Share

Tak Ada yang Terekam

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2022-05-01 19:54:36

Suara Hantu di Kamar Tamu

Part 4 : Tak ada yang terekam

Permainan selesai, Syilvina terlihat meringis lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Kenapa dia? Apa dia sedang bad mood atau apa? Kuraih dia ke dalam pelukan dan mengelus punggungnya yang berbaring dengan membelakangiku.

"Sayang, kamu kenapa?" bisikku.

"Nggak kenapa-kenapa, Bang. Aku hanya capek dan ngantuk. Aku tidur dulu," jawabnya namun masih dengan mode memunggungiku.

Dengan masih memeluknya, aku juga mulai memejamkan mata. Sudah lama tak bisa memeluknya seintim begini. Kalau malam-malam kemarin, kala melihatnya sudah tertidur pulas, aku tak berani menyentuhnya lagi. Aku tahu, dia pasti kelelahan mengurus rumah juga anak-anak kami. Semoga lelahmu menjadi ladang pahala untukmu, istriku. Kucium punggung lalu semakin mengeratkan pelukan.

*******

Azan subuh sudah berkumandang, aku segera membuka mata. Syilvina melempaskan diri dari pelukanku. Ia langsung melangkah menuju kamar mandi, aku mengekor di belakangnya dengan maksud pengen ngajak mandi bareng. Akan tetapi, istriku sudah keburu menutup sebelum aku ikutan masuk. Hmm ... Mungkin dia lagi buru-buru.

Oh iya, apakabar kamera CCTV yang kupasang di kamar tamu itu ya? Apa hantunya sudah masuk jebakan? Segera kulangkahkan kaki keluar dari kamar dan menuju kamar paling pojok itu.

Kubuka kamar lalu mengambil benda kecil itu dan memasukkannya ke kantong celana. Aku akan melihat isinya jika sudah di kantor nanti.

Aktifitas pagi berjalan seperti biasanya. Sarapan bersama, lalu melihat Arsha dan Arka berangkat sekolah dengan dibonceng motor oleh Riko adikku.

"Rik, ini uang jajan bulan ini. Jangan minta sama ayah dan ibu lagi," ujarku kepada Riko. "Hati-hati berangkatnya!"

"Iya, Bang, terima kasih." Riko tersenyum lalu menyimpan uang satu juta yang kuberikan kepadanya, untuk uang bensin dan jajan di kampusnya.

Riko tak pernah meminta, hanya aku saja yang sangat paham akan kebutuhan adikku itu. Dia juga terbilang hemat, uang satu juta itu jatah untuk dua minggu. Jadi satu bulan, aku memberinya jatah dua juta. Aku ingin sedikit meringankan beban orangtuaku yang sudah kebagian jatah membayar uang kuliahnya tiap semester. Dia baru naik semester tiga. Aku berharap agar kuliahnya lancar dan setelah lulus nanti bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus.

"Abang berangkat ke kantor dulu, ya, Sayang," ucapku kepada Syilvina sambil mengulurkan tangan kepadanya.

"Iya, Bang, hati-hati, ya!" jawab Syilvina sambil mencium punggung tanganku lalu memberikan tas kerjaku.

"Abang pulang malam, nggak usah ditunggu. Kamu tidur duluan aja malam ini." Kukecup dahinya.

Syilvina terlihat menyinggingkan senyum. Hmm ... Apakah dia senang aku pulang malam atau bahkan tak pulang? Astaghfirullahal'adzim, lagi-lagi aku berprasanka buruk.

Kukecup dahinya, lalu membalik tubuh dan masuk ke mobil. Entah kenapa, perasaanku terasa tidak enak begini. Kukeluarkan kamera CCTV itu dari saku celana, rasanya sudah tidak sabar untuk melihatnya.

******

Satu jam kemudian, aku telah tiba di kantor.

"Pak Radit, anda ditunggu Pak Sofian di ruanganya," ujar Vika, sang manager yang sampai hari ini masih betah single itu. Banyak para karyawan yang mengincar dia, namun tak ada satu pun yang ia tanggapi. Orangnya cantik, namun pelit senyum dan jutek campur sangar juga. 

"Pak Radit, kok malah bengong sih?" Jari lentik putih mulus itu bergerak-gerak di hadapanku.

Astaga, kenapa aku ini? Segera kuusap wajah dan tersenyum kecut. Pikiranku jadi error begini, ada apa gerangan?

"Maaf, Mbak Vika, saya rada nggak enak badan. Terima kasih, saya akan segera menghadap ke ruangan Pak Sofian," ujarku sambil membalik badan.

Entah hanya perasaanku atau apalah, Vika terlihat khawatir menatapku yang hanya berbohong mengaku tak enak badan. Ah, nggak mungkin itu. Dia wanita berhati batu yang sangat sinis. Sebulan yang lalu, temanku Hilman baru saja ditolak cintanya oleh dia. Aku nggak suka wanita sok, walau aku tak termasuk gerombolan pria yang mengidolakan dia. Aku sudah punya keluarga bahagia, dan tak berminat untuk tergoda WIL.

******

Jam istirahat kantor tiba, segera kukendorkan kancing kemeja dan mengakhiri pekerjaan yang diberikan Pak Sofian.

Ah, sampai lupa dengan benda kecil di saku celanaku ini. Hmm ... Jadi tak sabar untuk melihat penampakan hantu itu.

Tanpa menunggu lama lagi, segera kukeluarkan memory benda kecil itu dan memasukannya ke laptop untuk melihat isi rekaman.

Satu menit, dua menit hingga lima menit, tak ada apapun yang terlihat, hanya kamar yang gelap.

Apakah tadi malam hantu itu tidak datang? Aku makin penasaran. Jadi, hari ini aku harus pulang sore lagi biar bisa memasang kamera ini lagi. Hantu itu harus bisa direkam biar otak jahatku tak lagi menghasut untuk berprasangka yang macam-macam.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Tamat

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 35 (Tamat)“Hay!” Suara yang tak asing itu membuatku terkejut dari lamunan.Kulirik ke arah suara dari sebelah kanan kursi, seorang wanita dengan senyum manis menyambutku.“Vika!” Aku tak dapat menyembunyikan senyum bahagia saat melihatnya kini malah duduk di sampingku, padahal tadi aku sudah mendengar suara pesawat naik landas.“Ayo, pulang!” Vika tiba-tiba menggandeng tanganku dan mengajak untuk beranjak dari kursiku.Aku tak bisa berkata-kata, kuturuti saja ajakannya yang kini malah menggandengku ke tempat parkiran. Aku tersenyum, hati ini senang saat dia tak jadi pergi. Tanpa kusadari, perasaan aneh ini muncul tiba-tiba.Aku memasukkan koper milik Vika ke bagasi, lalu membukakan pintu mobil untuknya. Dia menahan senyum saat duduk di sebelahku.“Coba, katakan sekali lagi ucapan kamu di bandara tadi? Aku tak salah dengar ‘kan? Sebab tak ada tiket untuk ke kota x lagi hari ini, tiketku hangus hanya karena ingin memeriksakan telinga yang sepertinya menga

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Galau

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 34 : GalauHari terus berlalu. Semenjak kejadian Vika mengirimkan chat isi hatinya, aku belum pernah melihatnya lagi muncul di kantor ini. Sedikit bimbang juga dengan keadaannya sekarang. Apa dia tersinggung dengan penolakanku atau juga sakitnya semakin parah? Kubolak-balik ponsel di tangan ini, dilema antara menanyakan keadaannya atau tetap cuek karena aku tak mau memberinya harapan palsu jika benar dia memiliki rasa terhadapku.Jam pulang kantor pun tiba. Kulirik ruangan di depan sana, di mana ada gadis yang selalu melempar senyum jika bertemu denganku, tapi kini ruangan itu terlihat sepi. Kuusap wajah dengan kesal, karena suasana hati jadi tak menentu saat ini.Sepanjang perjalanan pulang pun, aku masih kepikiran Vika. Ada perasaan aneh yang menyelusup di relung hati ini, rasa bimbang ini seakan tak tertahan. Ah, tak seharusnya aku begini, dia bukan siapa-siapa bagiku. Dia hanya seorang atasan di kantor. Ketika sampai di rumah, kualihkan pikiran kepad

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Isi Hati Vika

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 33 : Isi Hati Vika[Radit, aku mencintaimu. Bolehkah aku menjadi mama dari anak-anakmu?]Ini isi chat dari wanita yang kini sedang terbaring di hadapanku. Apa-apaan dia? Ah, kekanak-kanakan sekali. Kugaruk dahi yang tidak gatal. Apa yang harus kulakukan sekarang? Dia serius atau cuma bercanda, ya? Ada-ada saja. Aku jadi teringat kata-kata Arsha saat itu, katanya Vika suka denganku dan kupikir itu hanya bisa-bisanya putri sulungku itu saja.“Bu Vika, saya harus segera ke kantor. Hmm ... nanti Evita akan saya suruh ke sini, biar bisa menemani Bu Vika,” ujarku sambil bangkit dari kursi.Vika terlihat salah tingkah, tapi aku tetap berusaha bersikap wajar. Aku tak mau membuatnya malu, sedikit kasihan juga dengannya jika isi chat ini memang benar isi hatinya.Tanpa menunggu jawabannya, aku segera keluar dari ruangan itu dan meninggalkannya. Saat berpapasan dengan seorang perawat, aku sudah berpesan untuk menitipkan bosku itu, Vika Putri.Sesampainya di parkira

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   POV Vika 2 (Chat Nyasar)

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 32 : POV Vika 2 (Chat Nyasar)[Hey, pelakor, jangan ganggu suamiku!]Sebuah pesan dari nomor tak dikenal, masuk ke ponselku. Dahi ini langsung berkerut kala membacanya dan menganggap pesan itu hanya salah nomor sebab saat ini aku tak sedang mengganggu suami siapa pun. kuabaikan pesan itu dan melanjutkan aktifitasku yang sedang membaca sebuah novel online di KBM App dengan judul “Istri Gaib” karya Evhae Naffae. Aku mulai berkhayal jika memiliki suami gaib, ah ... mungkin asyik kali ya. Hanya aku yang dapat melihatnya, otomatis aman dari gangguan pelakor. Eh! Kok pelakor?‘Ting-ting-ting’ Beberapa pesan WhatsApp masuk kembali ke ponselku. Ah, benar-benar mengganggu saja tapi kayaknya nomor yang tadi deh yang chat, apa dia mau minta maaf karena telah salah kirim atau apa ya? Segera kubuka pesan itu dan membacanya.[Hey, pelakor, kuingatkan kepadamu, jangan pernah ganggu Bang Radit lagi. Kami akan segera rujuk, jadi jangan berharap kamu bisa menggodanya!][M

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Ulah Arsha

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 31 : Ulah ArshaAku masih sibuk mengerjakan laporan yang dipinta Pak Sofian harus selesai besok, saat getar ponsel membuyarkan konsentrasi. Segera kuraih benda pipih itu dan melihat siapa yang mengirim pesan.[Pak Radit, ajakan tadi malam, masih berlaku ‘kan? Jam berapa kita pergi?]Agghh ... itu chat dari Vika. Semua karena ulah Arsha, putri sulungku yang kini sudah pandai mengerjai papanya. Dasar! Aku tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala. Aku tak berminat pergi makan siang bersama Miss jutek itu, apalagi kalau sampai ketahuan Hilman yang sepertinya masih menyimpan rasa dengannya. Aku tak tega, lagipula aku tak mau seisi kantor heboh dengan gosipku dan Vika. Aku tak suka membuat skandal dan menjadi bahan perbincangan.Kumainkan ponsel dan memikirkan balasan yang tepat untuk Vika, aku tak mau membuatnya tersinggung. Dia gadis yang baik dan temannya Arsha pula, aku harus bisa membuat alasan yang masuk akal tapi apa, ya?‘Tok-tok’ Tiba-tiba terdenga

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   POV Vika

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 30 : POV Vika[Assalammualaikum, Bu Vika, maafkan saya atas kejadian di Bandara. Bukan maksud saya ingin menolak kebaikan ibu, tapi saya hanya merasa tak enak saja karena sudah merepotkan. Sekali lagi maaf.]Kupandangi chat dari Radit, rasanya tak percaya saja dia bisa chat aku begini. Senang sekali, bunga sakura seakan berterbangan di mana-mana, padahal isi chatnya biasa saja. Dasar aku, noraknya kebangetan! Aku tersenyum sendiri sambil memeluk ponsel.Aku balas apa ya? Duh, kok jadi grogi gini mau ngebalas apa? Kuacak rambut dengan menggeleng lemas. Vika, nggak usah malu-maluin begini, kenapa? Tinggal balas ‘tidak apa-apa’ aja jari ini mendadak kaku. Begini deh akibat dari mencintai seseorang dalam diam, padahal orang dicintai itu tak tahu sama sekali, hanya aku saja yang terlalu berharap kepada sesuatu yang tak mungkin.[Waalaikumsalama. Iya, Pak Radit, tidak apa-apa, saya bisa mengerti kok.]Segera kutekan tombol sent, selesai! Segampang itu tapi aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status