"Aku juga ikut!""Hah, dari sejak kapan kamu di sini?" Adrian terkejut saat mengetahui siapa yang ada di belakangnya."Dari tadi," jawab gadis berambut panjang tersebut."Yah, aku sih engga masalah kamu ikutan, tapi bukannya kamu benci banget sama sesuatu yang berhubungan dengan rumah tua itu. Terus alasan kamu ikut apa?" timpal Celline."Aku rasa, aku udah salah nyalahin Karenina hanya karena dia tinggal di rumah itu. Padahal dia beluk tau seluk beluk desa ini. Lagi, aku ingin tahu kebenarannya. Soal penyihir atau apapun itu," sahut Selena."Gimana, Karen, Selena boleh ikut? Kita kan mau pakai mobil kamu?" tanya Adrian."Silakan aja. Lebih banyak orang, lebih baik," balas Karenina."Oke, kalo gitu nanti kita berempat kumpul dulu di gerbang sekolah pas jam pulang," kata Adrian.Mereka pun membubarkan diri dan meninggalkan kantin. Melangkah menuju ke kelas 11 IPA.Bel masuk kelas berbunyi, saat Karenina mendudukkan diri di bangku. Bapak Doni—guru sejarah—pun langsung masuk ke kelas dan
Adrian memperlambat laju mobil, saat mulai memasuki area halaman parkir RM Ranggi. Diparkirkannya mobil tepat di bawah pohon besar yang rindang.Mereka semua pun turun berbarengan. Mereka membiarkan barang-barang ditinggalkan di dalam bagasi. Lalu, segera melangkah menuju rumah makan Ranggi."Kita mau nyelidikinnya kayak gimana?" tanya Celline."Kita sekalian makan di sini aja. Sekaligus lihat-lihat sekeliling," sahut Adrian."Iya. Mama aku juga tadi nitip minta beliin makanan di sini. Jadi, sebisa-bisa kita aja buat nyelidikinnya," kata Karenina.Mereka pun memilih kursi yang ada di sudut rumah makan, dekat dengan tembok yang dipajangi lukisan. Setelah memilih menu yang akan dipesan, Karenina dan Adrian menuju ke meja pemesanan."Baik. Silakan ditunggu ya, Kak. Nanti pesanan akan kami antarkan," kata pegawai RM Ranggi sambil mencatat pesanan."Oh, iya, Mbak. Saya mau pesan sekalian untuk dibawa pulang," kata Karenina."Baik, Kak. Mau mesan apa?" tanya si pegawai sambil mengambil pulp
Karenina, Adrian, beserta Celline dan Selena menghabiskan makanan mereka. Sambil menunggu pesanan Karenina yang masih dibuatkan, Adrian mencoba untuk melihat ke sekeliling."Aku mau lihat-lihat ke sana dulu," kata Adrian seraya berdiri meninggalkan tempat duduknya."Aku mau ke toilet, ada yang bisa temenin engga?" tanya Selena."Aku juga mau ke toilet. Kamu mau ikut, Karen?" ujar Celline."Engga. Aku tunggu di sini aja. Nanti Adrian bingung nyariin kita, kalo semuanya pada engga ada," sahut Karenina menolak.Celline mengangguk, segera dia dan Selena pergi ke toilet yang ada di area belakang. Tepat bersebelahan dengan area dapur."Cell, selama kamu temenan sama Karenina, ada yang ganggu kamu, engga? Kayak gangguan semacam hal tak kasat mata?" tanya Selena sambil mencuci tangannya."Engga ada. Yang ngeganggu cuma si Deara aja, noh. Beberapa waktu ini, tu anak nongol terus buat ganggu aktivitas kami," jawab Celline."Deara, ya? Setahuku sih, dia engga tertarik sama sekali dengan penyihir
Adrian menghidupkan mesin mobil. Mobil pun bergerak perlahan meninggalkan halaman parkir RM Ranggi.Dia pun melajukan mobil menuju sebuah taman yang ada di kota Sinsani Raya. Setelah sampai, mereka semua pun memilih duduk di bangku panjang dekat air mancur."Apa langkah kita selanjutnya?" tanya Celline."Seperti yang aku bilang di rumah makan tadi, kita besok ke perpus buat baca sejarah Pulau Rangit. Kita cari tahu soal desa Rewangi. Juga, kita cari tahu tentang rumah yang terbakar tersebut. Pasti ada kejadian besar, kalau sampai dijadikan sebuah lukisan," tutur Adrian."Dengar-dengar, zaman dulu tuh emang ada kejadian kebakaran besar, 'kan? Tapi, engga ada korban jiwa sama sekali," sela Selena."Oh, iya, saat kalian ke toilet, gimana suasananya? Aman-aman aja?" tanya Adrian."Aman. Padahal jalan menuju ke toilet itu sebelahan ama dapur. Tapi, kenapa kami engga lihat sosok yang dilihat Karenina?" tanya Celline penasaran."Mungkin sosok itu cuma nampakin diri ke Karenina. Soalnya, pas a
"Celline, ini buku punya kamu, ya?""Bukan. Emang kenapa?" tanya balik Celline pada Selena."Ini loh, tadi perasaan engga ada buku di sini. Sekarang tiba-tiba ada buku, kirain buku punyamu," balas Selena."Mana bukunya?" tanya Karenina sambil membalikkan badan mengulurkan tangan pada Selena.Selena pun memberikan buku yang ada di tangannya. Sebuah buku bersampul hitam, dengan kertas yang terlihat kuning kusam."Ini juga bukan punyamu, Dri? Perasaan papaku juga engga punya buku begini. Jadi, agak aneh tiba-tiba ada di sini, sih," ujar Karenina.Adrian menoleh sebentar untuk melihat buku yang ada di tangan Karenina. Buku yang cukup besar, tidak mungkin keberadaannya tidak disadari jika ada semenjak dari awal keberangkatan."Bukan punyaku. Mungkin ada seseorang yang menaruhnya, atau buku itu sebuah petunjuk baru," ujar Adrian sambil fokus menyetir mobil."Coba buka bukunya, Karen," perintah Celline."Engga
"Temen-temen, soal buku yang kemarin itu. Emang bener bukan punya papa aku," kata Karenina memulai pembicaraan."Terus, kemarin bukunya kubersihin pake tissu basah karena berdebu. Dan, coba kalian lihat apa yang aku temuin," lanjut Karenina sambil meletakkan buku bersampul hitam ke atas meja."Catatan Reanda? Padahal kemarin kayaknya engga ada tulisan apapun, deh. Walau berdebu, kayaknya bakalan tetep keliatan kalo ada tulisannya," kata Selena."Yah, aku juga bingung," sahut Karenina."Sebaiknya sekarang kita ke perpus, mumpung jam istirahat masih lama. Tetep bawa buku catatan ini. Siapa tau nanti ada hubungannya juga," perintah Adrian.Karenina menggangguk mendengar ucapan Adrian. Dipeluknya erat buku catatan tersebut, saat membawanya ke perpustakaan.Mereka pun memilih meja yang ada di sudut perpustakaan. Agar lebih tenang dan tidak ada yang mengganggu, usul Celline.Adrian mengambil buku sejarah Pulau Rangit. Dibacanya perlahan lembar per lembar buku tersebut. Sampai menemukan sebu
Adrian, Celline dan Selena baru sampai ke rumah Karenina. Mereka disambut dengan hangat oleh Bu Renata."Ayo masuk semuanya," kata Bu Renata seraya mengajak mereka ke halaman belakang rumah.Di sana, tampak Karenina dan sang ayah telah menunggu kehadiran mereka. Melihat teman-temannya datang, Karenina pun segera menyambut kedatangan Adrian, Celline dan Selena."Sini, sini. Ayo duduk di sini," ajak Karenina sambil menarik tangan Celline menuju gazebo.Di gazebo, telah tersedia berbagai macam makanan. Juga, tersedia minuman dan snack dengan berbagai macam rasa."Ini segini banyak, gimana cara ngabisinnya," celetuk Celline.Bu Renata tersenyum mendengar celoteh Celline. Segera, dia mempersilakan para tamu anaknya untuk menikmati suguhan."Udah, makan aja semuanya. Kalo engga habis, boleh dibungkus bawa pulang," kata Bu Renata ramah."Ih, Tante, nanti dikira celamitan kaminya," sahut Selena."Engga lah. Kan ini sengaja buat ngasih kalian juga," sahut Pak Jeremy yang sedari tadi diam."Jad
Ting Tong!Suara bel rumah berbunyi, saat Karenina meletakkan makanan ke atas meja di ruang keluarga. Segera, dia keluar untuk melihat siapa yang datang bertamu.Seorang lelaki berperawakan besar dan seorang bapak-bapak tengah menunggu di depan pintu. Segera, Karenina membuka pintu dan menanyakan keperluan mereka."Ada apa ya, Pak?" tanya Karenina."Kami orang suruhan Bu Renata yang disuruh jagain Neng Karen sama temen-temen," kata bapak-bapak tersebut.Oh, iya iya. Silakan duduk dulu, Pak," tawar Karenina sambil mempersilakan tamu duduk di kursi di teras rumah."Bukannya katanya datangnya besok, ya?" tanya Karenina."Harusnya begitu. Tapi, Bu Renata minta dipercepat. Takut kalau ada apa-apa, misalnya Neng Karen engga dijagain," sahut Bandi—bapak - bapak suruhan Bu Renata."Jadi, Bapak nanti bakalan jaga malam, ya? Terus tidurnya gimana?" tanya Karenina lagi."Saya sama anak saya, Gio, tidur di luar sini aja. Nanti kami bawa perlengkapan, Neng Karenina engga usah khawatir. Engga perlu