“Artis sekaligus model papan atas Nadia Amalia tertangkap basah sedang menghabiskan waktu sepanjang malam bersama seorang pria tampan di sebuah hotel. Pria tampan yang disinyalir seorang pengusaha kaya raya berinisial DN itu ternyata sudah lama menjalin hubungan dengannya. Menurut kabar yang terdengar, mereka akan segera melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius.”
Suara berita gosip yang sedang tayang di salah satu stasiun televisi itu sudah mendominasi atmosfer ruang tunggu salah satu rumah sakit pagi ini.
Seorang wanita berwajah teduh hanya terdiam sambil sesekali menghela napas panjang memperhatikan tayangan yang terus diulang di televisi 40 inchi itu. Hatinya bergetar saat melihat sosok pria yang ditayangkan dalam berita gosip tersebut. Tidak bisa dipungkiri kalau sosok itu memang mirip dengan suaminya, Danu Nagendra.
Enggak. Gak mungkin itu Mas Danu, batin Arum.
Wanita cantik berwajah teduh dengan rambut hitam legam itu bernama Arum Bisanti. Ia sengaja datang ke rumah sakit pagi ini untuk melakukan terapi setiap bulannya. Arum mengalami depresi akibat kejadian masa lalu. Hanya saja biasanya ada Danu yang menemani, tapi sudah dua hari suaminya tidak pulang. Bahkan sudah mengirim pesan agar Arum berangkat sendiri.
Memang pernikahannya dengan Danu berawal dari sebuah perjodohan. Meskipun selama ini Danu menunjukkan sikap tak acuh, Arum tetap selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk suaminya. Namun, beberapa bulan belakangan ini Danu memang jarang pulang. Bisa jadi kesibukannya yang sedang membuka kantor cabang di luar kota membuat dia seperti itu.
“MINGGIR!! MINGGIR!!!” seru salah satu perawat sambil mendorong brankar.
Segera para pasien yang sedang berdiri di tengah kooridor minggir sambil melihat dengan penasaran. Tak lama setelah itu banyak beberapa orang berjalan mengekor di belakang brankar tersebut. Mereka berpenampilan rapi dan terlihat sangat sibuk. Bahkan ada salah satunya yang terus melakukan panggilan di ponsel.
“Siapa yang sakit?” tanya salah seorang suster.
“Itu artis papan atas, Nadia Amalia,” jawab yang lain.
“HAH!!! Beneran? Kenapa?”
“Katanya sih terjatuh saat melakukan pemotretan.”
Arum yang duduk tak jauh dari dua suster tersebut mendengar dengan jelas semuanya. Ia sontak mengarahkan matanya ke siaran gosip yang masih berlangsung. Di sana masih terus menyebutkan nama artis yang sama dan rekaman video saat artis tersebut sedang menghabiskan waktu dengan seorang pria terus diulang.
Arum menghela napas sambil menggelengkan kepala. Sepertinya kejadian artis papan atas itu masuk rumah sakit akan segera rilis juga di tayangan berita gosip besok pagi. Pasalnya Arum melihat beberapa kuli tinta sudah berlarian masuk ke dalam rumah sakit. Untung saja ada petugas sekuriti yang berjaga sehingga kuli tinta tersebut bisa digiring keluar kembali.
“Duh, artis yang sakit saja segitu hebohnya,” celetuk salah satu pasien yang duduk di sebelah Arum.
Arum hanya mengulum senyum. Ia melirik jam di tangannya. Ia sudah cukup bosan menunggu giliran namanya dipanggil. Ia kembali menunduk sibuk memainkan ponsel, saat tiba-tiba ia mendengar langkah kaki yang sangat dikenalnya memasuki ruang tunggu tersebut.
“Tuan, Nona ada di lantai dua!!” seru sebuah suara.
Arum mendongak dan langsung terkejut saat melihat ada asisten suaminya berada di rumah sakit tersebut. Tidak hanya itu, Arum melihat tepat di belakang asisten suaminya itu, berjalan Danu Nagendra dengan tegapnya.
Pesonanya nan menawan dan wajah yang rupawan langsung menghipnotis semua pengunjung dan pasien yang sedang duduk menunggu di sana.
“Bukannya itu pengusaha kaya raya yang digosipkan punya hubungan dengan artis tadi.” Kini sudah terdengar suara-suara dari arah bangku pasien.
“Iya, bener. Ternyata ganteng aslinya. Pantes saja pacaran ama artis.”
“Iya, betul. Cocok banget, ganteng dan cantik.” Yang lain ikut menimpali dan membuat suasana semakin riuh. Tidak hanya pasien dan pengunjung bahkan petugas medis juga asyik berbisik saat Danu melintas.
Sementara Arum yang duduk di sudut ruang tunggu itu hanya diam mengamati.
“Apa yang dilakukan Mas Danu di sini? Bukankah katanya dia sibuk?” gumam Arum.
Tanpa berpikir panjang, Arum gegas bangkit dan berjalan mengikuti Danu dari jauh. Ia mendengar kalau mereka hendak ke lantai dua. Arum berjalan menuju lift kemudian menekan angka dua. Dia sudah melihat Danu naik lift lebih dulu tadi.
Pintu lift terbuka di lantai dua. Arum sedikit lega karena suasana lantai dua tidak seramai di area ruang tunggu. Arum celinggukan mencoba mencari ke mana jejak suaminya pergi. Ia berjalan menyusur lorong lantai dua dan langsung berhenti di depan sebuah kamar yang terbuka pintunya.
Seperti mendapat insting, Arum langsung menoleh ke dalam kamar tersebut. Ia hampir memekik saat melihat suaminya sedang duduk di sebelah brankar. Di atas brankar itu ada seorang wanita cantik yang mirip dengan artis di tayangan tv tadi sedang duduk sambil bersandar di kepala brankar. Kakinya diperban dengan sebuah infus yang tertancap di tangannya.
Arum perlahan menyembunyikan tubuhnya. Ia tidak mau Danu melihatnya dengan jelas kali ini. Untung saja suasana di depan ruangan itu sangat sibuk sehingga tidak akan ada yang curiga dengan ulahnya kali ini.
“Mana yang sakit?” tanya Danu.
Baru kali ini Arum mendengar suara suaminya begitu lembut dan enak didengar. Selama ini Arum jarang sekali mendengar suaminya bersuara. Suaminya cenderung pendiam dan berbicara melalui pesan singkat di ponselnya saja.
“Kakiku, tadi tergelincir saat melakukan pemotretan,” jawab Nadia dengan manja.
“Iya, gak papa. Kan sudah ditangani dokter tadi. Lain kali hati-hati, ya!!”
Wanita cantik itu tersenyum sambil bergelayut di lengan Danu. Arum hanya diam melihat interaksi mesra suaminya. Tanpa diminta ada rasa sakit yang menyusur di dadanya. Dia tidak menduga kalau Danu akan berselingkuh di belakangnya. Jadi sepertinya berita gosip itu benar.
Arum menarik napas panjang sambil menahan amarahnya. Otaknya masih bisa berpikir jernih dan tiba-tiba mengambil ponsel yang ada di tasnya. Dengan jari gemetar, Arum mulai melakukan panggilan. Cukup lama ia menunggu hingga terdengar suara di seberang sana.
“Ada apa? Aku sibuk. Aku sudah minta Pak Udin menjemputmu di rumah sakit. Jadi jangan ganggu aku!!”
Belum sempat Arum bersuara, pemilik suara di seberang sana sudah mengakhiri panggilannya. Arum terdiam sambil kembali melirik Danu dan Nadia dengan tatapan iri. Ia melihat Danu baru saja mematikan ponsel dan menyimpannya di saku celana.
Kemudian dia sudah tersenyum, mengelus lembut tangan Nadia sambil bersuara, “Bukan siapa-siapa, kok. Tenang saja, aku akan di sini menemanimu.”
“Kamu baik-baik saja, Sayang?” tanya Danu. Arum tersenyum sambil menganggukkan kepala. Sudah hampir tujuh bulan berselang sejak kejadian itu. Semua pelaku kejahatan satu persatu mendapat balasan atas ulahnya. Hubungan Arum dan Tuan Arya kini pun semakin dekat. Bahkan sering kali Arum dan Danu menginap di rumah Tuan Arya seperti hari ini. “Iya, Mas. Aku baik-baik saja, hanya sekarang aku semakin engap,” jawab Arum. Ia berkata sambil mengelus perutnya yang membesar. Danu mengulum senyum sambil menatap penuh cinta ke Arum. Saat ini usia kandungan Arum sudah memasuki sembilan bulan dan tinggal menunggu hari persalinan. Danu mendekat duduk di tepi kasur dan membantu Arum untuk bangkit. Alih-alih bangun dari tempat tidur, Arum malah memeluk Danu dengan erat sembari mendekatkan wajahnya tak berjarak. “Kok malah meluk, lagi pengen?” Danu bersuara sambil mengerlingkan mata. Arum tersenyum, menjentik hidung Danu dengan gemas. “Enggak, cuman seneng aja liat kamu. Ganteng banget.” Danu son
“Berhubungan denganku? Berhubungan dalam hal apa?” tanya Tuan Arya. Tuan Simon mengulum senyum dan reaksinya membuat Tuan Arya semakin penasaran. “Asal kamu tahu, salah satu anak panti itu mempunyai hubungan darah denganmu.” Mata Tuan Arya membola, tidak hanya Tuan Arya saja yang terkejut kali ini. Danu, Arum dan Tuan Prada juga ikut kaget. “Maksud Anda … berhubungan darah itu apa? Anak atau kerabat, begitu?” Danu menimpali. Tuan Simon mengangguk. “Iya, tepat sekali. Anakmu tidak mati, Arya. Dia hidup dan tinggal di panti itu.” Tuan Arya terperanjat dan menatap Tuan Simon tampak kedip. Tuan Prada yang mendengar ikut terkejut. “Mana mungkin? Roweina meninggal di tempat dalam kecelakaan itu. Tidak mungkin dia melahirkan,” elak Tuan Arya. Tuan Simon menarik napas panjang dan menggelengkan kepala. “Tidak. Saat kecelakaan, dia tidak langsung meninggal di tempat. Roweina sempat melahirkan dan ada seseorang yang menolongnya lalu meletakkan bayi tersebut ke panti. Sayangnya saat oran
“Pelaku kejahatan? Kejahatan apa?” tanya Tuan Simon.Dia sangat penasaran dengan ucapan Danu. Danu tersenyum kemudian menjelaskan apa saja yang dilakukan Nyonya Lani terhadap keluarganya.“Astaga!! Jika Anda punya bukti lengkap, bisa kita seret ke meja hijau, Tuan.”Danu tersenyum sambil mengangguk. “Punya. Saya punya buktinya. Itu sebabnya saya penasaran dan ingin tahu siapa dalang di balik ulah Mama Lani selama ini.”Tuan Simon tersenyum sambil menganggukkan kepala. Kemudian pria paruh baya itu mengalihkan perhatiannya kepada beberapa anggota polisi yang membawa Pak Sudibyo. Pria berkepala plontos itu tampak marah dan menyeringai ke arah Tuan Simon.“Kamu tidak akan bisa menangkapku, Simon!! Sebentar lagi juga aku akan lepas!” seru Pak Sudibyo.Tuan Simon tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Mungkin dulu kamu bisa berkata seperti itu, tapi tidak sekarang. Bawa dia, Pak!!&rdquo
“Tuan, saya sudah mendapat info tentang siapa yang melindungi Nyonya Lani selama ini,” ujar Beni pagi itu.Danu yang belum berangkat kerja terkejut saat mendengar ucapan anak buahnya. Ia hanya diam sambil menatap Beni dengan penuh tanya. Memang selama ini Beni sering berada di rumah Danu. Danu yang meminta Beni menjaga Arum selama ia tidak ada di rumah.“Siapa orangnya?” Tiba-tiba Tuan Prada menyeruak dari dalam rumah.Usai keluar dari rumah sakit, Danu memang meminta ayahnya tinggal bersama di rumahnya. Selain itu, Tuan Prada juga ingin menjaga Arum. Ia tidak mau terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan menimpa Arum lagi.“Pa, kenapa Papa ke sini?”Selama ini Danu memang menyembunyikan penyelidikannya terhadap Nyonya Lani. Ia ingin memastikan semuanya dulu baru menjelaskan ke Tuan Prada. Namun, sepertinya Tuan Prada sudah tahu ulah Nyonya Lani.“Aku sudah tahu apa yang dilakukan Lani, Danu. Bibi yang
“Masih hidup? Anak Roweina masih hidup?” tanya Tuan Simon.Pria bermata sipit itu terkejut saat mendengar penjelasan Tuan Burhan. Tuan Burhan tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Bagaimana bisa? Kecelakaan itu ---”“Kecelakaan itu direkayasa, Simon. Mereka sudah menyabotase mobil Roweina hingga mengalami kecelakaan. Namun, sayangnya Roweina masih hidup saat itu bahkan gara-gara mengalami kecelakaan dia melahirkan di tempat.”Tuan Simon terbelalak kaget mendengarnya. Dia tidak pernah dengar tentang hal ini sebelumnya. Apa jangan-jangan ada yang menyembunyikan bukti tentang Roweina yang baru saja melahirkan saat itu.“Seseorang membantunya dan mengambil bayinya lalu dititipkan di panti itu. Sayangnya orang-orang yang menyabotase mobil Roweina tahu.”“Tunggu dulu!! Bukannya mobil Roweina terbakar dan dia ikut hangus di dalamnya. Bagaimana mungkin ---”Tuan Burhan berdecak sam
“Kamu sudah bangun?” tanya Danu.Pria tampan itu tampak sudah berpakaian rapi dan menghampiri Arum yang sedang terbaring di atas kasur. Semalam mereka datang sangat larut bahkan Arum sudah tertidur di dalam mobil sehingga Danu harus menggendongnya masuk ke dalam rumah.Arum menguap sambil menutup mulutnya kemudian memperhatikan Danu dengan seksama.“Kamu mau ke mana, Mas?”Danu tersenyum. Duduk di tepi kasur sambil menatap Arum dengan sendu.“Aku mau menyelesaikan yang tadi malam. Aku harus membuat laporan ke polisi tentang penculikanmu.”Arum terdiam, menunduk sambil menggelengkan kepala. Danu melihat bahu Arum naik turun mengolah udara.“Aku tidak menduga, Mas. Jika Dokter Sandy menyimpan dendam padaku. Aku tidak tahu selama ini.”Danu tersenyum sambil mengelus lengan Arum dengan lembut.“Kamu pasti tidak akan percaya jika kuberitahu siapa pelaku pembunuhan Anjani,