI TERKUAK! Arkananta Widjaja Mesra dengan Clarissa Tantono, Calon Istri Pilihannya?"

Di bawah judul ada foto. Foto Arkan di kantornya dengan seorang wanita cantik yang duduk di pinggir mejanya. Posisi mereka sangat dekat. Intim.

Alya membaca caption di bawah foto: "Sumber terpercaya mengungkapkan bahwa Clarissa Tantono adalah calon istri pilihan keluarga Widjaja. Keduanya dijodohkan sejak kecil. Apakah cincin kawin yang dipakai Arkan adalah untuk Clarissa?"

Ponsel Alya jatuh ke lantai. Dadanya sesak. Napasnya tersengal.

Wanita itu... cantik. Elegan. Berkelas. Pantas untuk Arkan.

Sementara dia? Alya yang biasa-biasa saja. Alya yang bahkan tidak tahu siapa suaminya yang sebenarnya.

"Aku memang tidak pantas untuknya," bisik Alya sambil menangis.

Dia tidak tahu bahwa di saat yang sama, Arkan sedang marah besar di kantornya. Dia langsung menelepon security untuk memeriksa siapa yang mengambil foto itu. Dia juga menelepon lawyer-nya untuk menuntut media gosip yang menyebarkan berita bohong.

"Wulan, siapkan press release. Klarifikasi bahwa Clarissa bukan siapa-siapa. Dia hanya tamu yang tidak diundang," perintah Arkan dengan tegas.

"Baik, Pak. Tapi... bagaimana dengan Nyonya Alya? Beliau pasti sudah melihat berita ini," kata Wulan khawatir.

Arkan terdiam. Tangannya mengepal di atas meja. "Kirim bunga lebih banyak hari ini. Enam puluh tangkai. Dengan kartu: Jangan percaya gossip murahan."

"Baik, Pak."

---

Sore itu, kurir datang dengan dua buket besar mawar putih. Enam puluh tangkai. Dan ada kartu kecil di dalamnya.

Alya membuka kartu itu dengan tangan gemetar.

"Jangan percaya gossip murahan. - A"

Air mata Alya jatuh membasahi kartu itu. Arkan... Arkan masih peduli?

Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari ini, Alya tersenyum di antara air matanya. Mungkin masih ada harapan. Mungkin Arkan masih memberikan kesempatan.

Tapi pertanyaannya: apa yang harus dia lakukan sekarang?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Ternyata Milyarder Penyamaran   BAB 8: Kencan Pertama (Lagi)

    Tiga hari setelah makan malam di restoran Jepang, ponsel Alya berdering. Nama "Arkan" muncul di layar. Jantungnya langsung berdegup kencang."Halo?" jawab Alya dengan suara bergetar."Sabtu, jam dua siang. Aku jemput," kata Arkan singkat. "Pakai baju yang nyaman.""Kita mau kemana?""Kencan. Bukankah itu yang dilakukan pasangan yang baru pacaran?" ada nada main-main di suara Arkan yang membuat Alya tersenyum."Baik. Aku tunggu."Telepon terputus. Alya memeluk ponselnya erat. Ini kencan pertama mereka sebagai pasangan yang "baru kenal". Kesempatan untuk memulai dari awal.---Sabtu pagi, Alya bangun lebih awal. Dia mencoba semua baju di lemarinya. Dress? Terlalu formal. Rok? Terlalu girly. Akhirnya dia memilih jeans biru, kaos putih polos, dan sneakers. Simple tapi tetap terlihat rapi.Tepat pukul dua, bel apartemen berbunyi. Alya membuka pintu. Arkan berdiri di sana dengan jeans hitam dan kemeja putih yang digulung sampai siku. Rambutnya ditata casual. Dia terlihat... muda. Seperti Ar

  • Suamiku Ternyata Milyarder Penyamaran   Kencan Pertama (Lagi)

    Tiga hari setelah makan malam di restoran Jepang, ponsel Alya berdering. Nama "Arkan" muncul di layar. Jantungnya langsung berdegup kencang. "Halo?" jawab Alya dengan suara bergetar. "Sabtu, jam dua siang. Aku jemput," kata Arkan singkat. "Pakai baju yang nyaman." "Kita mau kemana?" "Kencan. Bukankah itu yang dilakukan pasangan yang baru pacaran?" ada nada main-main di suara Arkan yang membuat Alya tersenyum. "Baik. Aku tunggu." Telepon terputus. Alya memeluk ponselnya erat. Ini kencan pertama mereka sebagai pasangan yang "baru kenal". Kesempatan untuk memulai dari awal. --- Sabtu pagi, Alya bangun lebih awal. Dia mencoba semua baju di lemarinya. Dress? Terlalu formal. Rok? Terlalu girly. Akhirnya dia memilih jeans biru, kaos putih polos, dan sneakers. Simple tapi tetap terlihat rapi. Tepat pukul dua, bel apartemen berbunyi. Alya membuka pintu. Arkan berdiri di sana dengan jeans hitam dan kemeja putih yang digulung sampai siku. Rambutnya ditata casual. Dia terlihat... muda. S

  • Suamiku Ternyata Milyarder Penyamaran   Kencan Pertama ( Lagi)

    Tiga hari setelah makan malam di restoran Jepang, ponsel Alya berdering. Nama "Arkan" muncul di layar. Jantungnya langsung berdegup kencang. "Halo?" jawab Alya dengan suara bergetar. "Sabtu, jam dua siang. Aku jemput," kata Arkan singkat. "Pakai baju yang nyaman." "Kita mau kemana?" "Kencan. Bukankah itu yang dilakukan pasangan yang baru pacaran?" ada nada main-main di suara Arkan yang membuat Alya tersenyum. "Baik. Aku tunggu." Telepon terputus. Alya memeluk ponselnya erat. Ini kencan pertama mereka sebagai pasangan yang "baru kenal". Kesempatan untuk memulai dari awal. --- Sabtu pagi, Alya bangun lebih awal. Dia mencoba semua baju di lemarinya. Dress? Terlalu formal. Rok? Terlalu girly. Akhirnya dia memilih jeans biru, kaos putih polos, dan sneakers. Simple tapi tetap terlihat rapi. Tepat pukul dua, bel apartemen berbunyi. Alya membuka pintu. Arkan berdiri di sana dengan jeans hitam dan kemeja putih yang digulung sampai siku. Rambutnya ditata casual. Dia terlihat... muda. S

  • Suamiku Ternyata Milyarder Penyamaran   # BAB 1: Pertengkaran di Malam Hujan

    Alya menatap layar laptop dengan frustasi. Klien terakhirnya baru saja menunda pembayaran untuk ketiga kalinya bulan ini. Dia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Arkan, suaminya, belum juga pulang."Dasar supir miskin," gumam Alya sambil menutup laptop dengan kasar. Dia bangkit dari sofa dan berjalan ke jendela. Hujan deras membasahi kaca jendela apartemen kecil mereka di lantai tiga.Suara pintu terbuka membuat Alya menoleh. Arkan masuk dengan senyum lelah di wajahnya. Kemeja putihnya sedikit kusut, rambut hitamnya basah kena hujan. Di tangannya ada kantong plastik berisi nasi uduk, makanan kesukaan Alya."Sayang, maaf aku telat. Bos minta antar ke Surabaya, jadinya—""Telat lagi?" sela Alya dengan nada tinggi. Dia melipat tangan di depan dada. "Kamu tau nggak sih berapa tagihan listrik bulan ini? Hampir satu juta! Sementara gaji kamu cuma berapa? Lima juta? Itu belum dipotong bensin mobilmu yang butut itu!"Arkan meletakkan kantong plastik di meja dengan perlah

  • Suamiku Ternyata Milyarder Penyamaran   BAB 2: Rahasia yang Terkuak

    Pagi itu, Alya terbangun dengan mata sembab. Dia melirik ke samping. Tempat tidur kosong. Arkan sudah pergi sejak subuh, seperti biasa. Tidak ada pesan, tidak ada sarapan di meja seperti yang dulu sering dilakukan Arkan.Alya bangkit dengan perasaan bersalah. Kata-katanya semalam memang terlalu kejam. Tapi dia juga frustrasi. Bagaimana bisa tidak? Kehidupan mereka stagnan. Tidak ada perkembangan. Sementara teman-teman seangkatannya sudah punya rumah sendiri, mobil baru, bahkan ada yang mulai traveling ke luar negeri.Ponsel Alya berdering. Nama "Mama" muncul di layar. Dia menghela napas panjang sebelum mengangkat."Alya, kamu kapan mau sadar?" suara ibunya langsung menyerang tanpa basa-basi. "Papa kemarin ketemu temannya yang punya perusahaan konstruksi. Anaknya masih single, pengusaha muda, tajir! Papa bisa atur kenalan kalau kamu mau cerai dari si Arkan itu.""Mama, aku sudah menikah," jawab Alya lemah."Menikah sama orang miskin! Percuma! Kamu masih muda, Alya. Dua puluh lima tahun

  • Suamiku Ternyata Milyarder Penyamaran   BAB 3: Konfrontasi

    Alya pulang ke apartemen dengan pikiran kacau. Sepanjang perjalanan naik ojek online, otaknya terus bekerja keras mencerna semua informasi yang baru saja didapatnya. Arkan adalah milyarder. Suaminya yang selama ini dia remehkan ternyata pewaris konglomerat terbesar di Indonesia.Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan. Kenapa Arkan menyamar? Kenapa dia berpura-pura jadi supir miskin? Apakah ini semacam permainan untuknya? Atau ada alasan lain?Alya membuka pintu apartemen dengan tangan gemetar. Ruangan kosong dan sepi. Dia melempar tas ke sofa dan langsung membuka laptop. Jari-jarinya mengetik dengan cepat: "Arkananta Mahesa Widjaja".Ratusan hasil pencarian muncul. Artikel demi artikel tentang Arkan. Forbes Indonesia. Majalah bisnis. Berita akuisisi perusahaan. Foto-foto Arkan dalam berbagai acara bisnis bergengsi.Di salah satu foto, Arkan berdiri di samping Presiden saat peresmian pabrik baru. Di foto lain, dia berjabat tangan dengan pengusaha terkenal dunia. Ada juga foto Arkan mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status