共有

5 Penyelidikan

作者: Miss_Pupu
last update 最終更新日: 2023-03-18 19:21:19

Aku tersentak mendengar ucapan Rani. Kali ini bicaranya sudah melampaui batas. Aku menggelengkan kepala. Merasa tak percaya.

"Kamu berani melawan Mamah, Rani! Kamu tidak sadar, semua yang Mamah lakukan hanya demi kebaikan kamu!" tegasku kepada Rani.

"Tidak! Yang ada dalam pikiran Mamah hanya mementingkan urusan pribadi saja. Uang jajanku bahkan diatur. Kehidupanku pun seperti di dalam pernjara. Banyak peraturan. Lebih baik aku pergi. Aku cape dengan, Mamah!" Rani tampak menarik menggendong tasnya. Ia akan segera pergi. Namun langkahnya segera aku tahan dengan menarik pergelangan tangannya.

Kali ini, Mas Fery hanya diam dan menjadi penonton. Padahal biasanya, dia selalu melerai saat terjadi pertengkaran diantara kami. Dia seperti mendukung kepergian anakku kali ini.

"Tunggu, Rani!" tahanku. Sebagai seorang Ibu, tentu aku tak akan membiarkan Rani pergi tanpa tujuan.

"Lepas!" Rani menghempaskan genggaman tanganku.

"Aku tidak mau lagi tinggal bersama, Mamah. Jangan cari aku karena aku sudah dewasa. Aku berhak memilih tinggal bersama siapa pun!" Rani segera melanjutkan langkahnya dengan cepat meninggalkan rumah.

"Rani, tunggu!"

Suara panggilanku bahkan tak dihiraukan lagi olehnya. Isi dadaku terasa sakit. Air mata bahkan menetes begitu saja di pipi tanpa bisa ku bendung.

"Sudahlah, Mia. Biarkan Rani memilih jalannya sendiri. Itu karena kamu sendiri yang terlalu keraa dalam mendidik anak." Mas Fery membuka suara. Ia segera masuk ke kamar tanpa perduli dengan isak tangis dan kesedihan yang aku rasakan.

Aku segera mengusap pipi yang basah ini dengan tangan kosong. Berusaha menenangkan diri dengan mengatur napas. Namun saat membalikan badan, aku melihat Mas Fery telah rapi dengan tas selempang dan kunci mobil pada jemari tangannya.

"Kamu mau kemana lagi, Mas?" tanyaku dengan selidik. Tak bisakah dia menemaniku dalam keadaan sedih seperti ini.

"Aku ada urusan," jawab Mas Fery cuek. Ia langsung berjalan ke luar menuju kendaraan roda empatnya.

Aku segera mengejar Mas Fery.

"Mas, kamu baru saja tiba di rumah. Sekarang malah mau pergi lagi. Tidak bisakah kamu di rumah sebentar saja?"

Mas Fery tak perduli dengan pertanyaanku. Dia tetap dengan langkahnya. Masuk ke sedan hitamnya dan langsung menyalakan mesin mobilnya.

"Urusanku masih banyak. Kepalaku pusing mendengar ocehan kamu di rumah ini." Mas Fery berkata dengan acuh tak acuh kemudian melajukan kendaraan roda empatnya menjauhi pekarangan rumah.

Aku menggelengkan kepala merasa hari ini bagaikan mimpi. Rani pergi entah kemana, pun dengan Mas Fery yang akhir-akhir ini terlihat acuh padaku. Ada apa dengan keluargaku ini.

Aku menatap langit yang hari ini tampak mendung. Sepertinya akan turun hujan. Pun dengan suasana hati yang terasa kelam.

Aku merogoh saku daster mengambil ponsel pintar yang ada di dalamnya. Aku akan menelephone sahabatku untuk meminta saran.

"Hallo, Mia!" Sahabatku menyapa dengan ramah di ujung sambungan telephone.

"Siska, aku ingin bertemu. Aku sedang ada masalah," ungkapku dengan suara lesu.

"Kamu kenapa, Mia?" Siska terdengar khawatir.

"Kita harus bertemu sekarang. Aku akan kirim lokasi pada kamu ya," pintaku tanpa basa-basi.

"Oke!" Siska mengiyakan. Kemudian sambungan telephone itu berakhir.

Siska memang sahabat dekatku sedari muda dulu. Aku selalu mencurahkan isi hariku padanya. Kini, saat Mas Fery tampak tak perduli lagi denganku, hanya Siska yang bisa aku mintai pertolongan.

Aku segera bersiap-siap. Aku akan bertemu dengan Siska guna mencari jalan keluar atas masalah ini. Namun saat tengah berganti pakaian, sepasang bola mataku melirik pada koper Mas Fery yang belum sempat aku rapihkan. Entah kenapa perasaanku berkata lain tentang isi koper suamiku. Aku merasa penasaran kemudian aku mendekati koper dan membukanya untuk memeriksa isinya.

Awalnya tak ada yang aneh, hanya beberapa pakaian kotor saja. Namun di sela bagian terkecil di dalam koper itu ada benda pipih berwarna merah dengan gambar wanita cantik sebagai logo product. Aku terheran. Kemudian mengambilnya.

Bola mataku dibuat terbelalak saat membawa kalau produt itu adalah sebuah alat kontrasepsi yang biasa digunakan oleh pria dewasa untuk berhubungan intim.

"Kondom!"

Isi dadanya bergemuruh lesu. Sungguh suamiku tak pernah menggunakan alat itu saat berhubungan denganku. Aku bahkan sudah dua bulan tak diberikan nafkah batin oleh Mas Fery.

Aku menggelengkan kepala merasa tak percaya. Kalau memang kondom ini milik Mas Fery, lalu dengan wanita mana dia menggunakannya?

Dengan kondisi tangan yang bergetar, aku membuka dus kecil berbentuk pipih itu. Isinya hanya sisa satu lagi. Degup jantung benar-benar dibuat kencang lagi dengan benda menjijikan ini.

Aku mengusap kasar wajahku. Ingin rasanya marah, tapi aku tak memiliki kekuatan. Kemudian aku segera keluar dari rumah guna bertemu dengan Siska siang ini.

***

Aku duduk kursi kayu berwarna cokelat di sebuah coffe shop yang hanya menempuh jarak dua puluh menit dari rumah. Aku menunggu kedatangan Siska dengan perasaan resah dan isi dada yang menggebu-gebu.

"Hai, Mia! Sorry terlambat." Siska segera menarik kursi di depanku laku duduk di sana. Sepertinya dia sudah bisa menebak dengan wajah frustasi yang aku pasang saat ini.

"Ada masalah apa lagi, Mia? Suami kamu selingkuh?" Siska menerka secara langsung. Dia memang tahu dengan masa laluku.

"Aku tidak tahu, Sis. Aku tak punya bukti," jawabku sudah putus asa.

"Masalah utamanya apa?" Siska memastikan lagi.

Tanpa ragu, aku kemudian menceritakan masalahku dengan Rani, anakku. Aku juga menceritakan penemuan kondom yang mengejutkan di dalam koper suamiku tadi pagi. Sungguh ceritaku ini membuat Siska terkejut.

Siska tampak menggelengkan kepala kemudian diam seraya berpikir.

"Kita harus menyelidiki suami kamu, Mia. Aku curiga dia memiliki wanita simpanan lain," celetuk Siska dengan yakin.

"Tapi bagaimana dengan, Rani. Aku khawatir dia luntang-lantung di jalanan. Dia tak memiliki uang karena uang jajannya aku jarah lima puluh ribu saja sehari," resahku.

"Kamu tenang saja. Rani masih memiliki Papah kandung. Minta bantuan papahnya saja untuk mencarinya," saran Siska. Aku mengangguk pasrah. Walau sudah bisa dipastikan Papah kandung Rani akan menyalahiku.

Banyak sekali rencana-rencana yang aku bahas bersama Siska siang ini. Aku tidak mau terjadi lagi penghianatan dalam rumah tangah ini. Setelah selesai, Siska akan mengantarkanku pulang dengan kendaraan roda empatnya.

Di tengah perjalanan aku menemukan mobil milik Mas Fery masuk ke sebuah hotel. Dengan penasaran aku meminta Siska membuntuti.

"Untuk apa Mas Fery ke hotel ini?" Aku bertanya-tanya dengan perasaan yang resah

"Kita akan lihat, siapa yang keluar dari mobil suami kamu," balas Siska. Kami berdua masih berada di dalam mobil saat sedan Mas Fery berhenti di parkiran utama di hotel itu.

Aku dan Siska benar-benar dibuat terkejut dengan pemandangan kali ini. Bahkan jantungku terasa mau lepas dari sarangnya.

Mas Fery membuka pintu mobilnya, lalu keluar seorang gadis yang sangat aku kenal. Dia adalah Rani. Aku dan Siska tak mungkin salah lihat. Mas Fery dan Rani berjalan seraya bergandengan tangan, lalu masuk menuju lobi hotel.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (8)
goodnovel comment avatar
Leostar Kadjang Jr.
𝙢𝙚𝙣𝙞𝙠𝙖𝙝 𝙙𝙞 𝙪𝙨𝙞𝙖 17 𝙩𝙝 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙞.
goodnovel comment avatar
Dewi Widi
Ibunya Rani punya anak usia berapa ya? Katanya usianya baru 36, anaknya sdh kls 3 SMA..??
goodnovel comment avatar
Ani Rohayani
c Rani bagaikan jalang jadi pemuas nafsu ayah tirinya pantesan c ferry suka beralasan lembur dan keluar kota ternyata malah ena ena sama anak tirinya sementara istrinya tidak di nafkahi
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   334 Happy Ending

    Siang ini 40 hari sudah setelah kelahiran Yusra dan Yumna. Kediaman Yusuf nampak dipenuhi bunga serba putih. Semua dekorasi serba putih. Ini bukan sedang berpesta, melainkam sedang ada acara aqiqah si kembar Yusra dan Yumna.Dua bayi kembar yang lucu yang memakai pakaian muslim ala-ala bayi, sudah dibawa pengasuhnya masing-masing ke tengah-tengah pengajian. Sebagai rasa syukur yang luar biasa pada Tuhan, Yusuf dan Mia menggelar acara pengajian sekaligus aqiqahan untuk bayi kembarnya. Bukan hanya itu, Yusuf dan Mia juga mengadakan santunan anak yatim yang diundang dari salah satu panti asuhan yatim piatu di kota Jakarta. Yusuf berharap, anak-anak yang kurang beruntung itu bisa merasakan kebahagiaan yang kini tengah dia rasakan.Kediaman Zubair dipenuhi banyak jamaah pengajian dan anak yatim piatu yang hadir. Mereka membacakaan dzikir dan puji-pujian. Menggunting rambut si kembar Yusra dan Yumna secara bergantian.Seperti ada cahaya yang terpancar pada bayi kembar Yusra dan Yumna kali i

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   333 Hijrah

    Benar saja dengan apa yang sudah ditebak sebelumnya. Kediaman Zubair nampak ramai oleh suara tangisan bayi yang silih berganti. Sudah menjadi kebiasaan bayi yang pusarnya belum copot memang agak rewel. Akan tetapi Mia nampak piawai menghandle. Mungkin karena bukan yang pertama kalinya, jadi Mia sudah paham.Bayi kembar yang mungil nampak anteng apabila dalam gendongan Mia. Mungkin karena bayi kembar itu merasakan kenyamanan saat berada di dekat orang tuanya."Kenapa kalian tidak bisa menghandle? Bukankah kalian sudah pengalaman sebagai baby sitter! Dimana keahlian kalian?!" Suara Yusuf terdengar mengeras di kamar anaknya. Dia bicara pada dua pengasuh anaknya."Sstt! Mas, jangan begitu dong." Mia meluruskan jari telunjuknya di depan bibir.Rupanya Yusuf tengah memarahi dua baby sitter anaknya yang tampak tak bisa menghandle tugas. Dua anak kembar Mia dan Yusuf hanya bisa anteng dan tak menangis saat berada dalam dekapan mamanya."Habisnya mereka salah, Sayang. Kamu kan belum benar-bena

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   332 Bayi Kembar Datang

    Banyak sekali yang harus dipelajari Mia setelah operasi. Mulai dari belajar tidur miring kiri miring kanan, belajar bangun sendiri kemudian sampai berjalan.Yusuf mendukung Mia yang belajar dengan antusias. Saat ini bahkan Mia sudah berada di ruangan rawat inap. Banyak sekali perjuangan yang telah dia lakukan untuk anak kembarnya.Mia juga mulai memberikan asi pertamanya untuk kedua anak kembar, meski pun belum ada asi putih yang keluar. Anak kembar itu juga akan dibantu susu formula karena asi Mia belum keluar dan mungkin tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dua anak kembar."Sayang, anak kita cantik dan tampan ya. Mirip sekali dengan wajah mamanya. Mamanya cantik sih, jadi anaknya juga cantik dan tampan," kata Yusuf tanpa bisa berhenti menatap wajah anak kembarnya. Rasa syukur pada Tuhan pun ia ungkapkan berkali-kali atas rasa bahagia yang sangat luar biasa."Papanya juga tampan, Mas. Makanya saya jatuh cinta," balas Mia pada suaminya. Dia kini sudah bisa berbicara."Masa sih?" Y

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   331 Melahirkan

    Saat ini Mia masih berada di ruang rawat inap. Operasi akan dilakukan besok siang pukul sepuluh pagi. Mia tengah beristirahat membaringkan tubuhnya di atas bed pasien."Sayang, perutnya masih sakit?" Yusuf mengusap kening istrinya. Ia duduk di kursi yang ada di dekat ranjang. Dalam benaknya berkecamuk rasa. Khawatir cemas bercampur jadi satu. Apalagi saat melihat wajah Mia yang terlihat layu."Tak terlalu sakit, Mas. Semoga besok pagi operasinya lancar ya." Suara Mia terdengar lemas. Yusuf mengecup kembali kening Mia. "Sayang, tentu saja saya do'akan semoga operasinya lancar. Kamu dan bayi kita selamat. Kamu harus semangat dan kuat, karena ini adalah impian kita berdua," ia menyemangati."Iya, Mas. Saya akan berjuang. Saya akan semangat," balas Mia.Sejujurnya Yusuf tidak tega melihat Mia yang tiba-tiba meringgis kesakitan. Namun, jadwal caesar memang sudah ditentukan dan surat perjanjian sudah ditanda tangani. Ia tak tega melihat istrinya kesakitan. Andai tak malu dengan diri sendir

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   330 Tiba-tiba Sakit Perut

    Yusuf dan Mia telah sampai di depan rumah sakit. Mereka langsung duduk di kursi tunggu karena nomor antrian telah diambilkan oleh anak buahnya.Yusuf mengusap perut Mia. Walau di depan banyak orang, Yusuf tak mau perduli. Rasa sayangnya pada Mia menutup matanya dari orang-orang yang ada di sekelilingnya."Nyonya Mia Lestari!"Saat namanya dipanggil, Mia dan Yusuf langsung berdiri. Dia segera masuk ke ruang Dokter kandungan.Setelah ditanya-tanya sebentar, Dokter langsung menyuruh Mia berbaring di atas bed pasien. Perut buncitnya dioleskan cairan dan alat USG langsung ditempelkan pada perut Mia.Bola mata Yusuf seketika berkaca-kaca melihat calon anaknya pada layar monitor."Selamat ya, Pak. Tuhan memberikan bayi kembar. Sepertinya jenis kelaminnya sepasang ni," kata Dokter sambil terus menempelkan alat USG di perut Mia. Sementara layar monitir menampilkan hasilnya."Apa! Kembar, Dok?" Yusuf terbelalak. Pun dengan Mia yang terkejut."Serius, Dok?" Timpal Mia. Mulutnya sedikit terbuka k

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   329 Pulang

    Pagi hari di cappadocia.Sinar matahari telah masuk menerobos jendela kamar. Keduanya masih asik dalam mimpi indah usai bergelut dalam permainan panas semalam.Mata Mia menyipit saat mulai membuka kelopak matanya. Ia sadar dari mimpi indah semalaman tadi. Ia terkejut saat sadar telah bangun keiangan."Ya ampun! Kesiangan!" Mia bangkit dari tempat tidur. Dia bahkan masih memakai lingerie berwarna silver sisa semalam. Ia menuju kamar mandi dan akan segera membersihkan tubuhnya.Perut mulusnya mulai terlihat membuncit. Mia keluar dari kamar mandi dengan rambut yang terlihat basah. Sepertinya harus segera dikeringkan. Melihat ke atas ranjang, Yusuf tampak masih terlelap dalam tidurnya. Cuaca dingin membuat suami Mia tampak nyaman di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya yang hanya memakai bokser saja."Sayang, jam berapa?" Suara serak pria yang masih terbaring di atas ranjang, tampak membuka sedikit kelopak matanya. Terlihat kelelahan."Sudah siang, Mas. Cepetan mandi. Katanya mau ng

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status