Share

6 Dibuat Terkejut

Penulis: Miss_Pupu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-23 08:59:02

Dengan bola mata terbelalak aku dan Siska dibuat terkejut. Saat tubuh Mas Fery dan Rani semakin menghilang dan masuk ke dalam hotel, aku dan Siska bergegas keluar dari mobil. Kami berdua berjalan dengan cepat. Namun, terlambat. Kedua bola mata ini tak bisa lagi mendapati penampakan suami dan anakku.

"Sial! Cepat sekali langkah mereka!" kesalku. Aku berkacak pinggang dengan wajah menahan emosi. Aliran darahku kian terasa mendidih saja kala setiap sudut pandangan nyaris tak mampu lagi menemukan keberadaan Mas Fery dan Rani.

"Kita tanya resepsionis," saran Siska.

Kemudian aku berjalan mengikuti langkah Siska menuju resepsionis. Kami berdua bertanya mengenai tamu atas nama Fery Haryadi atau pun Rani Adinda Putri.

Namun, aku dan Siska tak mendapatkan informasi apa-apa. Peraturan di hotel yang kami datangi sangat menjaga privacy pengunjung. Kami berdua bahkan tak bisa mencari ke setiap sudut kamar yang ada di hotel itu karena petugas pasti akan melarangnya.

Langkah ini dengan berat perlahan keluar dari hotel lalu masuk kembali ke mobil Siska. Aku memijat pelipis yang kian terasa pusing. Rasa penasaran ini kian memuncak dan masih tak menemukan jawabannya.

"Untuk apa Mas Fery dan Rani check in di hotel ini?" Pertanyaan yang masih saja bersarang di benakku. Sungguh aku penasaran dan tak bisa menerka jawabannya.

"Coba kamu hubungi nomor telephone suamimu. Tanya, dimana dia sekarang." Siska kembali dengan sarannya. Sebelah tangan kirinya terasa mengelus pundakku. Siska pun pasti merasakan keresahan dalam hati ini.

Aku segera merogoh tas selempangku guna mengambil ponsel pintar yang ada di dalamnya. Kuusap layar benda pipih itu lalu menekan kontak bernama Mas Fery pada layar.

Terdengar bunyi dari dalam benda pipih yang kini telah menempel di telingaku. Bunyi yang menandakan kalau nomor ponsel Mas Fery sedang aktip, hanya saja sambungan telephone dari aku tak dijawab olehnya.

Tiga kali aku berusaha menghubungi Mas Fery, akan tetapi hasilnya tetap saja sama. Mas Fery tak mau menjawab sambungan telephone dariku.

"Tidak diangkat," kesalku. Ini seolah semakin memperjelas pemandangan tadi. Sedang apa Mas Fery dan Rani di dalam hotel itu sampai-sampai tak mau menjawab sambungan telephone dariku.

"Kita tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk saat ini. Kamu bisa mempotret mobil suamimu itu untuk menyodorkan pertanyaan kepadanya nanti."

Siska mengambil ponselku saat aku masih saja diam. Dia kemudian membidik mobil Mas Fery dengan kamera ponselku untuk digunakan sebagai bukti nantinya.

Setelah itu, Siska mengantarkanku pulang ke rumah. Disepanjang perjalanan aku hanya diam. Aku enggan untuk membahas pemandangan mengejutkan hari ini. Bibirku terasa kaku. Isi dada melemas tak bertenaga. Aku masih saja trauma dengan masa lalu, masa lalu perselingkuhan mantan suami yang menyisakan luka mendalam di hati. Berat rasanya menerima pemandangan tadi. Mana mungkin Mas Fery bersama Rani. Aku cukup mengenal suamiku. Aku menggelengkan kepala berusaha menepis pikiran buruk yang tiba-tiba merasuki isi kepala.

"Mampir dulu, Sis!" Aku menawarkan Siska mampir saat mobilnya telah menepi di depan rumah baruku.

Siska menggeleng dengan ramah kemudian menjawab, "Aku harus cepat pulang karena ada urusan lagi. Kabari aku jika kamu butuh bantuan ya."

Aku mengangguk dan berkata dengan lesu, "Terima kasih untuk hari ini."

Senyum tipis penuh keresahan yang kini bisa aku tampilkan pada sahabatku. Aku yakin Siska paham dengan kondisiku saat ini.

Aku kemudian keluar dari mobil Siska, berjalan menguatkan diri lalu masuk ke dalam rumah, meluruhkan tubuh ini di atas sofa empuk berwarna abu-abu yang berada di ruang tengah.

"Ya Tuhan, ada apa dengan semua ini? Berikan aku petunjuk-Mu," lirihku sendirian. Aku mengusap kasar wajah ini yang tampak lusuh. Merasa tak bertenaga seperti telah lari maraton sepuluh kilo meter saja. Aku berusaha bangkit menguatkan diri. Aku masih butuh pembuktian untuk semua teka-teki ini.

Hingga sampai malam tiba, Mas Fery tak kunjung memberikan kabar. Tanpa terasa, kelopak mata ini terlelap begitu saja di sofa ruang tamu saat tengah menanti kepulangan sang suami. Ini bukan tentang rindu atau pun menanti raga Mas Fery. Aku hanya menginginkan penjelasan dari penampakan yang aku lihat tadi siang.

Tiba-tiba aku terbangun saat sinar mentari berhasil menerobos masuk melewati jendela berwarna putih lalu menepuk pipi ini dengan hangat.

Perlahan aku membuka kepolak mata saat sadar kalau aku telah tertidur di sofa sampai pagi. Aku menatap pintu yang masih saja tertutup. Aku sadar kalau Mas Fery tak pulang malam ini. Aku mengusap dadaku. Mengapa isi dada ini rasanya sakit sekali. Sakit yang tak tahu penyebabnya. Padahal ini bukanlah kali pertama Mas Fery tak pulang, tapi semenjak keberadaannya di hotel kemarin membuat pikiran menjadi kacau.

Saat jarum pada benda bundar di dinding ruangan menunjukan pukul sepuluh siang, aku mendengar deru mobil berhenti di depan rumah. Aku bergegas keluar dari kamar saat yakin kalau suara deru mobilnya milik suamiku.

Benar saja dugaanku. Mas Fery keluar dari mobil saat aku telah membuka pintu utama. Dia datang sendirian lalu masuk begitu saja ke dalam rumah tanpa menyapaku yang dari semalam telah menunggunya.

Wajah Mas Fery amat lusuh seperti telah begadang semalam. Aku segera menghampiri dan menghentikan langkahnya.

"Tunggu, Mas!"

Mas Fery menghentikan langkah lalu menoleh ke arahku dengan tatapan nyalang. Aku melihat suamiku telah berubah hari ini. Amat jauh berbeda dari sebelumnya.

"Ada apa? Aku lelah, aku mau istirahat!" ketusnya. Tak ada lagi sikap ramah yang biasa ditampilkan. Kemana wajah dan sikap baiknya selama ini? Apa itu hanya topeng?

"Dari mana kamu, Mas? Sampai-sampai kamu tak pulang semalaman," tanyaku. Tentu bahasaku masih lembut. Aku masih berusaha tenang dengan nada bicara yang sopan. Aku juga menampilkan wajah biasa. Aku tahan emosiku sekuat mungkin.

"Mengapa kamu masih saja bertanya kemana atau dari mana? Aku ini lelaki sibuk. Banyak sekali pekerjaan. Mengapa kamu tak paham juga mengenai itu hah!" jelas Mas Fery dengan nada suara tinggi. Padahal aku bertanya dengan ramah.

"Memangnya pekerjaan apa yang dilakukan kamu saat hari libur?" Aku bertanya dengan nafas memburu di dalam dada. Rasanya ingin marah, tapi masih berusaha aku bendung.

Mas Fery membuang muka. Ia gelagapan. Sepertinya dia baru sadar kalau kemarin itu hari libur kerja.

"Pekerjaanku bukan sekedar di kantor, Mia. Masih banyak yang harus aku urus. Aku cape dan aku mau istirahat. Jangan ganggu!" tegas Mes Fery yang masih saja mengelak kemudian melanjutkan langkah yang sempat tertunda.

Lagi, aku kembali menghentikan langkahnya dengan cepat. Bahkan kali ini aku menghadangnya yang hendak masuk ke kamar.

"Kamu bohong, Mas! Aku tahu kamu tak bekerja. Kamu check in di hotel bersama, Rani!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
L W
"kamu check in di hotel bersama Rani" bukan "kamu check in di hotel bersama, Rani"
goodnovel comment avatar
Retno Anggiri Milagros Excellent
bahaya Ferry.. kamu ketahuan.. ...
goodnovel comment avatar
Umah Afifah
ah mas ferry mh kudu di gantung inimah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   334 Happy Ending

    Siang ini 40 hari sudah setelah kelahiran Yusra dan Yumna. Kediaman Yusuf nampak dipenuhi bunga serba putih. Semua dekorasi serba putih. Ini bukan sedang berpesta, melainkam sedang ada acara aqiqah si kembar Yusra dan Yumna.Dua bayi kembar yang lucu yang memakai pakaian muslim ala-ala bayi, sudah dibawa pengasuhnya masing-masing ke tengah-tengah pengajian. Sebagai rasa syukur yang luar biasa pada Tuhan, Yusuf dan Mia menggelar acara pengajian sekaligus aqiqahan untuk bayi kembarnya. Bukan hanya itu, Yusuf dan Mia juga mengadakan santunan anak yatim yang diundang dari salah satu panti asuhan yatim piatu di kota Jakarta. Yusuf berharap, anak-anak yang kurang beruntung itu bisa merasakan kebahagiaan yang kini tengah dia rasakan.Kediaman Zubair dipenuhi banyak jamaah pengajian dan anak yatim piatu yang hadir. Mereka membacakaan dzikir dan puji-pujian. Menggunting rambut si kembar Yusra dan Yumna secara bergantian.Seperti ada cahaya yang terpancar pada bayi kembar Yusra dan Yumna kali i

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   333 Hijrah

    Benar saja dengan apa yang sudah ditebak sebelumnya. Kediaman Zubair nampak ramai oleh suara tangisan bayi yang silih berganti. Sudah menjadi kebiasaan bayi yang pusarnya belum copot memang agak rewel. Akan tetapi Mia nampak piawai menghandle. Mungkin karena bukan yang pertama kalinya, jadi Mia sudah paham.Bayi kembar yang mungil nampak anteng apabila dalam gendongan Mia. Mungkin karena bayi kembar itu merasakan kenyamanan saat berada di dekat orang tuanya."Kenapa kalian tidak bisa menghandle? Bukankah kalian sudah pengalaman sebagai baby sitter! Dimana keahlian kalian?!" Suara Yusuf terdengar mengeras di kamar anaknya. Dia bicara pada dua pengasuh anaknya."Sstt! Mas, jangan begitu dong." Mia meluruskan jari telunjuknya di depan bibir.Rupanya Yusuf tengah memarahi dua baby sitter anaknya yang tampak tak bisa menghandle tugas. Dua anak kembar Mia dan Yusuf hanya bisa anteng dan tak menangis saat berada dalam dekapan mamanya."Habisnya mereka salah, Sayang. Kamu kan belum benar-bena

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   332 Bayi Kembar Datang

    Banyak sekali yang harus dipelajari Mia setelah operasi. Mulai dari belajar tidur miring kiri miring kanan, belajar bangun sendiri kemudian sampai berjalan.Yusuf mendukung Mia yang belajar dengan antusias. Saat ini bahkan Mia sudah berada di ruangan rawat inap. Banyak sekali perjuangan yang telah dia lakukan untuk anak kembarnya.Mia juga mulai memberikan asi pertamanya untuk kedua anak kembar, meski pun belum ada asi putih yang keluar. Anak kembar itu juga akan dibantu susu formula karena asi Mia belum keluar dan mungkin tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dua anak kembar."Sayang, anak kita cantik dan tampan ya. Mirip sekali dengan wajah mamanya. Mamanya cantik sih, jadi anaknya juga cantik dan tampan," kata Yusuf tanpa bisa berhenti menatap wajah anak kembarnya. Rasa syukur pada Tuhan pun ia ungkapkan berkali-kali atas rasa bahagia yang sangat luar biasa."Papanya juga tampan, Mas. Makanya saya jatuh cinta," balas Mia pada suaminya. Dia kini sudah bisa berbicara."Masa sih?" Y

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   331 Melahirkan

    Saat ini Mia masih berada di ruang rawat inap. Operasi akan dilakukan besok siang pukul sepuluh pagi. Mia tengah beristirahat membaringkan tubuhnya di atas bed pasien."Sayang, perutnya masih sakit?" Yusuf mengusap kening istrinya. Ia duduk di kursi yang ada di dekat ranjang. Dalam benaknya berkecamuk rasa. Khawatir cemas bercampur jadi satu. Apalagi saat melihat wajah Mia yang terlihat layu."Tak terlalu sakit, Mas. Semoga besok pagi operasinya lancar ya." Suara Mia terdengar lemas. Yusuf mengecup kembali kening Mia. "Sayang, tentu saja saya do'akan semoga operasinya lancar. Kamu dan bayi kita selamat. Kamu harus semangat dan kuat, karena ini adalah impian kita berdua," ia menyemangati."Iya, Mas. Saya akan berjuang. Saya akan semangat," balas Mia.Sejujurnya Yusuf tidak tega melihat Mia yang tiba-tiba meringgis kesakitan. Namun, jadwal caesar memang sudah ditentukan dan surat perjanjian sudah ditanda tangani. Ia tak tega melihat istrinya kesakitan. Andai tak malu dengan diri sendir

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   330 Tiba-tiba Sakit Perut

    Yusuf dan Mia telah sampai di depan rumah sakit. Mereka langsung duduk di kursi tunggu karena nomor antrian telah diambilkan oleh anak buahnya.Yusuf mengusap perut Mia. Walau di depan banyak orang, Yusuf tak mau perduli. Rasa sayangnya pada Mia menutup matanya dari orang-orang yang ada di sekelilingnya."Nyonya Mia Lestari!"Saat namanya dipanggil, Mia dan Yusuf langsung berdiri. Dia segera masuk ke ruang Dokter kandungan.Setelah ditanya-tanya sebentar, Dokter langsung menyuruh Mia berbaring di atas bed pasien. Perut buncitnya dioleskan cairan dan alat USG langsung ditempelkan pada perut Mia.Bola mata Yusuf seketika berkaca-kaca melihat calon anaknya pada layar monitor."Selamat ya, Pak. Tuhan memberikan bayi kembar. Sepertinya jenis kelaminnya sepasang ni," kata Dokter sambil terus menempelkan alat USG di perut Mia. Sementara layar monitir menampilkan hasilnya."Apa! Kembar, Dok?" Yusuf terbelalak. Pun dengan Mia yang terkejut."Serius, Dok?" Timpal Mia. Mulutnya sedikit terbuka k

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   329 Pulang

    Pagi hari di cappadocia.Sinar matahari telah masuk menerobos jendela kamar. Keduanya masih asik dalam mimpi indah usai bergelut dalam permainan panas semalam.Mata Mia menyipit saat mulai membuka kelopak matanya. Ia sadar dari mimpi indah semalaman tadi. Ia terkejut saat sadar telah bangun keiangan."Ya ampun! Kesiangan!" Mia bangkit dari tempat tidur. Dia bahkan masih memakai lingerie berwarna silver sisa semalam. Ia menuju kamar mandi dan akan segera membersihkan tubuhnya.Perut mulusnya mulai terlihat membuncit. Mia keluar dari kamar mandi dengan rambut yang terlihat basah. Sepertinya harus segera dikeringkan. Melihat ke atas ranjang, Yusuf tampak masih terlelap dalam tidurnya. Cuaca dingin membuat suami Mia tampak nyaman di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya yang hanya memakai bokser saja."Sayang, jam berapa?" Suara serak pria yang masih terbaring di atas ranjang, tampak membuka sedikit kelopak matanya. Terlihat kelelahan."Sudah siang, Mas. Cepetan mandi. Katanya mau ng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status