Share

BAB 5. Arman Cemburu

Malam ini Amanda mengemas semua barang - barang pribadinya ke dalam beberapa box dan koper. Rencana besok akan dijemput Bara dan pindah ke rumah milik Amanda sendiri.

[Man, maaf besok dibantu Rani ya! aku besok ada meeting penting] pesan dari Bara.

[Siap] balasan dari Amanda. Amanda tahu jika pekerjaan Bara cukup banyak dari pada dirinya.

Tok tok tok

Seseorang mengetuk pintu kamar Amanda ketika Amanda sudah selesai mengemas semua barang pribadinya.

"Ada apa, Mas?" Amanda terkejut melihat Arman sudah berada di depannya. Wajah Arman terlihat letih dan kusut.

"Bisa bicara sebentar? sebagai tanda perpisahan kita," Amanda sebenarnya tak ingin menanggapi permintaan Arman namun Amanda berusaha menghargai lelaki yang akan resmi menjadi mantan suami.

"Duduklah!" Amanda duduk tepat di depan Arman. Mereka sedang duduk santai di ruang keluarga.

"Man,"

"Iya,"

"Maafkan aku sudah membuatmu sakit hati karena ulahku." Arman memberanikan diri meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Namun Amanda masih diam tak berkata mendengar permintaan maaf dari Arman.

"Jujur, aku sangat menyesal setelah mengucapkan talak padamu. Bahkan aku juga sebenarnya tak ingin berpisah darimu, tetapi aku juga tak bisa membiarkan Vera sendirian merawat anakku." Arman tak mampu menatap kedua mata Amanda. Amanda tetap diam tanpa kata.

Dalam hati Amanda sudah tak ada rasa cinta kepada Arman. Apalagi semenjak foto itu disebarkan oleh nomor tak dikenal. Rasa cinta kian membeku semenjak foto perselingkuhan Arman terbongkar. Bahkan ada video yang cukup vulgar yang disebarkan.

"Man, aku harap kamu memaafkan segala kesalahanku." 

"Iya, aku maafkan semua kesalahanmu. Hanya saja untuk penghianatan yang kau lakukan sangat membuatku hancur saat itu juga. Bahkan rasa cinta ikut beku dan mati, sudahlah! mari kita jalani hidup sendiri - sendiri dan mencari kebahagiaan masing - masing. Aku sangat berharap jika kamu tidak menyesal bersama Vera kelak." Amanda cukup melapangkan hatinya menerima segala takdir yang diberikan kepadanya.

"Terimakasih, Mand." 

"Hmm, aku ke kamar dulu. Besok Bara dan adiknya akan menjemputku." hati Arman mendadak panas ketika Amanda mengatakan jika besok akan dijemput Bara. Lelaki yang selalu membuatnya cemburu.

"Mand, jika kita rujuk dan kamu tinggal di kontrakan yang aku sewa bagaimana?" Amanda tak habis pikir dengan sikap Arman tiba - tiba.

Amanda tahu jika Arman cemburu pada Bara. Selama ini Arman tak pernah menyukai Bara ketika berteman dengan Amanda. Oleh katena itu Arman mengajak rujuk agar Amanda tidak bersama Bara.

"Mas, maaf aku bukan orang yang plin plan. Kalau kau sudah meludah, jangan sampai menjilat ludahmu sendiri."Amanda berlalu meninggalkan Arman dalam keheningan. 

"Sepertinya kau ragu dengan apa yang sudah kau lakukan, Mas!" Amanda tersenyum sinis ke arah Arman.

*

Pagi hari 

Amanda keluar dengan membawa koper dan juga box yang akan dia bawa ke rumahnya. Di ruang tamu terlihat Bu Ratna dan Vera yang memandang sinis ke arah Amanda.

"Orang miskin akhirnya keluar dari rumah ini," suara sumbang Bu Ratna memenuhi ruang tengah tempat Vera mengumpulkan barang - barangnya.

"Hahahah, lihatlah wajahnya pun kampungan. Dia kan dari kampung, miskin lagi," Vera menambahkan hinaan dari Bu Ratna.

"Dasar kampungan, mau tinggal dimana setelah ini. Paling juga di kolong jembatan," Vera menyindir dengan ucapan kasar ke arah Amanda. Amanda tak menghiraukan ucapan dan nyinyiran mantan mertua dan pelakor di ruang tamu.

"Heh! kamu budeg ya?" Vera kesal karena Amanda tak terpancing sama sekali dengan omongannya. Amanda tetap fokus mengangkat box untuk dibawa keluar rumah.

"Amanda!" bu Ratna akhirnya ikut bicara menimpali hinaan Vera.

"Iya, Bu. Ada apa?" Amanda berhenti dari aktivitasnya dan menatap mantan ibu mertuanya.

"Kamu tidak dengar Vera tadi bicara padamu?" hardik Bu Ratna dengan tatapan nyalang.

"Lho, tadi bicara dengan saya, Bu? Amanda pikir bicara sendiri, habisnya dia tidak memanggil namaku sih!" Amanda pura - pura tak tahu jika Vera menyindirnya dan dia tak menghiraukan ucapan Vera.

"Tuh, tante. Dia ngeselin," Vera merajuk dan manja pada bu Ratna. Bu Ratnapun membela Vera.

"Biarin Vera, mungkin dia iri dengan kehamilanmu, makanya dia seperti itu padamu." Bu Ratna menenangkan Vera sekaligus menghina Amanda karena sudah lama menikah tetapi tidak memberikan keturunan.

Amanda tak geram sedikitpun karena Arman adalah lelaki mandul, Arman membutuhkan pengobatan secara berkala untuk memulihan organ reproduksinya. Selama ini Amanda belum juga hamil karena kondisi Arman yang kurang subur.

"Apa anda bilang? coba sekali lagi, saya mau dengar!" Amanda menatap santai ke arah mantan ibu mertuanya yang melotot ke arahnya.

"Kamu wanita mandul!" ucapan mantan ibu mertua tepat mengenai hati Amanda. Hati Amanda berdenyut nyeri namun masih bisa menguasai emosinya.

"Aku mandul, yakin?" Amanda melirik Vera yang terlihat gelisah karena tatapan Amanda. Amanda tahu jika Vera ketakutan jika kedoknya terbongkar dan mengetahui semuanya.

"Dia iri tante, biarin saja. Yuk kita ke belakang menikmati tanaman di belakang," Vera mengalihkan Bu Ratna agar bisa menghindari Amanda. Vera takut jika Amanda akan membuka semuanya di depan bu Ratna.

Bu Ratna menuruti kemauan Vera, ketika berjalan ke belakang, Amanda mencekal tangan Vera dan menatapnya dengan tatapan penuh arti.

"Lepaskan aku," Vera menghardik Amanda namun Amanda tetap menncekal tangan Vera disertai tatapan penuh ancaman dari Amanda.

"Kamu mau apakan calon menantuku!' Bu Ratna ikut membentak Amanda yang mencekal tangan Vera.

"Ibu ke belakang dulu, nanti Vera menyusul," Vera meminta Bu Ratna ke belakang duluan dan bu Ratna menyetujui.

"Yakin jika ini anak Arman?" Amanda tersenyum ke arah Vera yang semakin gelisah.

"Iya, ini anak Arman. Aku kan subur sedangkan kamu!" tangan Amanda terangkat ke atas pertanda Vera harus menghentikan ucapannya.

"Mas Arman itu mandul, surat kesehatannya ada di laci meja kamarku. Bagaimana bisa kamu hamil dengannya?" Amanda membisikkan kata - kata tersebut  ke telinga Vera. Wajah Vera semakin gelisah mendengar ucapan Amanda.

"Kau bohong! buktinya aku hamil dengannya." Vera tetap kekeh mempertahankan kebohongannya.

"Jangan teriak - teriak! nanti calon Ibu mertuamu dengar dan kamu diusir." Amanda gegas melanjutkan aktivitasnya mengeluarkan box ke depan rumah.

"Atau jangan  - jangan kamu menjebak Arman demi pengakuan anak dari orang lain." seketika wajah Vera memerah mendengar ucapan Amanda. 

"A, apa maksudmu?" 

"Ya cukup dilihat saja nanti, bayangkan jika Arman tahu bahwa janin ini bukan hasilnya. Arman kalau marah seperti orang kesetanan lho. Hati - hati jika Arman sedang marah. Apalagi mengetahui jika dia bukan ayah kandung bayi yang ada dalam perutmu."  Vera berkeringat dingin setelah mendengar hasutan dari Amanda. Sebenarnya  Arman lelaki cukup baik, Arman tak pernah menggunakan kekerasan di dalam rumah tangganya. Hanya saja sejak dekat dengan Vera, Arman berubah dan menghianati pernihannya bersama Amanda.

Vera termenung setelah apa yang diucapkan Amanda. Vera takut jika kedoknya terbongkar dan dirinya tak bisa memiliki Arman yang notabene sudah masuk perangkapnya. Dan anak yang dikandungnya tak memiliki figur ayah. Vera memikirkan apa yang akan terjadi jika Vera tak jadi memiliki Arman.

"Kenapa diam, sayang!" Ucapan Bu Ratna mengejutkan Vera yang diam termenung.

"Oh tidak apa - apa, bu! Vera hanya kesal saja dengan Amanda." Vera berbohong lagi.

Ternyata Arman tengah memperhatikan Amanda dari kejauhan. Arman merasa separuh hatinya pergi darinya. Penyesalan terdalam sudah dia dapatkan. 

Tin tin

Suara klakson mobil berada di depan gerbang kediaman Amanda. Terlihat Bara keluar dari mobil dan di sambut Amanda di depan pintu. Amanda dan Bara memasukkan semua barang ke dalam bagasi mobil.

"Rani mana, Bar? katanya dia yang menjemputku." Amanda mencari keberadaan Rani.

"Dia sedang di toko buku, nanti ketemuan di toko seberang sana. Mumpung dia lagi libur semester, jadi dia semangat sekali untuk mencari buku diskonan. Makanya dia minta ketemuan di sana." jawab Bara seraya menata semua barang milik Amanda. Bara menangkap sosok yang mengawasi mereka. Bara mengetahui jika Arman tengah memperhatikan mereka berdua. 

"Mand, ada apa di pundakmu? Bara pura - pura mendekatkan wajahnya di pundak Amanda sehingga terlihat seperti Bara mencium Amanda. Bara melalukan agar Arman menyesal telah melepaskan Amanda.

"Ada apa, Bar?" 

"Oh sudah kabur tadi semutnya," Bara pura - pura melihat semut. Amanda dan Bara masuk ke dalam mobil. Bara memperlakukan Amanda dengan istimewa membuat Arman semakin terbakar api cemburu.

Amanda dan Bara berhenti di sebuah toko buku untuk bertemu dengan Rani. Terlihat Rani sudah menunggu kedatangan mereka berdua di depan toko.

"Hai, Ran!" Amanda memeluk Rani karena sudah lama tak bertemu. Rani adalah sosok gadis yang sudah dia anggap adik sendiri.

"Hai, Kak! lama kita tak bertemu, yuk kita ngobrol - ngobrol dulu."Rani mengajak  Amanda duduk untuk sekedar melepas kerinduan mereka.

Ehemm

"Jadi aku dicueki?" ucapan Bara membuat mereka berdua tersenyum

"Bar, kamu berangkat kerja aja. Aku sudah bersama Rani, setelah ini aku pulang kok." Amanda tak enak hati membiarkan Bara berdiri sendiri memperhatikan obrolan mereka.

"Baiklah wanita - wanita cantik, aku pergi dulu." Bara segera memesan taksi online dan pergi ke tempat kerjanya. 

Arman yang melihatnya sangat marah, namun tak mampu mencegah mereka berdua karena Arman sudah mentalak Amanda. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
dah tapak 3... g bs rujuk bung gitu aj, syarat brlaku bung... g pinter dpelihara....
goodnovel comment avatar
Sssst
Lagian udah talak 3 kali Arman mana bs rujuk gitu aja .. kalo mau rujuk ya tunggu manda kawin sm yg lain dl trus tunggu manda nya jd janda lg deh…
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status