Muda, menawan dan kaya. Itu kata yang paling tepat untuk menggambarkan Baskara Ishan Prajana. Dia yang sejak kecil bergumul dengan kemiskinan berhasil meraih keberhasilan di usia muda. Tidak hanya masuk dalam 30 under 30 majalah Forbes, pundi-pundinya juga terus bertambah seiring kesuksesan perusahaan rintisannya Steam Perfection. Ya, dari seorang yang dipandang sebelah mata, Baskara menjadi lajang paling diincar di ibukota. Tetapi ... benarkah hidupnya sesempurna yang terlihat? Tidak. Ada kesalahan masa lalu yang terus menghantuinya hingga kini. Keselahan yang dibuat karena dia lebih mementingkan harga diri dan ego seorang lelaki. Ketika mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalunya, apa yang akan dilakukan oleh Baskara? Berusaha untuk memperbaikinya atau ... kembali melarikan diri?
View More"Jadi bagaimana?" Andre, seorang eksekutif muda berpenampilan flamboyan bertanya dengan penuh percaya diri.
Ini pertemuan ketiga mereka dan Andre menangkap sinyal positif dalam setiap pertemuan sehingga dia sangat yakin kalau perusahaan keluarganya akan keluar sebagai pemenang tender yang diadakan oleh Steam Perfection, sebuah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang jasa dengan fokus menyediakan jasa setrika panggilan. Perusahaan rintisan yang masih terbilang baru itu dalam waktu singkat berhasil menancapkan taringnya.
Sang pemiliki dengan jeli berhasil melihat apa yang menjadi kebutuhan para penduduk ibukota. Jika mencuci baju bukan lagi masalah karena dapat dikerjakan oleh mesin cuci, lain cerita dengan menyetrika. Hanya dalam waktu tiga tahun Steam Perfection sudah mendapat suntikan dana dari investor dalam dan luar negeri dalam jumlah sangat besar.
"Saya yakin apa yang ditawarkan oleh perusahaan kami merupakan penawaran terbaik," Andre menegakkan punggung dan berucap dengan nada dominan.
"Benar. Harga yang perusahaan Anda tawarkan merupakan penawaran terbaik."
"Tentu saja," senyum penuh percaya diri mengembang, "Tidak hanya itu. Kami juga menawarkan banyak bonus," sekarang kuluman senyumnya seakan menyimpan rahasia, "Untuk Stream Perfection juga untuk Ibu Nia selaku COO dari Steam Perfection juga CEO kalian."
Wanita yang menjawab sebagai COO atau Chief Operating Officer Steam Perfection itu tersenyum. Bukan karena dia senang mendengar tawaran Andre tetapi karena apa yang dilakukan oleh Andre benar-benar sesuai dengan apa yang sudah diprediksikan oleh atasannya, CEO sekaligus pemilik Steam Perfection.
"Sayangnya Pak Andre," rasanya sudah waktunya untuk menjatuhka bom yang sejak tadi disimpan oleh wanita itu dengan rapat, "Sepertinya Steam Perfection untuk saat ini belum dapat bekerja sama dengan perusahaan Bapak."
Rasa percaya diri Andre sempurna menguap. Dia sama sekali tidak menduga kalau akan mendapat penolakan.
"Ta-tapi kenapa? Ini meeting ketiga kita dan saya rasa tidak ada yang salah. Penawaran yang kami berikan itu penawaran terbaik. Anda sendiri yang mengakuinya tadi."
"Benar," Nia mengangguk, "Penawaran yang Anda berikan adalah penawaran terbaik yang kami dapatkan. Tapi tentu saja pertimbangan kami tidak hanya berdasarkan penawaran itu saja."
"Apa yang menjadi pertimbangan lainnya?!" Suara pria itu meninggi.
"Salah satunya integritas. Apa yang Anda tawarkan beberapa saat lalu membuktikan kalau integritas Anda tidak sesuai dengan perusahaan kami."
"MAKSUD KAMU APA?!" Persetan dengan citra diri. Jika dia tidak mendapatkan tender ini maka mimpinya menjadi pengganti sang ayah tidak akan pernah menjadi kenyataan.
"Maaf," Nia bangkit dari duduknya dengan anggun, "Tapi untuk saat ini kami tidak dapat bekerja sama dengan perusahaan Anda."
"Berita tahu saya alasannya!" Andre masih menuntut, "Saya harus tahu kalau keputusan itu tidak berat sebelah atau semacamnya!"
"Maaf tapi itu sudah menjadi keputusan kami."
"Kalau keputusan itu diambil secara fair pasti perusahaan saya yang akan kalian pilih! Ini tidak mungkin! Perusahaan kami sudah memberikan harga terbaik. Jauh lebih rendah dibanding perusahaan lain. Saya yakin!"
"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Pak Andre. Keputusan itu tudak hanya berdasarkan angka yang ditawarkan. Ada banyak pertimbangannya."
"Apa? Apa yang menjadi pertimbangan kalian?!" Pria itu seakan menantang lawan bicaranya, "Jelas pertimbangan atau apapun yang kalian lakukan itu tidak fair!"
Tepat ketika Andre selesai berteriak, pintu ruang meeting yang mereka gunakan terbuka disusul sosok seorang pria bertubuh tinggi berjalan masuk dengan langkah penuh keyakinan.
"Pak Baskara," Nia langsung menyambut kedatangan pria itu dengan ramah, "Kok nggak bilang kalau mau join meeting ini?"
"Kebetulan lewat," pria yang disapa dengan nama Baskara itu menjawab singkat sambil menatap Andre, "Terus dengar keributan. Ada masalah?"
"Ada!" Andre membalas tatapan pria yang baru bergabung bersama mereka dengan tatapan menantang, "Anda siapa?"
Bukannya menjawab, Baskara malah terkekeh, "Anda ingin bekerja sama dengan perusahaan kami tapi tidak melakukan riset terlebih dulu?"
"Apa maksud ucapan Anda?!"
Baskara tersenyum mengejek, "Saya CEO dan pemilik Steam Perfection. Keputusan saya juga untuk tidak bekerja sama dengan perusahaan Anda."
"Ta-tapi kenapa?" Dia sudah salah langkah dengan merendahkan pria itu. Sekarang tidak ada yang dapat dilakukannya. Tender ini sudah tidak mungkin dimenangkan oleh perusahaannya.
"Karena hidup memang sering kali tidak adil," Baskara mengucapkannya sambil tersenyum, "Bukankah itu yang dulu sering Anda dan teman-teman Anda ucapkan setiap kali merundung saya di SMA?"
Siapa tadi nama pria ini? Baskara?
Apakah mungkin dia... Baskara teman SMA yang dulu selalu dikerjainnya? Tapi... tidak mungkin gembel itu bisa menjadi pemilik perusahaan rintisan sebesar ini. Tidak mungkin!
"Steam Perfection tidak akan pernah bekerja sama dengan perusahaan Anda," Baskara mengucapkan itu masih sambil tersenyum, "Silakan Anda pulang dan mengadu kepada orang tua Anda. Bukankah dari dulu hanya itu yang dapat Anda lakukan?"
"Ka-kamu...Baskara?!"
Berbeda dengan tadi pagi ketika mengawali hari, semakin sore Anya semakin uring-uringan. Bagaimana tidak sepanjang hari dia berulang kali mendapati atasannya melihat ponsel sambil senyum-senyum sendiri. Menyebalkan. Anya yakin kalau mantan pacar sang atasan yang menjadi penyebabnya. Hari sudah menjelang pukul tiga tetapi pekerjaannya masih menggunung. Hari ini entah mengapa dia tidak dapat fokus. Yang dilakukannya hanya mencari tahu tentang Aruna. Awalnya dia cukup yakin dapat bersaing dengan gadis itu. Aruna hanya menang nama keluarg saja. Memang gadis itu lebih cantik dan menawan dibanding dirinya tetapi dia tahu kalau Baskara tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Sayangnya, semakin dia mencari tahu tentang Aruna, semakin dia merasa kecil. Aruna memang terlahir dengan begitu banyak priviledge dan dia memanfaatkannya dengan baik. Sejak remaja dia sudah sering mendapatkan penghargaan di bidang fotografi, menyelesaikan sekolah dan kuliah tidak hanya tepat waktu tapi juga dengan ha
Anya memulai pagi hari Rabu ini seperti biasa. Dari indekosnya dia menumpangi angkutan umum selama lima belas menit, cukup beruntung karena pagi ini dia tidak harus berdesak-desakan. Itu saja sudah berhasil membuat suasana hatinya riang. Dia yakin hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan. Begitu turun di halte seberang gedung tempat kantor Steam Perfection berada dia menyempatkan diri untuk membeli dua porsi bubur ayam. Satu porsi untuknya, dengan esktra sambal, dan satu porsi lagi yang tidak mengunakan daun seledri akan diberikan kepada atasannya, Baskara. Beberapa kali dalam sebulan, biasanya ketika suasana hatinya sedang riang, dia membelikan sarapan untuk pria yang diam-diam ditaksirnya itu. Baskara bukan seorang pemilih dalam hal makanan dan itu memudahkan Anya jika ingin memberikan kejutan seperti pagi ini. Gadis itu yakin, perhatian-perhatian kecil seperti ini akan meluluhkan hati sang atasan. Walau sejak kehadiran Aruna dia tidak seyakin dulu. Kesal mengingat gadis yang
Aruna memastikan ikat pinggang yang dikenakannya masuk ke lubang chino berearna khaki yang dikenakannya. Hari ini akan menjadi hari yang panjang di kantor hingga dia memutuskan mengenakan kaus garis-garis horizontal yang dipadu dengan blazer berpotongan pas badan warna navy agar tidak terlihat terlalu santai. Terlalu fokus merapikan penampilan hingga butuh waktu cukup lama sebelum otaknya menyadari bahwa ada seseorang yang sedang membunyikan bel apartemennya. Dia melirik jam sambil berjalan keluar dari kamar. Bahkan pukul enam saja baru lewat beberapa menit. Rasanya terlalu pagi untuk bertamu. Siapa? Gadis itu membuka pintu yang terhubung dengan foyer dan mengintip siapa yang berkunjung. Terburu, dia lupa untuk melihat di interkom siapa yang datang. Seluruh kebingungannya menguap dan berganti dengan senyum lebar ketika melihat Baskara berdiri di foyer sambil memegang dua tumbler yang mengepul dan sebuah kantong paper bag berwarna cokelat dengan logo salah satu gerai kopi yang terse
"Tanaman?" Aruna berhenti mengunyah sebelum tertawa kecil dan melanjutkan makannya, "Pasti Kak Askara ngerasa aneh karena dulu aku kayak sebel banget sama tanaman, kan?"Baskara mengangguk mendengar ucapan gadis itu. "Kapan, ya..." tatapannya terlihat menerawang seakan dia sedang berusaha mengingat, "Waktu kuliah kayaknya. Aku sempat yang stress banget gitu karena kuliah. Memang jurusan yangvaku pengin tapi nggak tahu kok makin lama kayak makin berat. Capek gitu.""Aku sampai ngerasa susah banget buat bangun. Ngerasa nggak punya alasan aja gitu," Aruna kembali menambahkan gyudon ke piringnya, "Terus aku ke psikolog gitu. Nah, buat terapi awal disaranin buat aku punya sesuatu yang bergantung ke aku. Biar itu jadi alasan aku buat bangun dan mulai aktivitas." Baskara sama sekali sudah melupakan makanan yang ada di piringnya. Pria itu fokus mendengarkan cerita Aruna. "Awalnya aku mikir buat pelihara kucing atau anjing. Tapi terus kepikiran kalau aku nggak becus terus mereka mati gimana
"Maaf aku nggak bawa apa-apa," Baskara yang hanya mengenakan kaos dan jeans tersenyum canggung menatap Aruna yang berdiri di ambang pintu. "Siapa yang bilang barus bawa sesuatu?" Aruna tersenyum geli. "Kata Mamak," Baskara beranjak masuk setelah Aruna sedikit menggeser posisi berdiri dan mempersilakan pria itu untuk masuk. Unit apartemen Aruna serupa dengan miliknya. Tetapi suasananya begitu berbeda. Tidak aneh mengingat dekorasi unit apartemen mereka sangat jauh berbeda. Ruang tengah Aruna didominasi furnitur kayu dan rotan dengan bantalan berwarna cream. Di depan sofa terdapat meja kaya dengan desain sederhana tetapi Baskara tahu harganya jauh dari kata murah. Beberapa bantal tertata di sofa dengan sarung berwarna cerah. TV LCD berukuran besar diletakan di atas kabinet dari kayu berpadu anyaman rotan. Tidak ada kabel yang terlihat. Disamping TV hanya ada vas kaca berisi anggrek bulan. Dinding kosong di antara kabinet dan pintu gesee menuju beranda penuh dengan foto hasil jepret
Aruna tersenyum lebar saat pintu lift tertutup. Sejak tadi dia berusaha menahan senyuman. Tidak ingin concierge menyalahartikan atau menimbulkan rumor tentangnya. Dia mengangkat tas bekal yang diberikan oleh concierge. Senyumnya semakin lebar. 'Titipan dari Pak Baskara'Rasa penasaran membuat gadis itu langsung membuka dan mengintip. Terlalu lama rasanya jika harus menunggu hingga dia tiba di unit apartemennya. "Kotak bekal?" Aruna menatap bingung. Dia sudah menduga kalau isi tas bekal itu adalah makanan. Tidak mungkin Baskara repot-repot menggunakan tas bekal dengan lapisan thermal jika isinya bukan makanan. Dugaannya Baskara memesan sesuatu dari restoran. "Isinya apa, ya?" Sungguh gadis itu ingin langsung membuka dua kotak bekal yang tersusun rapi dalam tas itu. Seandainya saja bawaannya malam ini tidak banyak, pasti dia tidak akan berpikir panjang seperti sekarang. Aruna menatap panel lantai. Tidak sabar melihat perpindahan lampu yang menyala. Saat pintu lift terbuka, gadis i
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments