Share

Sukses setelah dicerai
Sukses setelah dicerai
Author: eka rahmatus sa'diyah

BAB 1. Foto yang beredar

"Gila si Arman, dia ternyata sedang berkencan dengan seorang wanita!" Bara meradang ketika melihat foto Arman bersama seorang wanita tersebar ke ponselnya. Bara sendiri tak tahu siapa pelaku yang menyebarkan foto itu.

"Tak bisa dibiarkan! Amanda pasti akan merasa tersakiti jika mengetahui foto ini. Aku harus menghapus semua foto ini agar Amanda tidak tahu jika suaminya berselingkuh." Bara segera menghapus foto - foto yang tersebar ke ponselnya namun tiba - tiba seseorang menabraknya membuat ponsel terpental tepat di kaki Amanda dengan gambar yang terlihat jelas.

Brak

Suara ponsel terjatuh mengenai sebuah meja hingga menimbulkan suara, ponsel kemudian terjatuh tepat di kaki Amanda.

"Foto apa ini?" Amanda mengambilnya dan melihat dengan jelas. Bara menelan ludah, takut jika Amanda akan menangis dan sakit hati.

"Man, itu bukan foto siapapun!" Bara berusaha merebut ponselnya namun Amanda menyingkirkan tangan Bara. Amanda menelusuri semua foto kebersamaan lelaki yang masih menjadi suami sahnya.

Kedua bola mata Amanda memanas ketika melihat satu persatu foto yang tersebar di ponsel Bara. Bara ingin mendekati Amanda untuk menenangkannya namun hatinya terasa beku. Beku ketika melihat Amanda telah meloloskan air matanya begitu saja.

"Kenapa kau menyembunyikan ini, Bara?" Bara sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Dirinya baru saja mendapat foto itu dari nomor yang tak dikenal.

"Manda, maafkan aku. Aku sendiri tak tahu jika foto itu disebar ke ponselku. Lihatlah! bahkan itu nomor baru," Bara mencoba berbicara jujur pada sahabatnya sekaligus cinta pertamanya. Meski hati hancur melihat Amanda bersama dengan Arman, suami sahnya.

"Man, kamu tidak apa - apa, kan?" Bara memegang kedua pundak Amanda yang mulai bergetar. Ingin rasanya Bara memeluk dan mendekapnya agar Amanda tenang, namun Bara sadar batasan seorang lelaki yang bukan mahromnya.

"Aku tak apa, Bar! mungkin ini yang menjadi alasan Mas Arman tidak menafkahiku secara layak, sehingga aku harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidup," Amanda mengusap air mata yang terlanjur menganak sungai dan berusaha menguatkan hatinya.

"Tak layak?" Bara terkejut mendengar ucapan Amanda.

"Iya, Ibu mertua meminta jatah bulanan hampir 65 persen dari penghasilan Mas Arman. Sedangkan aku hanya diberikan satu juta perbulan dengan alasan aku sudah bekerja."

"Gila, si Arman!" Bara merasa sangat marah ketika wanita yang yang dicintainya dalam diam diperlakukan tidak adil dengan suaminya.

"Tenanglah! biarkan aku yang menghadapi ini semua, kau temanku dan sahabatku tetap doakan yang terbaik buatku ya." Amanda berlalu meninggalkan Bara yang diam terpaku untuk memasuki ruang kerjanya.

"Sudah saatnya aku harus melawan mereka." Amanda mulai membuka pikirannya agar tidak terus menerus diperlakukan seperti ini.

"Tunggu saja permainanku, Mas!" senyum licik terukir di bibir Amanda.

*

"Sayang, kenapa foto itu disebar, kalau Amanda tahu bagaimana?" Arman merasa tidak enak jika foto kebersamaan dirinya dengan Vera disebarkan.

"Jadi kamu tidak ingin menjalani hubungan kita secara serius? aku hamil anak kamu loh, Mas!" Vera merajuk, mengambil kesempatan agar Arman merasa kasihan dan perhatian padanya.

"Tapi aku masih menjadi suami Amanda, Vera?" Arman dilema dengan dua pilihan yang di dapatinya. Di sisi lain, dirinya masih mencintai Amanda karena dia istri penurut sedangkan di sisi lain, Vera tengah mengandung anaknya.

"Jadi kamu mau meninggalkan anak kita? baiklah, silahkan kamu kembali bersama Amanda. Aku akan gugurkan anak ini!" Vera mengancam Arman dengan menggugurkan kandungan agar Arman mau bertekuk lutut padanya.

Arman terperanjat mendengar ancaman Vera. Mempunyai seorang anak adalah keinginannya sampai sekarang. Menikah selama tiga tahun belum mendapatkan keturunan sehingga membuatnya berpaling dari Amanda karena godaan Vera, seseorang yang bekerja sebagai sekretaris bosnya.

"Ja, jangan nekat Vera, jangan gugurkan kandunganmu!" Arman ketakutan ketika Vera mengancamnya.

"Sudahi pernikahan kalian dan nikahi aku!" Vera bersedekap dengan angkuhnya di depan Arman.

"Baiklah! aku akan secepatnya menceraikan Amanda." Bagai kerbau dicocok hidungnya, Arman patuh dengan ancaman yang diberikan Vera.

"Baiklah, aku pergi ke apartemen dulu untuk istirahat. Oh ya, aku ingin kamu mengucapkan kata talak di depanku, Arman," Arman semakin terkesiap ketika Vera meminta hal yang mustahil untuk dikabulkan.

"Tapi, Ver."

"Iya, atau aku gugurkan!" 

"Baiklah! akan aku kabari jika aku akan mentalaknya. Aku pergi dulu karena sudah sore." Arman pergi meninggalkan Vera di sebuah cafe tempat mereka bertemu. Arman pergi dengan mobilnya sedangkan Vera tetap berada di kursi yang sama seperti menunggu seseorang.

"Hai, sayang!" lelaki paruh baya yang lebih mirip figur seorang ayah mendatangi Vera dan mencium pipi Vera.

"Hai, urusan Arman sudah beres. Anak kita sudah ada yang mau mengakui dengan menjebak Arman." senyum licik tersungging di bibir Vera.

"Kau memang wanitaku yang top, oh ya aku ingi menengok anak kita boleh? kita ke apartemenmu ya." lelaki yang menjadi bos Vera bernama Heru mengajak Vera untuk melakukan hubungan terlarang di apartemen Vera. 

Apartemen yang tempo hari dia berikan sebagai hadiah jika mau menjadi pemuas nafsu sekaligus menjadi wanita simpanannya. Istri Heru sering keluar untuk mengembangkan bisnisnya sehingga Heru merasa kurang puas jika bersama istrinya Santi.

"Permainan kamu memang mengasikkan, sayang." Heru membisikkan kata di telinga Vera setelah bergulat bersama di ranjang.

"Permainanmu membuat aku tak berdaya sayang, tidak seperti Arman yang letoy. Hahahah." Vera tertawa mengingat betapa bodohnya  Arman ketika bersamanya. Lelaki sok kaya namun mudah dibodohi olehnya.

"Sayang, aku pengen mobil keluaran terbaru." Vera membisikkan permintaan setelah adegan panas mereka. Bagi Heru membeli sebuah mobil bukan perkasa sulit. Perusahaan berkembang pesat membuatnya ingin memiliki apa yang dia inginkan termasuk wanita pemuas nafsunya.

"Tenang sayang, aku akan mengirimkan gambarnya padamu dan kau bisa pilih mobil yang kau inginkan."

Cup

"Terimakasih, sayang!" Vera dan Heru kembali bergulat bersama di ranjang.

*

"Bagaimana caranya agar aku bisa mentalak Amanda?" Arman mencari cara agar bisa menuruti keinginan Vera.

"Arman, kamu sedang memikirkan apa?" Bu Ratna menghampiri anak lelakinya yang duduk termenung di teras.

"Bu, apakah ibu ingin memiliki cucu?" Bu Ratna tak mengerti dengan ucapan Arman.

"Ingin dong, siapa sih yang tidak ingin punya cucu, memang ada apa Arman?" 

"Jika cucu itu dari wanita lain, apakah Ibu merestuinya?"

"Tak masalah, istrimu saja belum bisa memberikan keturunan. Jika Ibu jadi kamu maka ibu akan menceraikannya." ucapan Bu Ratna berhasil mempengaruhi pikiran Arman yang sejak tadi gelisah memikirkan perceraiannya dengan Amanda.

"Baiklah, Bu. Arman ke kamar dulu untuk istirahat," Bu Ratna hanya diam melihat sikap anak lelakinya yang tak pernah seperti ini.

'Apakah dia mempunyai wanita lain dan hamil?' batin Bu Ratna bertanya - tanya mengenai sikap Arman barusan.

[Ibuku setuju dengan perceraianku, besok sore kita pulang bersama, aku akan kenalkan pada ibu aku dan kamu bisa melihatku mentalak Amanda] pesan yang disampaikan pada Vera.

[Terimakasih, sayang] balasan dari Vera.

"Serius amat dengan hapenya." celetuk Heru yang melihat Vera membalas pesan Arman.

"Lihatlah, sayang! Arman akan menceraikan istrinya. Benar - benar pria yang bodoh." Vera dan Heru menertawakan kebodohan Arman.

"Dia pernah cerita kalau dia mandul, tetapi setelah aku merayunya bahkan menipunya, dia seperti sangat percaya padaku." Vera tertawa puas dengan tipuan yang diberikan pada Arman. 

Bahkan dirinya tidak benar - benar melalukan hubungan intim bersama Arman. Vera sengaja memberi minuman berisi obat tidur ketika Arman mulai terangsang olehnya.

"Kau berhasil mencari mangsa yang tepat, sayangku." Heru mencubit pipi mulusnya Vera. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status