Suara Hantu di Kamar Tamu
Part 3 : Berprasangka Baik
"Ma, udah selesai belum masaknya? Arka udah lapar .... " Belum sempat Syilvina menjawab pertanyaanku, putra keduaku sudah muncul di hadapan kami sambil mengelus perutnya.
"Udah, ayo kita makan malam sama-sama! Kamu sama papa duluan duduk di depan makan, Mama mau manggil Kakak dan adikmu juga Om Riko," ujar istriku sambil melangkah keluar dari dapur.
Aku dan Arka duluan duduk di depan meja makan sambil menunggu yang lainnya, namun seribu tanya mulai membebani pikiran ini. Aku masih penasaran dengan kata "beb" yang diucapkan Syilvina, istriku yang cantik dengan body aduhai walau sudah melahirkan tiga anak kami. Ah, pikiran jahat semakin merasuki kepala ini.
"Ayo, makan, Bang!" Suara Syilvina mengagetkanku, ternyata semua orang sudah berada di depan meja makan. Tiga anak-anakku, adikku juga istriku.
Aku menghela napas berat dan menoleh ke piring yang ternyata sudah lengkap dengan nasi dan lauk. Entah kapan Syilvina mengambilkannya, aku tak sadar. Ternyata aku melamun begitu lama.
Makan malam berlangsung begitu cepat, Riko yang paling cepat selesai dan langsung pamit ke kamarnya. Disusul oleh Arka dan Arsha. Kini hanya tinggal Syilvina yang masih menyuapi Arshi, juga aku yang mendadak begitu susah menghabiskan nasi ini.
"Bang, kok nggak dihabisin makannya?" tanya Syilvina saat aku mendorong piring dan meraih gelas air putih.
"Abang udah kenyang," jawabku sambil bangkit dari depan meja makan.
"Aci juga udah enyang, Ma," rengek Arshi sambil mengulurkan tangan kepadaku, minta digendong.
Kuraih Arshi ke dalam gendongan. Syilvina langsung membereskan piring kotor.
"Sayang, malam ini 'abcdefg' ya!" bisikku di telinganya. "Cepat beres-beresnya, abis itu bobokin Arshi." Kukedipkan sebelah mata padanya, mungkin aku begini karena efek udah lama nggak ambil jatah.
'Abcdefg' itu adalah simbol nganu, hmm ... Es cendol, es campur, berhubungan dengan es batu, eh hubungan suami-istri maksudnya. Sudah tiga minggu aku belum ambil jatah, sebab pas pulang ke rumah, Syilvina selalu sudah tepar.
Syilvina hanya mengangguk dan melempar senyum tipis namun terlihat tidak tulus. Ah, apa-apaan sih aku? Sudahlah, sebaiknya kembali berpikir positif. Berprasangka buruk hanya akan merusak hati dan rumah tangga. Hubungan kami baik-baik saja dan akan terus seperti ini.
Kuantar Arshi ke kamar Arsha, sudah beberapa bulan ini mereka putri bungsuku itu tak tidur bersama kami lagi.
"Mimik, Pa," rengek Arshi saat dia kubaringkan di tempat tidur.
"Kak, bikinan adek mimik gih!" perintahku kepada Arsha yang saat itu masih sibuk bermain ponsel.
"Oke, Pa," jawab putri tertuaku itu sambil beranjak turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar.
******
Menidurkan Arshi ternyata sangat gampang, pas dikasih botol susu, dia langsung merem. Arsha juga sudah menyimpan ponselnya lalu menarik selimut untuk mereka.
"Selamat tidur, Sayang." Kucium bergantian dahi dua putriku itu sebelum meninggalkan kamar dengan nuansa serba pink dan gambar hello kitty itu.
Aku melangkah menuju kamar lalu membuka pintunya dan mencari keberadaan Syilvina, ternyata dia belum masuk ke kamar juga. Ah, akan kubantu dia beres-beres di dapur kalau begitu, kasihan dia. Akan tetapi, baru saja aku hendak keluar dari kamar, Syilvina malah sudah berada di depan pintu.
"Eh, udah selesai rupanya. Baru juga Abang mau bantuin kamu beres-beres di dapur," sambutku sambil menggandengnya masuk.
Segera kukunci pintu kamar dan mendekati Syilvina. Dia terlihat berkeringat. Kasihan dia, tumpukan piring kotor pasti membuatnya kelelahan.
Kuusap keringat di dahinya, lalu tersenyum. Raut wajah istriku malah terlihat tak nyaman. Oh, dia pasti capek tapi aku juga lagi pengen ini.
"Sayang, kamu capek, ya?" Kupeluk tubuh idealnya, tak kurus dan tak juga gemuk. Bodynya masih ala gitar spayol.
"Nggak kok, Bang. Ayo, deh!" jawab Syilvina sambil melepas pakaiannya.
Ah, tanpa menunggu lama lagi, langsung kuterkam dia. Pemanasan dulu, biar semakin membahana.
Aku mengerutkan dahi, barang pusaka Syilvina tak seperti biasanya, begitu mudah untuk diterjang. Biasanya kalau sudah tiga minggu itu, akan terasa seperti pengantin baru.
Hmm ... Tak hanya itu, di leher Syilvina juga terlihat beberapa tanda warna merah, padahal baru saja aku hendak membuatkannya tanda itu.
"Sayang, leher kamu kenapa ini ada yang merah-merah?" tanyaku penasaran.
"Eh, iyakah, Bang? Mungkin digigit nyamuk," jawab Syilvina gugup.
Dasar aku, sejak tadi selalu saja berpikiran negatif. Radit, berhentilah berprasangka buruk kepada istrimu yang begitu baik! Dia sudah mengurus rumah juga tiga anakmu, berdosa kamu jika menuduhkan hal yang bukan-bukan tanpa sebuah bukti. Aku menasehati diri sendiri.
Bersambung ....
Suara Hantu di Kamar TamuPart 4 : Tak ada yang terekamPermainan selesai, Syilvina terlihat meringis lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Kenapa dia? Apa dia sedang bad mood atau apa? Kuraih dia ke dalam pelukan dan mengelus punggungnya yang berbaring dengan membelakangiku."Sayang, kamu kenapa?" bisikku."Nggak kenapa-kenapa, Bang. Aku hanya capek dan ngantuk. Aku tidur dulu," jawabnya namun masih dengan mode memunggungiku.Dengan masih memeluknya, aku juga mulai memejamkan mata. Sudah lama tak bisa memeluknya seintim begini. Kalau malam-malam kemarin, kala melihatnya sudah tertidur pulas, aku tak berani menyentuhnya lagi. Aku tahu, dia pasti kelelahan mengurus rumah juga anak-anak kami. Semoga lelahmu menjadi ladang pahala untukmu, istriku. Kucium punggung lalu semakin mengeratkan pelukan.*******Azan subuh sudah berkumandang, aku segera membuka mata. Syilvina melempaskan diri dari pelukanku. Ia langsung melangkah menuju kamar mandi, aku mengekor di belakangnya dengan mak
Suara Hantu di Kamar TamuPart 5 : Hantunya takut sama papaAh, ribet juga cara menggunakan kamera CCTV ini. Katrok sekali aku, capek ke aku dong kalau terus bolak-balik copot pasang nih kamera. Kenapa nggak kuhubungan ke laptop atau ponsel aja? Nah, ‘kan karena teror hantu itu aku jadi nggak bisa mikir dengan cerdas begini. Browsing saja dulu kalau gitu, mau nanya teman, malu juga entar diledekin.Setengah jam mengotak-atik, akhirnya selesai juga. Kenapa baru terpikir sekarang? Nanti sore akan kupasang kembali benda kecil ini dan aku akan memantaunya lewat ponsel atau laptop dan tak akan repot bongkar pasang lagi. Aku tersenyum simpul.‘Tok-tok’ terdengar ketukan dari depan pintu ruanganku. Aku segera bangkit dan membuka pintu. Terlihat Mis Jutek atau Vika Putri di depan pintuku. Mau apa dia? Apa mau ngasih kerjaan lagi, tugas dari Pak Sofian saja belum selesai kukerjakan.“Ya, Mbak Vika, ada apa?” tanyaku dengan mengerutkan dahi.“Hmm ... Pak Radit, anda benaran sedang sakit? Kok ti
Suara Hantu di Kamar TamuPart 6 : Notifikasi CCTV[Sayang, malam ini Abang nginap di mes soalnya bakal lembur sampai larut malam. Titip anak-anak, ya! I love you.] Kukirimkan pesan itu kepada Syilvina biar dia nggak nungguin aku malam ini.[Iya, Bang. I love you too.] Aku tersenyum senang pesanku langsung dibalas olehnya.[Jangan lupa kunci pintu! Kalau ada apa-apa, segera hubungan Abang.] Kembali kutekan tombol send.[Iya, Bang.]Segera kusimpan ponsel dan kembali melanjutkan pekerjaan. Laporan ini harus selesai sebelum malam, biar nanti aku bisa mengamati hantu penunggu kamar tamu itu.Saat adzan magrib telah berkumandang, segera kukemaskan tas kerja dan tak lupa mengambil kunci mes. Suasana kantor sudah sepi, kulangkahkan kaki menuruni anak tangga lalu menuju parkiran. Bangunan Mes tepat bersebelahan dengan kantor, aku langsung mengemudikan mobil memasuki halaman bangunan berlantai tiga itu. Sekilas, mes itu terlihat seperti hotel. Hanya terdapat kamar yang cukup luas, ada 50 kam
Suara Hantu di Kamar TamuPart 7 : Penemuan TestpackSaat tiba di mes, mataku terasa sudah sangat berat. Dengan menahan kantuk, kusetel alarm pukul 07.00, agar tak kesiangan lagi karena sekarang sudah pukul 03.00. Aku hanya punya waktu untuk tidur empat jam saja, lumayanlah untuk menghilangkan penat.Rasanya belum lama mata ini terpejam, alarm ponselku sudah berdering nyaring. Mau tak mau, aku bangun juga. Ah, lagi-lagi aku absen sholat subuh. Ampuni aku, Tuhan.Pukul 08.00, aku telah tiba di kantor. Hari ini kantor sepi karena libur, hanya karyawan yang lembur saja yang masuk.Aku segera masuk ke ruangan kerja dan mengambil satu bundel laporan yang sudah kuprint tadi malam. Semoga tak ada masalah agar aku bisa segera pulang. Aku sudah kangen rumah, kangen anak-anakku juga istriku yang cantik."Terima kasih, Pak Raditya, kamu memang karyawan andalan saya. Laporan bulanan selalu tepat waktu, pertahankan terus kinerja kamu. Bulan depan kamu akan dapat promosi jabatan. Bonus bulan ini ak
Suara Hantu di Kamar TamuPart 8 : Hantunya TertangkapSyilvina, Riko, kalian memang hantu! Umpatku kesal, dengan rahang yang mengeras dan mengepalkan tinju. Dada ini terasa begitu sakit dan tanpa terasa, air mata meleleh begitu saja. Hah, aku menangis! Aku tertawa dalam kepedihan. Mungkin tak ada sejarahnya seorang pria menangis dan ini hanya ada di dalam cerita sinetron udang terbang tapi aku nyata mengalami hal ini. Sekuat apa pun lelaki, tapi jika hatinya terlalu sakit, maka menetes juga air mata.Ini sungguh tak masuk akal, adik kandungku berselingkuh dengan istriku. Kukira kisah seperti ini hanya ada di dalam cerita novel dan film saja. Tega, mereka sungguh tega dan tidak punya otak! Apa yang harus kulakukan sekarang? Kuusap pipi lalu bangkit dari tempat tidur kemudian meraih jaket, dompet serta kunci mobil. Aku tak bisa berpikir jernih saat ini, aku harus menenangkan diri. Ini masalah besar, aku tak boleh salah dalam bertindak.Dengan menahan amarah, aku keluar dari kamar dan m
Suara Hantu di Kamar TamuPart 9 : Ini AIB"Nikahkan mereka, Pak Penghulu!" ujarku sambil mengakhiri video itu dan menyimpan ponsel ke saku celana."Bang, ampuni Riko, Bang!" Riko langsung luruh ke lantai sambil memeluk lututku."Bang, jangan lakukan ini!" Syilvina juga berlutut di kaki ini."Maafkan Riko, Bang, Riko memang salah tapi jangan nikahkan kami!" Riko terlihat menangis di kakiku."Bang, maafkan aku, Bang! Aku khilaf .... " Dia wanita jalang itu ikut menangis juga."Bangun kalian! Jangan sentuh aku!" Aku mundur ke belakang dan menghindar dari sentuhan kedua menusia terkutuk itu."Bang!" Syilvina menatapku dengan wajah yang sembab, ia mencoba merayu dengan air mata tapi hati ini sudah terlanjur terluka dan tak akan pernah bisa memaafkan kesalahan fatal ini."Duduklah di depan Penghulu! Kalian akan kunikahkan malam ini juga," kataku lirih sambil memalingkan wajah."Tidak, Bang, jangan lakukan ini!" Riko bangkit dan menghampiriku, sepertinya dia ingin bernegosiasi.Kuarahkan ta
Suara Hantu di Kamar TamuPart 10 : Pernikahan Tidak Sah“Maaf, Mas Radit, saya tetap tidak berani menikahkan saudara Riko dan saudari Syilvina, sebab pernikahan ini hukumnya tetap haram. Saya tidak mau berdosa karena pertanggungjawaban ini begitu besar,” ujar Pak Penghulu itu dengan suara berat.“Saya yang akan menanggung semua dosanya dan saya yang akan bertanggung jawab. Pak Penghulu hanya bertugas menikahkan saja, saya mohon.” Aku duduk di hadapan tiga pria paruh baya itu, berharap mereka mengabulkan keinginan gila ini.Lagi-lagi ketiga pria itu saling pandang. Kukeluarkan sebuah amplop tebal yang isinya ada sepuluh juta dan kuletakkan di hadapan Pak Penghulu dan dua saksi.“Ini bukan uang sogokan, hanya sekedar ucapan terima kasih saja. Hal ini hanya akan menjadi rahasia kita berenam dan tak ada yang akan tahu. Intinya, Syilvina dan Riko harus menikah malam ini juga,” ujarku pelan namun penuh penekanan."Siapa yang akan menjadi wali nikah mempelai wanita?" tanya Pak Penghulu lagi
Suara Hantu di Kamar TamuPart 11 : Hari Tanpa SyilvinaSaat aku membuka mata, ternyata anak-anak sudah berada di dekatku. Ya Tuhan, ternyata aku telah tertidur di sopa ruang tamu.“Papa kok tidur di sini sih?” tanya Arka, menatapku dengan mata bulatnya.“Sttt!” Arsha langsung mencubitnya. Arka meringis dan melototi sang kakak.Aku langsung bangun lalu melenturkan tubuh, sendi-sendi rasanya sakit semua.“Udah pukul berapa sekarang, Sha?” tanyaku kepada Arsha yang sedang memangku Arshi.“Pukul 09.00, Pa,” jawab Arsha, wajahnya terlihat murung. Apakah dia mendengar masalah tadi malam?“Pa, lapar ... Mama mama sih? Dicariin di kamar juga nggak ada .... “ Arka yang emang selalu minta makan pas matanya melek mengelus perutnya sambil celingukan.“Mama mana, Pa? Aci mau mama .... “ rengek Arshi sambil merentangkan tangannya, meminta aku menggendongnya.“Hmm ... mama ... tadi pagi-pagi sekali ... mama ... hmm ... berangkat ke rumah oma dan opa, hah ... iya ... mama pergi ke sana .... “ Aku te