Share

Fitnah Bu Narti

Suamiku tak memiliki gaji

Part 4

Pagi ini aku bangun dengan penuh semangat rasanya tidak sabar ingin segera bertemu dengan Bu Narti dan kawan-kawannya

Aku tidak mengerti mengapa perasaanku menjadi aneh begini, biasanya aku harus melawan rasa malas saat mentari pagi menyapa

Aku menyiapkan sarapan pagi dan keperluan sekolah Khalisa dengan senyum mengembang

"Khalisa sini sarapan dulu cepat!" teriakku dari dapur

"Iya Ma, bentar ya, tanggung belum iklan." Kebiasaan Khalisa memang selalu nonton kartun sebelum berangkat sekolah

"Mama kenapa kok sumringah gitu wajahnya? biasanya tiap pagi cemberut karena malas nganterin Khalisa?" tanya Mas Dirman saat aku sedang menggoreng daging ayam

"Ya lagi senang aja Pa, emangnya gak boleh?" jawabku sambil mengangkat daging ayam yang sudah matang

"Bukannya gak boleh, Papa heran aja. Mama gak punya simpanan brondongkan?" Mas Dirman menatapku

"Loh kok Papa nanya gitu sih? nuduh Mama yang enggak-enggak!" kuletakkan ayam goreng diatas piring

"Ya biasanya nih ya orang yang senyum-senyum sendiri kaya Mama itu lagi jatuh cinta."

"Iya Mama emang lagi jatuh cinta, jatuh cinta sama Papa." godaku pada Mas Dirman sambil menuangkan nasi ke atas piringnya

"Emm dasar!"

"Mama tuh lagi senang Pa,"

"Senang kenapa?"

"Pokoknya gak bisa dijelaskan, intinya Mama sekarang udah berani balas kesombongan orang-orang yang suka ngerendahin Papa!"

"Gak usah balas membalas Ma, udah biarin aja!"

"Gak bisa Pa, Mama gak rela Papa yang sangat baik dan bertanggung jawab ini direndahkan orang-orang."

"Sarapan sama apa Ma?" tanya Khalisa

"Nih ayam goreng sama sayur bayam bening!"

"Yaudah deh terserah Mama aja, tapi jangan macam-macam ya!" ucap Mas Dirman sambil menikmati sarapannya

Selesai sarapan aku langsung membereskan meja makan dan meletakkan pirong kotor diatas wastafel

"Khalisa ayo siap-siap kita berangkat!" ucapku sambil memanaskan mesin sepeda motor

"Iya Mah, Khalisa udah siap kok dari tadi juga, tinggal pake sepatu."

"Yaudah cepat pake sepatunya!"

"Iya Ma," Khalisa memakai sepatunya

"Pa, Mama berangkat ya assalamualaikum!"

"Iya hati-hati Ma bawa motornya!"

Perjalanan pagi ini cukup lancar tidak ada drama diberhentikan Pak Polisi seperti kemarin

Sepertinya aku datang terlalu pagi hari ini, Bu Narti dan kawan-kawannya belum hadir, biasanya saat aku baru datang personil Bu Narti sudah lengkap dan kegiatan rutin mereka sudah jalan yaitu ngerumpi

"Inget ya Khalisa kalau ada yang nakal langsung bilang sama Bu guru!" pesanku pada Khalisa sebelum ia masuk kelas

Setelah Khalisa masuk kedalam kelasnya aku langsung duduk di lokasi tetapku selama ini, yaitu bangku panjang yang persis berada dibawah pohon Mangga

Mungkin jika pohon mangga ini bisa berjalan dia akan berpindah tempat dengan sendiri karena tak kuat mendengar obrolan Bu Narti dan kawan-kawan

Seperti biasa untuk mengurangi rasa jenuh aku memasang headset ditelinga dan mendengarkan musik dari lagu favorit

Baru selesai dua lagu Bu Narti dan kawan-kawan datang juga, kuperhatikan mereka dari jauh namun sepertinya mereka tidak sadar dengan kehadiranku.

Samar-samar aku mendengar namaku disebut oleh mereka namun tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan, segera kuhentikan musik yang sedang berputar agar bisa lebih jelas mendengar apa yang mereka bicarakan

"Sstttt orangnya sudah ada tuh!" ucap Bu Ida sambil menyenggol lengan Bu Yomi

Mata Bu Narti langsung mendelik saat tak sengaja mata kami saling pandang, wajahnya begitu masam saat memandangku

"Eh Bu Sofi, benar Bu Sofi punya mobil? itu mobil milik Bu Sofi atau rental, kalau rental jangan dipake belajar Bu, takutnya nabrak terus Bu Sofi ganti rugi deh!" Tiba-tiba Bu Ida berbicara seperti itu

"Iya Bu, kalau Bu Sofi pengen banget bisa mobil jangan pake mobil rental, tapi pake kursus aja Bu kan kalau kursus nyetir udah disedian mobilnya!" Bu Rita ikut berbicara

Pagi ini cukup berbeda, jika biasanya Bu Narti dan Bu Yomi yang menyenggolku namun kali ini anggota geng nya yang lain

Bu Narti dan Bu Yomi justru sangat diam, merekapun mencari tempat duduk yang jauh dariku

"Bu Sofi boleh infonya dong pake p*s*gihan dari mana? bagi-bagi informasilah, kita juga mau kaya mendadak kayak Bu Sofi," tiba-tiba Bu Ida mendekatiku

Bu Ida memang pemberani dalam hal apapun dia tidak suka basa-basi dan selalu berbicara to the point

"Maksud Bu Ida apa sih? siapa yang pake p*s*gihan, siapa juga yang kayak mendadak?" aku mengernyitkan dahi

"Ya Bu Sofi lah, siapa lagi, coba lihat di grup kelas, rame loh ngomongin Ibu!"

Kuambil ponsel dan membuka aplikasi w******p untuk mencari kebenaran apa yang Ibu Ida katakan

Namun sepertinya aku sudah dikeluarkan dari grup Wali murid kelas 1 A ini, sehingga tidak bisa melihat apa yang mereka bicarakan

Tidak hanya Bu Narti dan Bu Yomi yang mendiamkanku, hampir semua Ibu-ibu yang ada disini mereka tida menyapaku sama sekali mereka memandangku dengan tatapan yang tidak bisa jelaskan

Aku merasa dibuang dan diasingkan hari ini

"Lala. . . Lala. . . jangan main sama Khalisa, nanti kamu jadi tumbal pesugihan Bapaknya loh," Ucap Bella pada Lala

Bella langsung menarik tangan Lala yang sedang bergandengan dengan Khalisa

Entah karena Bella yang masih anak-anak atau memang sifatnya sama seperti Bu Narti, berani-beraninya dia berbicara seperti itu didepanku

Lala adalah salah satu anak yang tidak pernah diantar jemput oleh orang tuanya karena kedua orang tuanya bekerja di garment

"Bella jangan bicara seperti itu ya, Bapaknya Khalisa gak ngelakuin p*s*gihan apa-apa, emangnya Bella tahu apa itu p*s*gihan?" tanyaku pada Bella

"Huuaaaaaaaaa, Mama nya Khalisa jahat." Bukannya menjawab pertanyaanku Bella malah menangis kencang

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status