Share

4. Sudah tidak tahan

.

.

Aila pun kembali ke luar rumah, “Kenapa semua barang berjatuhan seperti itu?”

Sari melirik pada Aila, “aku nyari surat tanah suamiku, pasti kamu yang nyembunyiin kan? ngaku kamu!”

“Apa lagi yang mama tuduhkan ini? Aila gak tahu apa-apa! Lagian mau mama apain suratnya? Dijual tanpa ijin ayah?”

Sari dengan cepat mendatangi Aila lalu menampar Aila.

“Lancang ya kamu! Dia suamiku! Mau aku apakan juga tanahnya bukan urusanmu, kamu ini cuma menantu yang gak diinginkan! Lihat aja, Rendy bakal cepet cerein kamu!” ucap Sari.

Aila memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh Sari, dia menatap tajam pada Sari, tatapannya hampir saja membuat Sari takut. Namun, Sari lebih cepat menarik rambut panjang Aila yang dikuncir dengan sruncie pink, menariknya dengan kuat hingga Aila berteriak kesakitan.

Sementara itu Nina hanya senyum-senyum senang dan semakin mengompori Sari.

“Jambak aja Sar! Biar tahu rasa menantu gak tahu diri kayak dia, padahal Rendy udah bagus mau nikahin cewe gendut kayak dia!”

Sari tersenyum miring, “Nina bener, padahal Rendy udah mau nikahin cewe gak tau diri kayak kamu, sekarang katakan dimana surat itu!”

“Aku gak tahu! Mungkin mas Rendy yang pegang, dia ahli waris ayahnya!”

Mendengar ucapan Aila, Sari pun melepaskan tangannya dari rambut Aila, lalu mengusap tangannya pada pakaian Aila seakan rambut Aila itu najis.

“Ngomong dong dari tadi! Nin, kita main ke salon aja lah” ucap Sari.

“Oke deh, kamu udah dikasih duit sama Rendy?” tanya Nina.

“Udah dong! Dia kan habis gajian!” ucap Sari, dia sengaja mengatakannya di depan Aila agar Aila kesal.

Tapi, Aila sudah hafal dengan semua itu, jadi dia berusaha untuk tetap tenang sambil membereskan kekacauan yang ada.

Nina dan Sari sudah pergi, dengan uang yang Rendy berikan.

Biasanya setiap selesai gajian, Rendy selalu mendahulukan uang untuk Aila, yaitu satu juta rupiah, karena mereka juga harus membayar tagihan listrik, air, untuk belanja bulanan dan lain-lain, yang tentu saja segitu tidak cukup.

Jaman sekarang, tidak seperti dulu yang jajan cilok seribu saja sudah dapat banyak, sekarang ini uang seribu mungkin untuk dua pentol cilok saja. Semuanya serba mahal, bensin mahal, beras mahal.

Jika Aila tidak bekerja di blog makanan, mungkin dia sudah banyak hutang dimana-mana. Aila selalu diajari untuk tidak berhutang sebutuh apapun dia, kalaupun terpaksa sekali, harus yakin bisa membayarnya.

Setelah selesai beres-beres rumah yang berantakan, Aila juga membereskan rumah mertuanya.

Tanpa sengaja dia menemukan sesuatu di ranjang ayah mertuanya. Yaitu semacam botol berisi obat-obat tidak jelas.

Seingat Aila, obat ayahnya bukan seperti itu, Aila tau betul, karena dia yang menebus obat ayahnya.

Diam-diam, Aila pun mengantongi obat itu, dia akan bertanya pada Alex besok saat bertemu.

Sudah beres-beres, saatnya Aila memasak.

Alex sudah mengiriminya beberapa resep menu diet yang bagus untuknya, rendah kalori, namun masih enak. Setelah memasak menu diet selesai, Aila lanjut memasak untuk Rendy dan Sari.

Ternyata menu diet dari Alex sangat enak! Aila tidak percaya makanan seenak itu rendah kalori.

Tanpa terasa hari beranjak semakin sore, hingga malam pun tiba.

Rendy dan Sari pulang bersama, mungkin Rendy menjemput Sari dari salon.

Aila tidak terlalu memedulikan mereka, dia hanya melanjutkan kerja.

Beberapa saat kemudian, Rendy mendatangi Aila di kamar Aila. Memang sejak Rendy tidak mau menyentuh Aila, dia mengusir Aila, tidak mau satu ranjang juga.

“Hah, lagi kerja ya? Banyak duitnya dong? Gak perlu ku kasih lagi kan?” tanya Rendy, yang sebenarnya bukan pertanyaan, tapi pemaksaan.

“Kalo mas Rendy emang ga mau ngasih, terserah sih mas, tapi itu keterlaluan, gimana aku bayar tagihan listrik, tagihan air –”

“Kan bisa pakai uangmu! Jangan manja deh, aku capek nih habis kerja, gak kayak kamu yang cuma bisa rebahan aja dirumah!”

Aila berusaha keras untuk tidak memasukkan kata-kata kejam itu dalam hati. Rendy mana mau tahu jika seharian Aila membereskan rumah, pergi kesana-kemari, bahkan Aila menjenguk ayah mertuanya. Padahal Rendy sebagai anaknya saja tidak mau melakukan apapun untuk ayahnya.

Anak macam apa Rendy itu?

Tidak heran jika ayah mertua Aila lebih menyayangi Aila.

Tapi, Aila sungguh tidak ingin menerima warisan seperti yang ayah mertuanya katakan, karena pasti Rendy dan Sari tidak akan tinggal diam.

“Kau sungguh-sungguh ingin ku ceraikan, ya? Gendut?”

“Bisa gak mas gak usah bawa-bawa fisik? Kalo mau cerai ya cerai aja, aku gak peduli mas!”

PLAK!

Sungguh, Rendy itu pria macam apa? Ringan tangan sekali dia!

Aila pun menangis tanpa suara, bukan karena sakit di pipinya, tapi di hatinya.

“Bukannya orangtuamu mohon-mohon padaku untuk menikahimu? Jika aku menceraikanmu, mereka pasti bersujud di depan kakiku!”

Setelah mengucapkan itu, Rendy pun pergi dari kamar Aila.

Aila memegangi dadanya yang terasa sakit.

“Lelaki brengsek itu... sampai kapan dia akan menyakitiku?”

Aila berusaha untuk menenangkan dirinya, moodnya sudah sangat kacau saat itu. Namun, Rendy lagi-lagi membuat ulah, dia ternyata sedang menelfon orangtua Aila.

“Halo, ibu mertua?”

Aila pun buru-buru keluar dari kamarnya.

“Mas! Mau ngapain?” tanya Aila.

Rendy tersenyum menyebalkan, “mau bilang pada ibumu kalau aku mau menceraikanmu, lah! Apa lagi?”

“Tinggal ceraikan aja! Gak perlu ngomong yang enggak enggak sama –”

“Sstt! Diam! Udah diangkat, Halo ibu mertua?”

[Iya, nak Rendy ada apa? Semua baik-baik aja?]

“Rendy mau menceraikan Aila secepatnya.”

[Apa? Tapi kenapa nak? Semuanya bisa dibicarain baik-baik, biar ibu nasihati Aila nanti ya?]

Rendy melirik pada Aila yang kembali menangis tanpa suara. Aila kembali tersadar jika tidak ada orang yang mau berada di pihaknya. Satu-satunya orang hanya ayah mertuanya, itupun sakit-sakitan dan tidak bisa melakukan apapun.

“Gak perlu buk, Aila udah nuduh Rendy selingkuh, nafkah sedikit... dia juga gak mau layanin Rendy lagi, buk.”

[Ya ampun, nanti ibu datang dan marahi Aila! Jangan cerai ya nak?]

“Tergantung, mungkin Rendy bakal batalin kalo ada uang sepuluh juta – Hei!”

Aila yang tidak tahan difitnah pun meraih ponsel Rendy, “Mama gak perlu kesini! Semua ucapan mas Rendy itu bohong, ma! Aila menderita disini!”

[Kamu jangan playing vicktim Aila! Mama gak pernah ngajarin gitu sama kamu ya!]

“Mama ini orangtua Aila atau bukan sih ma? Bisa gak sekali aja mama ada di pihak Aila? Aila disiksa lahir batin disini –”

Rendy merebut ponselnya kembali, lalu menutup telfon.

Dia terlihat sangat marah.

“Aku gak tahan lagi, besok ku ceraikan kamu! Aku gak akan nganter kamu ke rumah ortu kamu ya! Pergi sendiri, jangan manja!”

Kaki Aila terasa lemas, dia pun terduduk di lantai yang dingin.

Orangtuanya sendiri tidak mau membelanya, apa Aila gangguan bagi mereka? Harus kemana Aila bersandar?

.

.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status