Ivanna’s POV Jason mengajakku berjalan menyusuri lorong di mansionnya lalu melewati jalan setapak yang membawa kami menuju ke taman yang mengelilingi sebuah danau. Aku tak pernah melihat tempat seindah ini sebelumnya. Jason menceritakan banyak hal yang tidak kumengerti, tentang kehidupan pertamaku, berapa lama ia menanti hari ini tiba, dan berbagai kisah ribuan tahu yang sama sekali tidak sesuai dengan pengetahuanku. Namun, agar terhindar dari masalah, aku memilih untuk menyimak, meski tidak semuanya mampu kuterima dengan akal sehat. Ia terus membicarakan tentang Ivanna di kehidupan pertama, seolah wanita itu begitu mencintainya. Aku tak ingat sama sekali apakah memang benar aku begitu mencintai pria ini, tapi itulah yang ia katakan sejak tadi. “Lalu apa hubungan Jax dengan ini semua—kalau aku boleh tahu?” tanyaku, yang artinya aku siap mendengar dongeng pengantar tidur yang mungkin akan ia tuturkan, atau justru sebaliknya—bisa saja cerita ini nantinya begitu menyeramkan bagiku hi
Jax’s POV Ivanna memaksa untuk melihat sendiri bukti bahwa Ayden memiliki tubuhnya di dua kehidupan lain. Aku tak tahu harus setuju atau justru sebaliknya. Terlebih setelah kutahu kalau Ivanna mengetahui masalah yang sama sekali tidak pernah kukatakan padanya, aku jadi mulai berspekulasi. “Jax, kau tahu, kan, tidak seharusnya Ivanna tahu mengenai kehidupannya di masa lalu—maksudku tubuh feralnya,” ujar Ayden, tampak jelas kalau ia menolak dan tak setuju dengan permintaan Ivanna.“Aku belum bisa memastikan apa yang akan terjadi jika mereka berada di dalam satu ruangan. Kau tahu aku seorang ilmuwan, tak percaya hal-hal yang berbau takhayul, tetapi kenyataannya Ivanna terlahir kembali dan itu membuatku ingin meneliti dan menggali lebih dalam mengenai perempuan ini,” imbuhnya. “Aku bisa mengerti. Namun, apakah kau pernah berurusan langsung dengan perempuan keras kepala ini? Ia bahkan berencana menghancurkan tempat ini jika tidak diizinkan untuk melihat apakah benar yang kau simpan adal
Ivanna’s POV Ayden dan Jax tertegun setelah mendengar pertanyaanku. Mungkin mereka berdua tengah memikirkan bagaimana jika semau itu benar. Bagaimana jika ternyata para feral itu tidak pernah dimatikan melainkan hanya dibuat seolah mati untuk kemudian dibangkitkan kembali?Terlebih setelah mendengar bahwa Jason hanya menyimpan satu tubuh masa laluku. Hanya di kehidupan pertama sementara lainnya, ia lupa bahkan mungkin memang tak pernah peduli. Dan seperti yang Ayden katakan, jika satu hidup, maka lainnya mati. Ini mungkin terdengar seperti omong kosong, tapi bagaimana jika ternyata benar? Beruntungnya aku selalu mendengarkan dongeng pengantar tidur dari nenek hingga aku masih bisa percaya dengan cerita takhayul seperti apa pun. “Masuk akal juga. Bisa jadi memang itulah tujuan Jason sejak semula. Karenanya, ia selalu mencoba untuk menghisap darah Ivanna di kehidupan kedua dan ketiga, mungkin untuk memastikan bahwa kegagalan pertama hanyalah kebetulan,” ujar Ayden. “Lalu untuk apa i
Jax’s POV Dia memang gadis yang bandel, pembangkang, keras kepala, dan ... aku ingin sekali menyuarakan kekesalanku akan sikapnya yang tak pernah mematuhi perkataanku. Itu haknya, tetapi jika sudah seperti ini, lantas siapa yang pantas untuk disalahkan? Meski begitu, wajar jika ia didera rasa ingin tahu, karena hidupnya berubah kacau semenjak mengenalku. Tidak, tidak! Jason-lah yang telah mengacaukannya. Andai Jason tidak melakukan ini semua, ia tak perlu terlahir kembali dan menanggung derita yang sama berulang kali. Namun anehnya, Jason tidak berusaha mencegah ketika tahu kalau aku dan Ivanna tengah dekat. Ia hanya menggodaku seolah merupakan hal biasa yang dilakukan kakak terhadap adik. Dan bodohnya, aku tidak menyadari apa pun kala itu. Lalu kemudian, segala kejadian buruk mulai bertubi-tubi menimpa Ivanna sementara aku belum bisa menyelamatkannya. “Ivanna! Bangun, Ivanna!” “Bawa dia kembali ke kamar, Jax!” Aku menggendong gadis bandel itu dan membawanya kembali ke bungker.
Ivanna’s POV Apa yang terjadi? Mengapa aku berada di ruangan ini, sementara sebelumnya yang terakhir kali kuingat adalah aku sedang berada di ruang rahasia tempat Ayden menyimpan dua feral yang merupakan diriku di masa lalu.Kini aku sudah berada di bungker dengan jarum infus terpasang di sana. Kantong berisikan cairan merah tergantung pada sebuah tiang yang menetes setiap beberapa waktu. Aku mengedar pandangan ke seluruh ruangan, tak menemukan Jax di sana. Hanya Ayden yang tengah duduk di sebuah kursi, tampak sibuk dengan sesuatu di hadapannya. Aku berusaha bangkit, tetapi dengan cepat Ayden menoleh dan menghampiri. “Jangan bangun dulu, Ivanna. Kau masih lemah,” ucapnya, membantuku untuk kembali berbaring dan meninggikan bantal. “Begini saja. Apakah sudah nyaman?” Aku tersenyum samar sembari mengangguk dan berterima kasih. “Di mana Jax?” tanyaku. Ayden tak tampak terlalu memerhatikan, karena di pangkuannya sudah ada laptop yang membuatnya kembali sibuk. Sesekali ia menoleh padak
IvannaAku yang tak mengerti akan perkataannya, beringsut bangkit dan membenarkan dudukku agar bisa menyimak perkataan wanita itu. Atau mungkin Ayden dan Jax berniat menambahkan. “B-bagaimana mungkin? Apakah ia seorang manusia? Aku tak pernah bercinta dengan manusia beberapa waktu sebelum berubah menjadi vampir,” tegasku, sebelum Dokter Avery sempat memberi penjelasan. “Tidak, tentu saja. Bayimu bukan manusia, karena tidak mungkin. Ia manusia abadi. Atau mungkin seorang vampir. Kami belum bisa memastikan, tetapi yang pasti ia bukan feral. Karena feral sama sekali tidak memiliki detak jantung maupun aliran darah.” Aku mendesah lega mendengar penjelasan singkat dari Dokter Avery, meski pasti masih ada potongan puzzle yang belum mereka berikan padaku, setidaknya satu hal telah kuketahui. “Dan mengenai koneksi antara kau dan tubuhmu di masa lalu, kami masih belum mengetahui apa pun. Namun, aku dan Ayden pasti akan mengusahakan semampu kami. Dan kau, tetap jauhi masalah, okay? Karena k
Jax’s POV Entah apa yang Gabby pikirkan hingga ia mengakui di hadapan Ayden tentang segala perbuatannya. Dan Ayden pun tak tampak marah atau menghabisinya. Entahlah. Mungkin hal itu sempat terpikir oleh Ayden, tetapi tak diwujudkannya karena ia sendiri terlanjur terpatri pada Gabby. Dan mengenai ide mereka untuk memindahkan Ivanna, aku sedikit setuju, tetapi perempuan keras kepala yang tengah mengandung bayiku ini rupanya tak setuju dengan ide itu. “Apa maksudnya kau tidak akan ikut, Dok? Bukankah hanya kau yang bisa memeriksa kondisiku?” tanya Ivanna dengan intonasi meninggi dan otot wajah mengetat. “Tenang saja, Ivanna. Ada seorang anggota klan-ku yang akan merawatmu di sana. Aku akan sering berkunjung, tetapi hanya jika Jason tidak mengikutiku.” Kali ini Gabby yang berusaha memberikan pengertian pada Ivanna yang tampak mulai melunak.“Ivanna, ini demi kebaikanmu dan bayimu. Bagiku kau memang lebih aman berada di tempat ini, tetapi itu sebelum aku tahu apa tujuan Jason. Pantas s
Jax POV“Ivanna, ingat kalau kondisimu masih di ujung tanduk. Baik Ayden maupun Gabby belum yakin apakah yang kita lakukan ini sudah tepat atau tidak,” jawabku.Aku tak bermaksud untuk memupuskan kebahagiaan yang kini tengah merekah di hatinya. Aku hanya ingin menjadi realistis, bahwa memang Ivanna sedang berada dalam bahaya. Terlepas apakah kami berada di daratan maupun lautan. “Kata-katamu jahat sekali!” sergahnya, terdengar kesal. Ia melepaskan rengkuhanku lantas berjalan menjauh. Aku tak ingin terlalu banyak bicara selain mengejar perempuan keras kepala yang kini telah berdiri di tempatnya. “Maafkan aku, sayang. Aku hanya ingin kau aman. Berada di lautan seperti ini tidak menjamin keselamatanmu. Justru akan menimbulkan masalah baru. Bagaimana jika mereka berhasil menghidupkan feral itu?” “Maka bekukan aku, agar aku tidak mati! Atau apa pun namanya, seperti yang Jason lakukan dengan diriku di kehidupanku sebelumnya,” celetuknya, yang justru membuat pemikiran lain timbul saat itu