Suara Hantu di Kamar TamuPart 10 : Pernikahan Tidak Sah“Maaf, Mas Radit, saya tetap tidak berani menikahkan saudara Riko dan saudari Syilvina, sebab pernikahan ini hukumnya tetap haram. Saya tidak mau berdosa karena pertanggungjawaban ini begitu besar,” ujar Pak Penghulu itu dengan suara berat.“Saya yang akan menanggung semua dosanya dan saya yang akan bertanggung jawab. Pak Penghulu hanya bertugas menikahkan saja, saya mohon.” Aku duduk di hadapan tiga pria paruh baya itu, berharap mereka mengabulkan keinginan gila ini.Lagi-lagi ketiga pria itu saling pandang. Kukeluarkan sebuah amplop tebal yang isinya ada sepuluh juta dan kuletakkan di hadapan Pak Penghulu dan dua saksi.“Ini bukan uang sogokan, hanya sekedar ucapan terima kasih saja. Hal ini hanya akan menjadi rahasia kita berenam dan tak ada yang akan tahu. Intinya, Syilvina dan Riko harus menikah malam ini juga,” ujarku pelan namun penuh penekanan."Siapa yang akan menjadi wali nikah mempelai wanita?" tanya Pak Penghulu lagi
Suara Hantu di Kamar TamuPart 11 : Hari Tanpa SyilvinaSaat aku membuka mata, ternyata anak-anak sudah berada di dekatku. Ya Tuhan, ternyata aku telah tertidur di sopa ruang tamu.“Papa kok tidur di sini sih?” tanya Arka, menatapku dengan mata bulatnya.“Sttt!” Arsha langsung mencubitnya. Arka meringis dan melototi sang kakak.Aku langsung bangun lalu melenturkan tubuh, sendi-sendi rasanya sakit semua.“Udah pukul berapa sekarang, Sha?” tanyaku kepada Arsha yang sedang memangku Arshi.“Pukul 09.00, Pa,” jawab Arsha, wajahnya terlihat murung. Apakah dia mendengar masalah tadi malam?“Pa, lapar ... Mama mama sih? Dicariin di kamar juga nggak ada .... “ Arka yang emang selalu minta makan pas matanya melek mengelus perutnya sambil celingukan.“Mama mana, Pa? Aci mau mama .... “ rengek Arshi sambil merentangkan tangannya, meminta aku menggendongnya.“Hmm ... mama ... tadi pagi-pagi sekali ... mama ... hmm ... berangkat ke rumah oma dan opa, hah ... iya ... mama pergi ke sana .... “ Aku te
Suara Hantu di Kamar TamuPart 12 : POV ArshaSudah lima hari pasca kepergian mama dan Om Riko. Aku paling gemes dengan Arka yang selalu menanyakan mama setiap saat, tanganku sudah capek mencubit perut gembulnya. Yang paling kasihan itu Arshi, dia suka nangis tiba-tiba saat ingat mama. Apalagi dia tidak suka dengan Mbak Icha, baby sitter yang sudah tiga hari ini menjaganya saat aku pergi ke sekolah. Ada Mbok Munah juga, dia wanita paruh baya, pembantu yang dipekerjakan papa.“Kak, mama kok nggak pulang-pulang sih?” Arka menghampiriku yang sedang menemani Arshi bermain boneka barby.Tanpa menjawab pertanyaannya, langsung kupelototi dia dan mencubit mulutnya. Berharap Arshi tak mendengar kata “mama” yang disebutnya, karena bocah berusia tiga tahun itu akan langsung menangis saat mendengar kata mama.“Kok nyubit-nyubit sih? Kakak kayak mak lampir!” teriak Arka dengan marah.Ih, nih anak mau dilakban kali mulutnya! Kutarik dia keluar dari kamar, lalu mengajaknya ke depan televisi.“Arka,
Suara Hantu di Kamar TamuPart 13 : POV Riko (Flashback Malam Petaka)Dengan tanpa arah dan tujuan, kupacu sepeda motor ini membelah jalanan di tengah malam ini. Mbak Syil duduk diboncengan belakang, ia tak bersuara sama sekali. Kami sama-sama diam sejak tadi dan tak ada yang berani memulai pembicaraan.Pikiranku terus berkelana, peristiwa beberapa jam yang lalu itu terus berputar di kepala. Aku tak pernah membayangkan hal ini dan tak pernah terpikirkan sebelumnya akan mengalaminya.“Rik, kita mau ke mana?” Mbak Syil memukul pelan bahuku.Aku melambatkan laju sepeda motor dan menoleh ke belakang, wajahnya terlihat sembab dengan air mata yang masih menggenang.“Aku nggak tahu juga, Mbak, mau ke mana,” jawabku pelan.Di ujung jalan, terlihat papan sebuah penginapan. Aku langsung membelokkan motor ke sana. Sebaiknya kami menginap di sana dulu malam ini, besok baru dipikirkan lagi bagaimana rencana selanjutnya.Mbak Syil hanya menurut saja saat aku mengajaknya masuk ke penginapan itu. Beb
Suara Hantu di Kamar TamuPart 14 : Pov Syilvina (Flashback kehamilan tak wajar)Dengan bimbang, aku mondar-mandir di kamar mandi sambil memegang testpack hasil pemeriksaan tadi pagi. Hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya terjadi dan membuat aku kelabakan setengah mati.Pesan yang kukirim ke Riko hanya dibaca doang tanpa dibalas olehnya.[Beb, aku harus gimana?] Kukirimkan lagi pesan itu padanya.Aku duduk di atas kloset, pikiran ini sangat kacau. Bagaimana bisa aku seteledor ini? Bang Radit saja menggunakan pengaman saat melakukannya denganku tapi aku bisa melupakan hal itu saat melakukannya bersama Riko.Setelah bertapa setengah jam di kamar mandi, akhirnya kuputuskan untuk menggugurkan janin ini. Aku tak mau Bang Radit sampai tahu akan kehamilan tak wajar karena ini bukan benihnya melainkan benih adiknya. Bisa hancur rumah tanggaku dan perang saudara akan terjadi karena ini."Mbak Syil!" Terdengar suara Riko dari depan pintu kamar.Aku langsung membuka pintu kamar dan mengajak
Suara Hantu di Kamar TamuPart 15 : POV Riko 2“Mbak, kamu kenapa? Kenapa kamu lakukan!” Aku panik saat melihat Mbak Syil sudah tergeletak di lantai dapur dengan darah yang mengalir dari pergelangan tangannya.Mbak Syil sudah tak sadarkan diri. Ya tuhan, bagaimana ini? Segera kugendong dia keluar dari rumah kontrakan dan memanggil sebuah taxi. Semoga Mbak Syil nggak kenapa-kenapa, aku menyayanginya dan tak ingin terjadi hal buruk dengannya. Aku tahu, dia sangat terpukul dengan semua kejadian pahit yang telah menimpa kami tapi tak seharusnya dia nekat mengakhiri hidup. Aku akan bertanggungjawab atas semua yang telah kulakukan, aku akan menikahi dia setelah anak kami lahir nanti. Atau juga, kalau dia masih berharap bisa kembali ke Bang Radit, aku akan memohon kepada abangku itu untuk menerimanya kembali. Hati semakin terpuruk melihat wanita yang kucinta berserak darah begini.Beberapa menit kemudian, taxi yang kami tumpangi telah tiba di rumah sakit. Mbak Syil langsung dilarikan ke ruan
Suara Hantu di Kamar TamuPart 16 : Radit VS MertuaAku tertegun di meja kerja sambil membolak-balik ponsel. Pikiran mendadak jadi tak tenang setelah mendapat pesan WhatsApp dari Riko tentang Syilvina. Kuusap wajah lalu memijat dahi, tak bisa kupunggkiri, aku khawatir juga mendengar kabar mantan istriku itu masuk rumah sakit. Dia kenapa? Apa yang terjadi kepadanya?Kuhela napas panjang sambil menatap pas fotoku bersama tiga anak-anak. Mereka sudah terluka dengan kepergian Syilvina, semoga dia baik-baik saja. Walau hati ini terasa sakit mengingat wanita murah** itu, tapi tetap saja aku tak ingin dia sampai kenapa-kenapa. Aku ikhlaskan dia untuk Riko, adik bungsuku yang mungkin lebih membutuhkan dia. Aku juga tak mau memaksakan cinta kepada satu-satunya wanita yang ada di dalam hidupku itu. Dia berselingkuh, artinya dia sudah tak menginnginkan berumah tangga lagi bersamaku. Untuk apa aku masih saja memikirkannya, biarlah dia mendapatkan apa maunya.Untuk saat ini, aku harus fokus kepada
Suara Hantu di Kamar TamuPart 17 : Berunding"Semua bisa diselesaikan dengan cara baik-baik, bertindak itu dipikirkan dulu! Jangan hanya menuruti rasa sakit hati saja, rumah tangga kalian sudah belasan tahun." Papa Syilvina menatapku geram."Kalau Papa jadi saya, apa yang akan Papa lakukan?" tanyaku dengan tetap menatapnya."Syilvina memang salah, tapi tindakmu menalak dan langsung menikahkannya juga salah. Kamu berdosa, Radit! Kamu menikahkan istrimu yg belum resmi bercerai denganmu!" Mata pria berjenggot putih itu semakin melotot kepadaku, tatapannya begitu sengit."Lebih berdosa mana dengan perselingkuhan?" Tatapanku juga tak kalah sengit."Kamu juga bersalah dalam hal ini, kenapa kamu bisa membiarkan adikmu yang bukan mahrom dengan Syilvina tinggal di sini?" Dia mengacungkan jari telunjuknya ke hadapan wajahku, nadanya tinggi. Napasnya naik turun dengan rahang yang mengeral. Tangannya juga mengepal, seakan siap melayangkan bogem mentahnya."Oke, kesalahan awal memang terletak pad