Beranda / Romansa / Suamimu Masih Mencintaiku / Kecupan di Tengah Hutan

Share

Kecupan di Tengah Hutan

Penulis: Borneng
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-19 16:11:00
Berjalan keluar dari hutan membuat seluruh tenagaku terkuras habis. Langkahku berat, nyaris terseok. Walaupun Aslan sengaja melambatkan langkahnya, tetap saja tubuhku terasa seperti tak memiliki tulang. Lemas. Lelah. Letih. Seperti perempuan bunting yang tak tahu diri, aku memaksakan langkah padahal tubuh ini sudah memberi tanda bahaya sejak tadi.

Napas ini tak lagi teratur. Keringat membanjiri tubuhku seperti hujan deras di malam yang tanpa bulan. Setiap jengkal kulit terasa lembap, lengket, dan panas. Bahkan udara hutan pun tak mampu memberi kesejukan.

“Tunggu sebentar…” aku terpaksa menghentikan langkah. Tangan kananku refleks memegangi perut yang mulai terasa nyeri menusuk.

Aslan langsung menoleh cepat. Sorot matanya yang biasanya datar, kini berubah jadi tajam dan menyelidik. “Kenapa? Apa kamu merasa sakit?”

Aku mengangguk pelan. “Iya… sakit. Di bagian bawah sini,” ujarku sambil menunjuk perut bagian bawah. Sejujurnya aku tak ingin mengeluh di depannya. Aku tak butuh belas kasihan
Borneng

Jangan lupa berikan dukungan ya kakak, like, komen dan berikan gem juga terimakasih

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suamimu Masih Mencintaiku         Penyelamatan.

    Satu peluru bersarang di pundaknya. Mobil oleng, tapi Panji tetap memaksa mobil melaju kencang meninggalkan tempat itu. Ia berusaha menyelamatkan kami walai tubuhnya terluka.Saat mobil melaju meninggalkan rumah kosong itu, sebuah tembakan terdengar lagi. Satu peluru menembus pundak Panji, membuat mobil yang ia kendarai berguncang tak terkendali. Dalam pikiranku hanya satu yang terlintas’ Kami akan mati’"Haaa ...! Da-darah!" teriakku panik, tubuhku mulai gemetar.Tak ingin kami celaka, Aslan dari jok belakang segera mengulurkan tangan dan merebut kemudi. Panji meringis menahan sakit, darah mengucur dari pundaknya. Tapi bukan hanya itu, ternyata pisau juga sempat menembus tulang rusuknya. Tidak bisa terbayangkan rasa sakit yang dia alami. Tubuhku semakin bergetar. Tanganku memeluk perut berharap dianMereka hanya berdua, sementara para penjahat itu ada delapan orang. Ketimpangan yang membuat bulu kudukku meremang.Aku menatap kedua pria itu dengan mata membelalak. Kemeja Mas Panji bas

  • Suamimu Masih Mencintaiku               Nyawa dalam Bahaya

    Aku berdiri di depan pintu, menyaksikan Aslan mengeluarkan mobil dari garasi. Wajahnya masih tegang, sorot matanya sinis menyapuku dingin sebelum ia pergi tanpa sepatah kata. Tak ada salam, tak ada penjelasan. Hanya suara deru mesin yang perlahan menjauh, meninggalkanku sendiri di rumah yang terlalu luas untuk satu jiwa.Sepi ini menggerogoti pikiranku. Ada begitu banyak perasaan berseliweran dalam dada, seperti badai yang tak kunjung reda. Lagi-lagi, keinginan untuk kabur menyelinap masuk ke kepalaku. Tapi aku tahu, tak semudah itu lari dari kenyataan.Kupikir menikah akan sedikit membawa ketenangan, atau setidaknya menyamarkan luka-luka masa lalu. Tapi ternyata, pernikahan ini... justru menjelma seperti neraka kecil yang terus membesar. Baru beberapa minggu menjadi istrinya, Aslan sudah menetapkan banyak aturan. Aku hanya bisa menunduk.“Apa yang akan terjadi selanjutnya?” gumamku lirih.Aku berdiri di depan cermin, menatap pantulan diri. Wajahku terlihat lelah, tetapi lebih dari it

  • Suamimu Masih Mencintaiku   Menjadi Istri.

    Saat aku membuka mata, cahaya lembut dari jendela besar langsung menyilaukan pandanganku. Aroma laut yang segar menyeruak masuk lewat tirai tipis yang melambai pelan. Aku terbaring di sebuah kamar asing, namun terasa begitu tenang. Segalanya berwarna putih. Dinding, tirai, seprei... semua bersih dan menenangkan. Tapi ketenangan itu segera berubah menjadi was-was ketika aku menyadari satu hal—aku berada di kamar pribadi Aslan."Kamu sudah bangun. Ayo kita sarapan."“Pas Aslan … Kenapa ka-“ Kalimatku mengantung, otakku seketika melihat gaun pengantin tergantung di depan lemari‘Oh … Apa aku kembali menjadi istri laki-laki ini?’“Kenapa? Apa kamu mengharapkan Panji yang di sini?”Suaranya terdengar begitu datar, tak berperasaan. Aslan berdiri di dekat jendela, siluetnya membingkai cahaya pagi. Posturnya tegak, berwibawa, tapi ekspresinya tetap dingin seperti biasa."Apa yang terjadi?" tanyaku pelan, mencoba mengingat apa pun yang bisa menjelaskan kenapa aku ada di sini.Aslan membalikkan

  • Suamimu Masih Mencintaiku   Ijab Kabul di Tengah Luka

    Aslan membawaku masuk ke dalam kamar hotel yang dingin dan sunyi. Langkahnya cepat, matanya tajam, namun di balik sorot itu, ada kelelahan yang tak ia sembunyikan.“Jangan bilang kamu masih mengharapkan kakak iparku kembali, Sany. Hubungan kita sudah membaik... jangan mulai lagi dengan pertengkaran,” ucapnya pelan namun tegas.Aku menatapnya, mencoba tetap tenang.“Aku tidak begitu, Pak Aslan.”‘Sungguh... aku merindukan Panji. Pelukannya, suaranya, caranya memperlakukanku seperti manusia—bukan seperti barang buangan. Lima tahun bukan waktu singkat. Semua tentangnya terasa nyata dan hangat. Beda dengan dinginnya tatapan pria di depanku ini’.“Mata kamu nggak bisa bohong, Sany,” suaranya lirih, tapi setiap katanya seperti belati. “Matamu bilang kamu masih mencintai suami kakakku. Apa aku salah?”Aku menggigit bibir. Diam. Karena kalimat itu benar—dan kebenaran memang selalu menyakitkan. Tapi kalau memamg tulus mencintaiku aku juga tidak akan seperti itu’ bisikku dalam hati.“Aku nggak

  • Suamimu Masih Mencintaiku   Jejak Cinta di Antara Ombak

    Setelah satu minggu di rumah sakit. Aslan membawaku pulang.Pagi itu, udara villa Aslan terasa lebih hangat dari biasanya. Setelah merasa cukup pulih, aku memutuskan untuk kembali bekerja. Setidaknya, pikiranku akan sedikit teralihkan dari pusaran hidup yang kian rumit ini.Begitu keluar kamar, aroma gurih dan manis dari dapur menyambutku lebih dulu. Seperti pelukan samar yang tak pernah aku minta. Di meja makan, sudah tertata rapi sarapan dengan tampilan semewah restoran berbintang.“Mari duduk, kita sarapan bersama,” suara Aslan terdengar dari arah dapur, tenang tapi penuh kuasa.Aku menghela napas. “Aku berangkat kerja duluan. Nanti saja sarapannya di hotel.” Ucapku datar, dingin, tanpa nada selera.Namun, lelaki itu tetap berdiri tegak, menyandarkan diri di pintu dapur. “Makan saja dulu. Kita berangkat bersama.”Nada bicaranya membuatku sulit menolak. Seolah, setiap katanya memiliki kunci untuk mengunci langkahku.Dengan setengah hati, aku duduk. Menyendok salad buah yang terlihat

  • Suamimu Masih Mencintaiku   Malu Saat Kau Masuk.

    Aslan pergi setelah menitipkanku sama seorang suster. Melihatnya pergi ingin rasanya juga pergi.‘Apa yang akan terjadi selanjutnya? Haruskah aku pasrah?’Aku menghela napas panjang. Entah mengapa, kehadiran suster perempuan di ruangan ini justru membuatku merasa lebih tenang. Ada aura hangat dan bersahabat darinya yang membuatku merasa… tidak sendiri.“Sus… bantu aku duduk, ya. Aku mau ke kamar mandi. Dari tadi aku menahan,” bisikku lirih.Suster itu tersenyum ramah. “Lah, tadi kan suaminya ada. Kenapa nggak minta bantuan bapaknya aja, Bu?”‘ Dia bukan suamiku Sus’ bisikku dalam hati.Aku mengalihkan pandangan. “Dia sibuk. Banyak urusan,” jawabku sekenanya.“Hati-hati ya, Bu. Rahim Ibu masih dalam masa pemulihan.”Baru selangkah aku berdiri, tiba-tiba perutku terasa seperti hendak jatuh. Nyeri yang menyengat menjalar dari perut ke punggung, membuatku meringis sambil memekik. Aku merasa rahimku seperti ingin jatuh, hanya bisa memegang bawah perut sembari meringis menahan sakit.“Aduh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status