Share

Sudah Kaya Tergoda Mantan
Sudah Kaya Tergoda Mantan
Author: Serenity

Prolog: Karma

Author: Serenity
last update Last Updated: 2022-04-13 16:03:12

"Jadi bagaimana?" Andre, seorang eksekutif muda berpenampilan flamboyan bertanya dengan penuh percaya diri. 

Ini pertemuan ketiga mereka dan Andre menangkap sinyal positif dalam setiap pertemuan sehingga dia sangat yakin kalau perusahaan keluarganya akan keluar sebagai pemenang tender yang diadakan oleh Steam Perfection, sebuah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang jasa dengan fokus menyediakan jasa setrika panggilan. Perusahaan rintisan yang masih terbilang baru itu dalam waktu singkat berhasil menancapkan taringnya. 

Sang pemiliki dengan jeli berhasil melihat apa yang menjadi kebutuhan para penduduk ibukota. Jika mencuci baju bukan lagi masalah karena dapat dikerjakan oleh mesin cuci, lain cerita dengan menyetrika. Hanya dalam waktu tiga tahun Steam Perfection sudah mendapat suntikan dana dari investor dalam dan luar negeri dalam jumlah sangat besar. 

"Saya yakin apa yang ditawarkan oleh perusahaan kami merupakan penawaran terbaik," Andre menegakkan punggung dan berucap dengan nada dominan. 

"Benar. Harga yang perusahaan Anda tawarkan merupakan penawaran terbaik."

"Tentu saja," senyum penuh percaya diri mengembang, "Tidak hanya itu. Kami juga menawarkan banyak bonus," sekarang kuluman senyumnya seakan menyimpan rahasia, "Untuk Stream Perfection juga untuk Ibu Nia selaku COO dari Steam Perfection juga CEO kalian."

Wanita yang menjawab sebagai COO atau Chief Operating Officer Steam Perfection itu tersenyum. Bukan karena dia senang mendengar tawaran Andre tetapi karena apa yang dilakukan oleh Andre benar-benar sesuai dengan apa yang sudah diprediksikan oleh atasannya, CEO sekaligus pemilik Steam Perfection.

"Sayangnya Pak Andre," rasanya sudah waktunya untuk menjatuhka bom yang sejak tadi disimpan oleh wanita itu dengan rapat, "Sepertinya Steam Perfection untuk saat ini belum dapat bekerja sama dengan perusahaan Bapak."

Rasa percaya diri Andre sempurna menguap. Dia sama sekali tidak menduga kalau akan mendapat penolakan. 

"Ta-tapi kenapa? Ini meeting ketiga kita dan saya rasa tidak ada yang salah. Penawaran yang kami berikan itu penawaran terbaik. Anda sendiri yang mengakuinya tadi." 

"Benar," Nia mengangguk, "Penawaran yang Anda berikan adalah penawaran terbaik yang kami dapatkan. Tapi tentu saja pertimbangan kami tidak hanya berdasarkan penawaran itu saja." 

"Apa yang menjadi pertimbangan lainnya?!" Suara pria itu meninggi. 

"Salah satunya integritas. Apa yang Anda tawarkan beberapa saat lalu membuktikan kalau integritas Anda tidak sesuai dengan perusahaan kami." 

"MAKSUD KAMU APA?!" Persetan dengan citra diri. Jika dia tidak mendapatkan tender ini maka mimpinya menjadi pengganti sang ayah tidak akan pernah menjadi kenyataan. 

"Maaf," Nia bangkit dari duduknya dengan anggun, "Tapi untuk saat ini kami tidak dapat bekerja sama dengan perusahaan Anda." 

"Berita tahu saya alasannya!" Andre masih menuntut, "Saya harus tahu kalau keputusan itu tidak berat sebelah atau semacamnya!" 

"Maaf tapi itu sudah menjadi keputusan kami." 

"Kalau keputusan itu diambil secara fair pasti perusahaan saya yang akan kalian pilih! Ini tidak mungkin! Perusahaan kami sudah memberikan harga terbaik. Jauh lebih rendah dibanding perusahaan lain. Saya yakin!" 

"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Pak Andre. Keputusan itu tudak hanya berdasarkan angka yang ditawarkan. Ada banyak pertimbangannya." 

"Apa? Apa yang menjadi pertimbangan kalian?!" Pria itu seakan menantang lawan bicaranya, "Jelas pertimbangan atau apapun yang kalian lakukan itu tidak fair!" 

Tepat ketika Andre selesai berteriak, pintu ruang meeting yang mereka gunakan terbuka disusul sosok seorang pria bertubuh tinggi berjalan masuk dengan langkah penuh keyakinan.

"Pak Baskara," Nia langsung menyambut kedatangan pria itu dengan ramah, "Kok nggak bilang kalau mau join meeting ini?" 

"Kebetulan lewat," pria yang disapa dengan nama Baskara itu menjawab singkat sambil menatap Andre, "Terus dengar keributan. Ada masalah?" 

"Ada!" Andre membalas tatapan pria yang baru bergabung bersama mereka dengan tatapan menantang, "Anda siapa?" 

Bukannya menjawab, Baskara malah terkekeh, "Anda ingin bekerja sama dengan perusahaan kami tapi tidak melakukan riset terlebih dulu?" 

"Apa maksud ucapan Anda?!" 

Baskara tersenyum mengejek, "Saya CEO dan pemilik Steam Perfection. Keputusan saya juga untuk tidak bekerja sama dengan perusahaan Anda." 

"Ta-tapi kenapa?" Dia sudah salah langkah dengan merendahkan pria itu. Sekarang tidak ada yang dapat dilakukannya. Tender ini sudah tidak mungkin dimenangkan oleh perusahaannya. 

"Karena hidup memang sering kali tidak adil," Baskara mengucapkannya sambil tersenyum, "Bukankah itu yang dulu sering Anda dan teman-teman Anda ucapkan setiap kali merundung saya di SMA?"

Siapa tadi nama pria ini? Baskara? 

Apakah mungkin dia... Baskara teman SMA yang dulu selalu dikerjainnya? Tapi... tidak mungkin gembel itu bisa menjadi pemilik perusahaan rintisan sebesar ini. Tidak mungkin!

"Steam Perfection tidak akan pernah bekerja sama dengan perusahaan Anda," Baskara mengucapkan itu masih sambil tersenyum, "Silakan Anda pulang dan mengadu kepada orang tua Anda. Bukankah dari dulu hanya itu yang dapat Anda lakukan?" 

"Ka-kamu...Baskara?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Syahidi Chip-u
ceritanya mantap
goodnovel comment avatar
taungut sidin
oke... lanjut..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sudah Kaya Tergoda Mantan   Bab 81: Tidak Terduga

    Berbeda dengan tadi pagi ketika mengawali hari, semakin sore Anya semakin uring-uringan. Bagaimana tidak sepanjang hari dia berulang kali mendapati atasannya melihat ponsel sambil senyum-senyum sendiri. Menyebalkan. Anya yakin kalau mantan pacar sang atasan yang menjadi penyebabnya. Hari sudah menjelang pukul tiga tetapi pekerjaannya masih menggunung. Hari ini entah mengapa dia tidak dapat fokus. Yang dilakukannya hanya mencari tahu tentang Aruna. Awalnya dia cukup yakin dapat bersaing dengan gadis itu. Aruna hanya menang nama keluarg saja. Memang gadis itu lebih cantik dan menawan dibanding dirinya tetapi dia tahu kalau Baskara tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Sayangnya, semakin dia mencari tahu tentang Aruna, semakin dia merasa kecil. Aruna memang terlahir dengan begitu banyak priviledge dan dia memanfaatkannya dengan baik. Sejak remaja dia sudah sering mendapatkan penghargaan di bidang fotografi, menyelesaikan sekolah dan kuliah tidak hanya tepat waktu tapi juga dengan ha

  • Sudah Kaya Tergoda Mantan   Bab 80: Patah

    Anya memulai pagi hari Rabu ini seperti biasa. Dari indekosnya dia menumpangi angkutan umum selama lima belas menit, cukup beruntung karena pagi ini dia tidak harus berdesak-desakan. Itu saja sudah berhasil membuat suasana hatinya riang. Dia yakin hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan. Begitu turun di halte seberang gedung tempat kantor Steam Perfection berada dia menyempatkan diri untuk membeli dua porsi bubur ayam. Satu porsi untuknya, dengan esktra sambal, dan satu porsi lagi yang tidak mengunakan daun seledri akan diberikan kepada atasannya, Baskara. Beberapa kali dalam sebulan, biasanya ketika suasana hatinya sedang riang, dia membelikan sarapan untuk pria yang diam-diam ditaksirnya itu. Baskara bukan seorang pemilih dalam hal makanan dan itu memudahkan Anya jika ingin memberikan kejutan seperti pagi ini. Gadis itu yakin, perhatian-perhatian kecil seperti ini akan meluluhkan hati sang atasan. Walau sejak kehadiran Aruna dia tidak seyakin dulu. Kesal mengingat gadis yang

  • Sudah Kaya Tergoda Mantan   Bab 79: Sarapan

    Aruna memastikan ikat pinggang yang dikenakannya masuk ke lubang chino berearna khaki yang dikenakannya. Hari ini akan menjadi hari yang panjang di kantor hingga dia memutuskan mengenakan kaus garis-garis horizontal yang dipadu dengan blazer berpotongan pas badan warna navy agar tidak terlihat terlalu santai. Terlalu fokus merapikan penampilan hingga butuh waktu cukup lama sebelum otaknya menyadari bahwa ada seseorang yang sedang membunyikan bel apartemennya. Dia melirik jam sambil berjalan keluar dari kamar. Bahkan pukul enam saja baru lewat beberapa menit. Rasanya terlalu pagi untuk bertamu. Siapa? Gadis itu membuka pintu yang terhubung dengan foyer dan mengintip siapa yang berkunjung. Terburu, dia lupa untuk melihat di interkom siapa yang datang. Seluruh kebingungannya menguap dan berganti dengan senyum lebar ketika melihat Baskara berdiri di foyer sambil memegang dua tumbler yang mengepul dan sebuah kantong paper bag berwarna cokelat dengan logo salah satu gerai kopi yang terse

  • Sudah Kaya Tergoda Mantan   Bab 78: Kala

    "Tanaman?" Aruna berhenti mengunyah sebelum tertawa kecil dan melanjutkan makannya, "Pasti Kak Askara ngerasa aneh karena dulu aku kayak sebel banget sama tanaman, kan?"Baskara mengangguk mendengar ucapan gadis itu. "Kapan, ya..." tatapannya terlihat menerawang seakan dia sedang berusaha mengingat, "Waktu kuliah kayaknya. Aku sempat yang stress banget gitu karena kuliah. Memang jurusan yangvaku pengin tapi nggak tahu kok makin lama kayak makin berat. Capek gitu.""Aku sampai ngerasa susah banget buat bangun. Ngerasa nggak punya alasan aja gitu," Aruna kembali menambahkan gyudon ke piringnya, "Terus aku ke psikolog gitu. Nah, buat terapi awal disaranin buat aku punya sesuatu yang bergantung ke aku. Biar itu jadi alasan aku buat bangun dan mulai aktivitas." Baskara sama sekali sudah melupakan makanan yang ada di piringnya. Pria itu fokus mendengarkan cerita Aruna. "Awalnya aku mikir buat pelihara kucing atau anjing. Tapi terus kepikiran kalau aku nggak becus terus mereka mati gimana

  • Sudah Kaya Tergoda Mantan   Bab 77: Salah Tingkah

    "Maaf aku nggak bawa apa-apa," Baskara yang hanya mengenakan kaos dan jeans tersenyum canggung menatap Aruna yang berdiri di ambang pintu. "Siapa yang bilang barus bawa sesuatu?" Aruna tersenyum geli. "Kata Mamak," Baskara beranjak masuk setelah Aruna sedikit menggeser posisi berdiri dan mempersilakan pria itu untuk masuk. Unit apartemen Aruna serupa dengan miliknya. Tetapi suasananya begitu berbeda. Tidak aneh mengingat dekorasi unit apartemen mereka sangat jauh berbeda. Ruang tengah Aruna didominasi furnitur kayu dan rotan dengan bantalan berwarna cream. Di depan sofa terdapat meja kaya dengan desain sederhana tetapi Baskara tahu harganya jauh dari kata murah. Beberapa bantal tertata di sofa dengan sarung berwarna cerah. TV LCD berukuran besar diletakan di atas kabinet dari kayu berpadu anyaman rotan. Tidak ada kabel yang terlihat. Disamping TV hanya ada vas kaca berisi anggrek bulan. Dinding kosong di antara kabinet dan pintu gesee menuju beranda penuh dengan foto hasil jepret

  • Sudah Kaya Tergoda Mantan   Bab 76: Kemungkinan

    Aruna tersenyum lebar saat pintu lift tertutup. Sejak tadi dia berusaha menahan senyuman. Tidak ingin concierge menyalahartikan atau menimbulkan rumor tentangnya. Dia mengangkat tas bekal yang diberikan oleh concierge. Senyumnya semakin lebar. 'Titipan dari Pak Baskara'Rasa penasaran membuat gadis itu langsung membuka dan mengintip. Terlalu lama rasanya jika harus menunggu hingga dia tiba di unit apartemennya. "Kotak bekal?" Aruna menatap bingung. Dia sudah menduga kalau isi tas bekal itu adalah makanan. Tidak mungkin Baskara repot-repot menggunakan tas bekal dengan lapisan thermal jika isinya bukan makanan. Dugaannya Baskara memesan sesuatu dari restoran. "Isinya apa, ya?" Sungguh gadis itu ingin langsung membuka dua kotak bekal yang tersusun rapi dalam tas itu. Seandainya saja bawaannya malam ini tidak banyak, pasti dia tidak akan berpikir panjang seperti sekarang. Aruna menatap panel lantai. Tidak sabar melihat perpindahan lampu yang menyala. Saat pintu lift terbuka, gadis i

  • Sudah Kaya Tergoda Mantan   Bab 75: Sihir

    Salimah pernah bercerita bagaimana memasak merupakan serangkaian ritual penuh sihir dan keajaiban. Walau sudah dewasa, Baskara masih mempercayainya. Bagaimana tidak, hanya dengan masakan seseorang dapat tersenyum bahagia atau sebaliknya, mendadak merasa sembilu. Tentu itu karena sihir dan keajaiban. Ketika ide untuk membuatkan makan malam sebagai bentuk permintaan maaf kepada Aruna muncul di benak, pria itu langsung melakukannya. Semoga keajaiban dan sihir masakannya akan membuat Aruna memaafkannya. Baskara menumis irisan bawang putih dan bawang bombay. Sambil menunggu layu, pria itu membalurkan bawang putih, lada dan jahe ke arah daging iris lalu mengaduknya hingga rata sebelum menyimpan di kulkas selama beberapa saat. Ketika aroma khas bawang putih dan bawang bombay tercium dengan gesit dia memasukan irisan wortel lalu menambahkan sedikit air. Baskara lalu memgambil sisa sayur yang belum sempat dicuci dan membersihkannya satu persatu. Setelah itu kembang kol dan jagung muda menyu

  • Sudah Kaya Tergoda Mantan   Bab 74: Minta Maaf

    "Lo udah mau cabut?" Sejak pukul enam sore Gala sudah berada di apartemen Baskara. Sahabatnya itu memaksa Baskara untuk pulang cepat karena katanya ada sesuatu yang ingin diceritakannya dan itu hal penting. Jangan tanya kenapa Baskara memenuhi permintaan Gala yang cukup absurs karena biasanya dia baru meninggalkan kantor setelah pukul enam sore. "Iya. Kenapa?" Gala mengenakan jaket jeans-nya. Sedikit bersungut karena dia bisa melupakan leather jacket favoritnya di apartemen Daniya. Walau dia sangat ingin untuk mengunjungi gadis itu tetapi dia menahan diri untuk tidak melakukan itu. Gala tidak cukup yakin kalau Daniya mengingatnya karena gadis itu cukup mabuk ketika mereka berkenalan. "Lo nyuruh gue pulang cepat buat dengar curhatan lo doang?" Gala mengangguk sambil terkekeh, "Sesekali gantian, Bas. Jangan cuma gue yang capek denger tentang Aruna." "Sialan," Baskara melempar kulist kacang yang baru dikupas. "Ngomong-ngomong Aruna, udah semingguan lo nggak ngocehin tentang dia. Ka

  • Sudah Kaya Tergoda Mantan   Bab 73: Pengar

    Daniya terbangun karena dering bel apartemen yang terus berbunyi. Masih setengah memejamkan mata, gadis itu keluar dari selimut tebal kemudian mencari ponsel untuk mengetahui ini sudah pukul berapa. Pukul enam. Masih terlalu pagi. Siapa? Dia beringsut turun dari tempat tidur dan tersuruk mencari sandal sebelum keluar dari kamar. Matanya masih terasa berat. Kepalanya sangat sakit. Pengar karena alkohol yang dinikmatinya sepanjang malam. "Sial," dia memijat pelipis sambil melihat interkom. Ada sosok kembarannya di depan pintu apartemen."Ngapain lo? Ayam juga kalah pagi sama lo," dia membuka pintu apartemennya. "Pagi, Daniya. Lo nggak bakalan ngomel karena gue bawakn croissant favorit lo. Gue bela-belain ngantre demi lo." "Croissant doang nggak cukup," Daniya menerima paperbag yang diulurkan kembarannya, "Lo ngapain ke sini?" "Bangunin lo. Semalam lo bilang ada meeting penting pagi ini. Tadi malam lo minum banyak. Gue takut lo telat bangun." "Perhatian banget," gadis itu ke pantry

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status