Hati siapa yang tak hancur saat mengetahui kebohongan demi kebohongan pria yang sangat dicintai, yang sangat disayangi dan sangat kita perjuangkan masa depannya.Sakit ... sungguh sakit dan sesak dada ini jika mengingat segala perjuangan dan kerja keras yang kulakukan selama ini, tetapi apa balasannya? Kebohongan dan pengkhianatan.Sekuat tenaga aku menahan diri ini agar tak tumbang saat ini juga."Dek ...."Bang Danu membuyarkan lamunanku saat ia meraih tanganku."Jangan menyentuhku!" bentakku saat lagi-lagi tangan Bang Danu, kutepis dengan kasar."Maafkan Abang, Dek!" mohonnya dengan wajah memelas."Ceraikan aku saat ini juga, Bang!" Pintaku dengan tegas.Hanya ini jalan satu-sat
Setelah kepergian Alyera, Danu merasa frustrasi sekali. Ia meremas rambutnya dengan kasar, meninju dinding, dan menendang apa saja yang menghalangi jalannya.Ia emosi bukan karena kehilangan cintanya. Akan tetapi ia emosi karena kehilangan ATM berjalan yang ia punya.Pria itu belum benar-benar menyesali perbuatannya. Bahkan ia merasa apa yang ia lakukan masih bisa di maafkan dan diberi kesempatan kedua.Ia melampiaskan amarahnya dengan mengacak-acak semua barang yang ada di rumah itu. Sekali menggeser barang yang ada di atas nakas dengan tangan maka berjatuhan semua barang-barang.Suara pecahan kaca pun bersahutan.Ia bingung bagaimana caranya agar membujuk istrinya untuk kembali.Terpaksa ia menghubungi ibunya untuk membantu membujuk menantunya yang telah pergi entah ke mana.Alyera, istri yang sangat patuh pada suami. Namun, dibohongi selama dua tahun lebih lamanya, itu bukanlah hal yang harus dianggap sepele.Ini menyangkut sebuah hati yang retak, kekecewaan terdalam akan sebuah ra
POV AlyeraAku mundur perlahan sambil membekap mulut ini agar tak mengeluarkan suara agar tak ketahuan oleh sepasang insan yang tengah memadu kasih dalam ikatan tanpa pernikahan.Aku menggeleng tak menyangka kalau sahabatku yang selalu jadi tempat curhatku kelakuannya seperti ini.Bahkan di tengah-tengah rintihan kenikmatan yang ia lakukan, masih sempat ia menyebut-nyebut namaku.Aku tak menyangka kalau gadis berambut sebahu itu adalah wanita hina dan murahan. Rela melakukan apapun demi mencapai tujuannya.Setelah berhasil keluar dari rumah Nella, aku segera menghampiri putriku."Maafkan, Mama Nak, kalau tadi kelamaan di dalam. Yuk berangkat," kataku sambil memperbaiki tempat duduk Naifa lalu aku pun naik di motor dan menghidupkannya.
11.Aku menatap pria itu dari bawah sampai atas, pakaian yang ia kenakan termasuk pakaian termahal karena aku tahu jenis bahannya meski kuliat dari kejauhan.Tatapan matanya sangat tajam seolah ia ingin menelanku hidup-hidup.Ya Allah cobaan apalagi ini, kenapa aku harus mendapatkan musibah di saat-saat seperti ini.Ini namanya sudah jatuh tertimpa tangga pula, mengesedih.Di saat pikiran sedang kacau karena urusan rumah tangga, sekarang aku harus berhadapan dengan manusia arogan karena tak sengaja menabrak mobilnya.Aku yakin sekali, kalau biaya perbaikan mobilnya pasti sangat mahal. Gajiku sebulan pun pasti tidak akan cukup.Aku menghela napas panjang karena harus dipertemukan dengan pria berwajah bengis seperti dia.Eh ... ngomong-ngomong soal wajah dan suara sepertinya saya pernah melihat dan mendengar suaranya.Tapi di mana? Aku memutar-mutar bola mata agar bisa mengingat pria itu.Astaga ... lidahku langsung k
Aku langsung berbalik meninggalkan pria arogan itu dengan wajah masam dan beribu tanya.Kira-kira imbalan apa yang akan dia minta padaku. Awas aja kalau dia minta aneh-aneh dan melampaui batas.Aku terus ngedumel sepanjang jalan menuju ruang kerjaku setelah menekan ID di mesin pendeteksi kehadiran yang ada di depan. Aku mengabaikan tatapan aneh para pekerja lain yang sudah mulai bekerja di tempat masing-masing, sedangkan aku baru saja tiba di jam segini.Aku melangkah masuk ke ruang kerja sambil mengembuskan napas panjang dan mempersiapkan diri untuk kena teguran atasan."Kak Ely, Supervisor memanggil kakak ke ruangannya!" kata Ani menyampaikan pesan dari Pak Heri."Sekarang banget, An?""Iya, Kak.""Tolong sampaikan sama Pak Heri ya, tunggu sebentar soalnya aku mau ke toilet dulu," kataku pada Ani yang mengangguk pelan.&nbs
"Bolehkah, saya masuk Pak Heri?" tanya pria yang baru saja menyahuti supervisor dan membuat tubuh ini menegang tiba-tiba.Benar-benar tidak sabar pria ini. Kenapa ia harus datang ke sini dan menemui atasanku? Aku kan sudah berjanji akan menyicil uang ganti rugi secara bertahap.Bagaimana kalau ia akan melaporkan aku pada atasan dan meminta jaminan pada Pak Heri. Bisa-bisa aku dipecat karena dianggap membawa-bawa nama pabrik dalam masalah.Aku mengelap keringat di dahi dengan ujung jilbabku."Silakan Pak Adnan, mari masuk! Saya memang sedang menunggu Anda," ucapan Pak Heri membuatku tambah terkejut dan jantung ini kembali memompa lebih cepat dari sebelumnya.Apa tadi katanya? Sedang menunggu? Bukankah yang Pak Heri tunggu adalah anak dari Pak Syam Erlangga, apa pria ini ...
"APA? Alyera pergi dari rumah ini?!" pekik seseorang yang suaranya sangat aku kenali.Aku mengangkat wajah yang tadi tertunduk karena tidak berani menatap wajah sangar Bapak, lalu menatap ke arah sumber suara.Tepatnya di ambang pintu, tiga orang tengah berdiri menatap tajam ke arahku. Barang yang ia bawa sudah berada di lantai.Mata ini membulat seakan ingin keluar dari tempatnya, panik sekaligus takut melihat ketiga orang itu yang tak lain adalah Ibu Mertua, Bapak Mertua dan Adik iparku.Benar-benar tamat sudah riwayatku kali ini, di sini hanya ibuku yang akan membelaku, Bapak kandungku sudah pasti akan menelanku hidup-hidup, di tambah kedatangan keluarga istriku yang mendadak datang di waktu yang tidak tepat."Dasar mantu kurang ajar," teriak Bapak mertuaku yang langsung menghampiriku dan memberi pukulan di pipiku. "berani-beraninya kamu membohongi putriku, membohongi kami sem
POV AlyeraPria ini mendekat dan langsung membuka sabuk pengamanku, lalu membuka pintu mobil di sampingku."Kamu jangan coba-coba menyentuhku," omelku padanya saat membuka pintu mobil, "akan kupatahkan tanganmu itu kalau berani macam-macam.""Aku bisa membukanya sendiri," imbuhkum"Jangan sok alim ... bahkan kamu pernah menyentuh wajahku, bibirku, dan kita bahkan lebih dekat dari ini," sindirnya sambil menatap dengan penuh ejekan."Waktu ... waktu itu saya terpaksa dan tidak disengaja karena saya dalam keadaan terdesak. Saya tidak ingin Anda teriak dan mengacaukan persembunyianku," balasku gugup."CK, sembunyi dari seorang suami yang pura-pura lumpuh seumur hidup?" tanyanya sambil terkekeh.Aku menatapnya penuh selidik dan kenapa dia bisa tahu soal suamiku."Anda jangan sok tahu," omelku tidak terima diejek oleh