Share

05. KEHILANGAN ARAH

"Aku bergerak sekarang ya." Itu bukan permintaan, karena setelahnya Darren mulai bergerak memaju mundurkan tubuhnya seolah mencari titik kenikmatan.

"Ahh ...." Si wanita merintih, meski sejujurnya ada sesuatu yang membuatnya menggelinjang hebat saat benda itu menekan kuat bagian terdalamnya.

"Maaf sayang, aku sudah berusaha untuk pelan," ucap Darren disela pergerakannya.

Zee pasti sudah gila karena ia merasa senang saat ada orang asing yang memanggilnya sayang. Kata itu seolah terdengar sangat tulus di telinganya, hingga membuat hatinya tersentuh. Apa mungkin itu karena alkohol terlalu kuat menguasai tubuhnya?

Zee tidak tahu kenapa tiba-tiba ia merasa ingin disentuh, dibelai, dan dipuaskan. Yang pasti, ia sudah tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. Tubuhnya merespon cepat setiap kali Darren berhasil menyentuh titik kenikmatannya.

"Ahh ...." Zee membuka tutup matanya keenakan, kedua tangannya meremas sprei erat-erat.

"Panggil namaku," kata Darren dengan nada memerintah.

Zee, wanita yang sedang menggila itu menggelengkan kepala. Ia tidak tahu siapa nama pria yang sedang bergerak di atasnya itu. Mereka bahkan belum berkenalan, pikir Zee.

"Sebut namaku dalam setiap desahanmu." Darren terus memprovokasinya. Pria itu ingin meningkatkan gairahnya dengan fantasi yang ia miliki.

"Siapa namamu ahh ...," tanya Zee dengan nafas terengah-engah.

"Kau menggodaku ya" kekeh Darren. Ia berpikir jika kekasihnya sedang bermain-main dengannya.

Sedangkan Zee memang tidak tahu, ia bahkan tidak ingat jika mereka pernah berkenalan.

"Aku- tidak tahu namamu ...." Zee hampir tak bisa berbicara karena si pria menghujamnya terlalu dalam.

"Tentu saja aku Darren, apa kenikmatan ini membuatmu lupa, kau lucu sekali sayangh ahh ...." Darren tersenyum sambil merasakan bagaimana sempitnya saat berada di dalam sana.

"Dar-renhh ..., ahh," racau Zee sambil membusungkan dadanya ke atas. Ia menurutinya dengan lugas karena itu bukanlah hal yang sulit.

Darren semakin cepat menggerakkan tubuhnya, manarik dan mendorong dengan kecepatan penuh. "Panggil namaku dengan benar sayang ...."

Lagi-lagi panggilan sayang itu terdengar sangat manis. Zee terlalu fokus dengan rasa nikmat yang ia terima. Saat ini yang ingin ia lakukan hanya berteriak meminta lebih dan lebih layaknya seorang jalang. Di satu sisi Zee ingin menangis karena ia telah menyerahkan tubuhnya pada orang yang tak dikenal, tapi di sisi lain anehnya ia merasa kehilangan saat Darren berhenti sejenak.

Degup jantung Zee seperti pukulan yang tak kunjung berhenti, keringat sudah lebih dulu membanjiri pelipisnya. "Darren ahh."

Darren tersenyum dengan bangga. "Aku suka saat kau mendesahkan namaku," pujinya.

Wajah Zee memerah, selain tersipu dengan kata pujian itu. Sebelumnya wajahnya sudah lebih dulu memerah karena kegiatan mereka.

"Bisakah kau berjanji padaku untuk tidak pergi ke Paris?" ucap Darren, ia tampak frustasi saat mengatakannya.

"Paris?" Zee mengerutkan kening, pikirannya tiba-tiba buyar.

"Ya. Tetaplah di sini bersamaku, hm?"

"A-aku-" sebelum Zee menyelesaikan ucapannya, Darren sudah lebih dulu memangut kembali bibirnya agak kasar.

"Aw ...," ringisnya saat Darren tak sengaja menggigit bibir Zee. Namun Darren tampak tak peduli, Zee bisa merasakan kegelisahan seolah pria ini sedang mengungkapkan emosional lewat ciuman panasnya.

"Aku akan mendapatkanmu ...," ujar Darren. Miliknya yang masih belum terpuaskan kembali ia dorong keluar masuk. Bersamaan dengan itu lidahnya menjalar ke area dagu, menyapu hingga ke leher dengan lidah lincahnya.

Bagaimana Zee bisa menghentikan kegilaan ini, di saat ia merasakan kenikmatan yang bertubi-tubi dari segala arah. Belum lagi tangan Darren yang meremas-remas kecil bagian dadanya, sesekali lidah nakalnya juga bermain-main di sana.

Oh sial, rasanya Zee benar-benar sudah gila! Atau mungkin pria di atasnya lah yang sudah gila.

Darren berhasil menarik ulur dengan terus menerjang tanpa ampun. Saat ia merasa waktunya sudah dekat, temponya semakin meningkat seolah Darren sedang berada di atas kuda. Desahan demi desahan saling bersahutan seperti seorang penyanyi yang sedang berduet. Chemistry mereka mengalahkan kolaborasi penyanyi dunia manapun. Sungguh indah dan tentu saja panas penuh gairah.

"Aahh ...." Darren ambruk di atas tubuh Zee yang terengah-engah mengatur nafasnya.

"Sekarang kau tidak akan bisa pergi ke manapun, Thea," bisik Darren di telinganya.

Kedua mata Zee melotot lebar, apa ia tidak salah dengar?

Thea?

Darren menganggap dirinya sebagai Thea, begitu?

Zee melihat wajah Darren dengan seksama, dan ia sadar jika pria itu adalah seseorang yang pernah ia lihat di ponsel Thea, itu Darren Fedric Henderson!

What the fuck!

Zee repleks mendorong tubuh Darren hingga berguling ke samping.

Shit, shit, shit! Zee terus mengumpat di dalam hati.

Darren membenarkan posisinya, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang mereka. Ditatapnya Zee dengan lembut. "Jangan takut ..., jika terjadi sesuatu padamu, aku akan bertanggung jawab."

Jika saja Zee adalah Thea mungkin ia akan tenang dan bahagia mendengarnya, tapi masalahnya ia bukan Thea sialan!

Darren tersenyum manis sambil membenahi anak rambutnya yang menghalangi keningnya. Lalu pria itu menciumnya dengan sangat dalam. Zee bersumpah, siapa pun yang melihatnya akan setuju se-menawan apa sosok orang di hadapannya itu.

Zee tidak tahu di antara mereka siapa yang mabuk, yang pasti keduanya sama-sama menguarkan bau alkohol yang cukup kuat. Tapi Zee yakin jika ia tidak mabuk separah itu karena ia masih sadar bahwa orang di hadapannya ini benar-benar Darren, kekasih dari Thea.

Zee langsung membalikkan tubuhnya ke arah lain, ia tidak ingin bicara ataupun mengelaknya. Mungkin akan lebih baik jika ia diam, jika ia bicara takutnya Darren sadar bahwa ia adalah orang lain. Karena Zee yakin jika Darren salah mengira dirinya adalah Thea.

Sepasang tangan menyelusup di antara perut Zee dari dalam. Tangan Zee bergetar hebat saat kulit mereka kembali bersentuhan. "Terima kasih sayang ...."

Zee merinding ketika Darren berbisik di belakang telinganya. Sekarang Zee mengerti kenapa panggilan sayang itu terasa nyata.

Oh sial! Sekarang bagaimana nasibnya? Ia tidak mungkin pergi begitu saja di saat seperti ini. Beberapa detik kemudian, Zee mendengar suara nafas Darren yang teratur. Pria itu tertidur setelah ia melakukan yang tidak senonoh padanya. Bisakah Zee menuntutnya, atau setidaknya marah!

Bukankah ia berhak menuntut!

Sayangnya Zee tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis sambil menutup mulutnya sendiri. Rasa sakit di bagian bawahnya mungkin tidak akan sebanding dengan pengkhianatan yang ia lakukan pada Thea. Tapi sungguh, Zee tidak berniat melakukannya.

Jika dari awal ia tahu jika itu Darren, mungkin Zee tidak akan berakhir seperti ini. Zee menangis dalam diam, ia memang membenci Thea, tapi ia bukan orang sejahat itu sampai sengaja menjebak kekasihnya untuk tidur dengannya. Kejadian ini murni terjadi begitu saja.

Pikiran Zee kosong, hatinya gelisah. Thea pasti akan membunuhnya jika tahu Darren telah tidur bersamanya. Ibunya pasti akan mengusirnya dan tak memberinya ampun. Tidak hanya itu, dunia pasti akan mengutuknya, memang siapa yang akan mendengarkannya. Fakta bahwa ia juga tidak keberatan cukup membuat Zee merasa jijik pada dirinya sendiri.

2 jam kemudian ....

Zee memutar tubuhnya untuk memastikan Darren yang memang sudah terlelap. Dengan hati-hati ia beranjak dari sana. Zee memunguti bajunya yang tergeletak tak beraturan di lantai, dengan cepat ia memakainya hingga kini ia tidak telanjang lagi.

Zee mengendap-endap seperti seorang pencuri, ia terus berjalan keluar kamar tanpa menoleh kembali. Persetan dengan Darren, ia tidak ingin memikirkan orang lain. Karena di sini, ialah korbannya.

Malam itu, Zee berhasil lolos meninggalkan Darren di sana. Di sepanjang jalan ia berjalan tanpa arah mengitari jalanan sepi. Ini sudah pukul 2 malam, sehingga hanya ada beberapa kendaraan yang lewat.

Perasaannya tidak tenang, rasanya seperti kehilangan arah, ia takut dengan segala konsekuensinya. Darren tidak mungkin tahu jika dia meniduri orang yang salah, tapi besok mungkin pria itu akan sadar.

Oh tidak, mati sudah kau Zee! Apa yang harus ia jelaskan pada Thea nanti?

Dan yang lebih penting lagi, ia sudah kotor! Itulah faktanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status