Amanda dan Rani sesang berbincang - bincang di depan toko buku tiba - tiba dikejutkan kedatangan seorang wanita yang kurang bahan
"Heh kampungan!" Vera datang tiba - tiba menghardik Amanda yang mengobrol dengan Rani.
"Oh kamu, ada perlu apa?" Amanda menanggapinya dengan santai. Rani yang geram segera ditahan oleh Amanda.
"Jangan coba - coba merayu Arman! kamu tuh sudah dicerai, jadi jangan ganggu Arman. Gara - gara kamu, Arman cuek padaku!" Rani tersenyum geli mendengar tingkah Vera yang ada di depannya.
Alih - alih menyadari kesalahannya, Vera merasa seakan dirinya benar. Rani dan Amanda merekam kejadian saat Vera datang dan mengamuk pada Amanda.
"Aku tidak merayu Arman, bukannya itu sebaliknya? kamu yang merayu Arman dan merebutnya dariku. Kalau aku sih santai, silahkan saja ambil bekasku!" Amanda kembali duduk dan bersedekap melihat Vera seperti menahan malu karena di saksikan banyak orang yang lalu lalang di sekitarnya.Amanda tidak habis pikir jika Vera akan segila itu dalam bertindak. Apalagi Amanda sudah tahu jika anak yang berada di dalam kandungan Vera bukanlah anak Arman. Hanya saja, Amanda tidak akan membongkar semua kedok Vera karena belum cukup bukti yang dia dapatkan.
"Alah, alasan! palingan juga nanti kamu bakal meminta dia kembali dengan alasan yang lain," Vera sepertinya tak mau kalah dengan jawaban Amanda. Vera merasa keberadaan Amanda adalah ancaman baginya.
Jika sampai Arman tahu yang sebenarnya, maka Vera akan kehilangan segalanya. Bahkan Heru tak segan - segan akan mencelakai Vera jika tak berhasil mendapatkan Arman untuk menutupi perbuatan Vera dan dirinya.
"Jika aku memang mempertahankan Arman, maka aku akan membuka semua kedokmu di depan semua orang. Tetapi aku melihat ibunya Arman yang begitu berharap seorang cucu, jadi aku relakan. Kasihan jika anak yang kau kandung nantinya akan bertanya siapa ayahnya. Lagian aku juga tak suka dengan seorang penghianat seperti Arman. Jangan pernah bermimpi jika aku akan merebutnya darimu. Nikmatilah kemenanganmu, Vera."
Vera semakin kesal dan terhina dengan ucapan Vera. Vera segera pergi dengan menghentak - hentakkan kakinya seperti anak kecil.
"Dasar gila!" celetuk Rani yang terkekh melihat sikap Vera barusan. "Pelakor tak ada akhlak ya, Kak!" Rani sendiri sangat risih dengan ulah Vera sebagai seorang perempuan."Sudah, yuk! kita pulang ke rumah Kakak dan mindahin barang Kakak," Rani mengajak Amanda untuk pulang ke rumah Amanda seperti rencana awal.
Rani dan Amanda melajukan mobilnya ke rumah Amanda. Rumah minimalis namun cukup elegan. Rumah satu lantai dengan tiga kamar di dalamnya. Terdapat interior dan funiture mewah yang ada di dalamnya. Semua sudah Amanda siapkan untuk berjaga - jaga jika terjadis esuatu yang buruk padanya. Sejak awal pernikahan mantan mertuanya tak pernah menyukainya, oleh karena itu Amanda semakin melebarkan sayap dengan terjun ke bisnis butik dan mempunyai distro di berbagai tempat.
"Rumah Kakak nyaman sekali," ucap Rani sembari membuka kain yang menutupi perabot rumah.
"Rani boleh kok sering - sering menginap di sini." Rani tak percaya jika Amanda akan mengizinkannya menginap di rumah Amanda.
"Beneran? terimakasih Kakak!" Rani memeluk Amanda seperti Kakaknya sendiri. Rani dan Amanda membersihkan debu dan mengepel rumah yang di tempati Amanda.
Butuh dua jam untuk membereskan semuanya, karena rumah tidak terlalu lebar. Amanda sengaja memilih rumah yang minimalis karena dirinya sendiri tak akan mampu membersihkannya sendirian, bahkan dirinya juga akan mulai tinggal sendiri di rumah itu.
Drrrt drtt
Ponsel Amanda bergetar, panggilan dari Arman dan Amanda menolak panggilan dari Arman. Amanda tidak suka jika Arman akan memintanya rujuk dengannya.
"Kenapa panggilan dimatikan, Kak?"
"Males, kalau ditanggapi malah ngelunjak nantinya. Atau mungkin nenek lampir akan kembali menghina kakak dengan alasan akan merebut Arman. Padahal tak ada keinginan seujung jaripun untuk memintanya dia kembali,"
Ting nung
Suara seseorang menekan bell pintu rumah Amanda. Ternyata seorang pengantar makanan mengantar makan siang untuk merrka berdua.
"Abangmu memang selalu begini, Kakak tak enak jika terus - terusan meminta bantuan Kakakmu," Amanda meletakkan makanan di meja makan. Rani melihatnya hanya senyum - senyum karena abangnya mulai menunjukkan perhatian lebih pada Amanda. Rani sangat tahu jika Bara sangat mencintai Amanda. Bahkan Rani dan ibunya juga setuju jika Bara menjalin hubungan dengan Amanda.
"Ya, namanya juga sahabat Kak! tidak mungkin akan membiarkan sahabatnya kelaparan," celetuk Rani seraya mengambil piring dan sendok untuk dirinya dan Amanda. Sedangkan Amanda mengambil gelas dan mengisinya dengan air untuk minuman mereka ketika selesai makan. Mereka makan siang berdua dengan lahap setelah mengerjakan semuanya.
"Kak, main ke mall yuk! Rani mau beli sepatu," Rani meminta Amanda untuk jalan - jalan ke mall. "Kamu dulu dibelikan Kakak tidak mau. Sepatu mulai jebol baru minta dibelikan," Rani hanya nyengir kuda mendengar perkataan Amanda. Rani memang dari keluarga berada, Namun sikapnya hampir sama dengan Amanda. Sederhana dan tak suka foya - foya."Dulu sepatunya masih bagus, jadi Rani menolak ketika Kakak belikan."
"Ya sudah kalau begitu, setelah ini kita ke mall dan beli sepatu buat Rani," Amanda menyetujui lermintaan Rani.
*
"Vera, Arman harus menjadi ayah dari bayi yang kau kandung!" Heru frustasi ketika Vera mengatakan bahwa mantan istri Arman mencurigai kebenaran kehamilan janin yang dikandung Vera.
Heru tak mau ambil resiko, jadi Arman harus menjadi anak dari janin yang dikandung Vera. Heru menjadi seperti itu karena semua harta yang dimiliki Heru adalah milik keluarga istrinya. Heru hanyalah seorang lelaki yang bernasib mujur karena mempunyai istri dari anak pengusaha. Jika sampai Heru memghianati istrinya, maka siap - siap Heru harus keluar rumah tanpa membawa harta sepeserpun.
"Terus bagaimana donk, Mas," Vera bingung dengan keadaannya sekarang. Dirinya sendiri tak mau berurusan dengan istri sahnya Heru yang notabene seorang pengusaha juga. Penghasilan Heru hanya sepertiga dari penghasilan istrinya.
"Kita ancam mantan istrinya, bagaimana?" Heru memberikan ide konyol pada Vera.
"Aku sudah mengancamnya, dan dia malah menertawakanku. Dia bahagia bisa berpisah dengan Arman. "Vera semakin kesal dengan ide yang diberikan Heru. Heru tak mengatakannyapun, Vera sudah melakukannya namun gagal. "Sudahlah, jangan marah - marah terus. Lebih baik kita nikmati kebersamaan kita berdua, mumpung tadi sudah izin datang terlambat karena alasan mendadak," Vera melingkarkan tangannya ke pinggamg Heru. Mereka melakukan aktivitas terlarang di apartemen Vera.
Mereka tak sadar jika ada mata - mata yang menyebar di sekitar mereka. Salah satunya dari pihak istri Heru. Entah apa jadinya nanti jika istri sahnya Heru mengetahui perbuatan suaminya di luar, apalagi saat jam kerja.
*
"Jadi dia sekarang sudah berani selingkuh? kamu kira aku tidak tahu," gumam Giselle ketika mengetahui suaminya tengah berada di dalam apartemen milik seorang wanita. Gisellepun tahu jika apartemen itu pemberian Heru pada gundiknya.
Giselle menyunggingkan bibirnya. "Nikmatilah, Heru. Lihat nanti jika kalian sudah merasa paling di atas. Aku akan menjatuhkan kalian berdua. Giselle beserta anak buahnya pergi meninggalkan apartemen tersebut.
"Semua surat penting segera amankan, Romi! aku tak mau sepeserpun jatuh ke lelaki pecundang itu," Romi tak terkejut dengan ucapan Giselle. Romi segera memindahkan surat penting milik Giselle ke dalam brangkas yang cukup aman.
"Apa kamu ingin bercerai dari Heru?" Romi menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Menurutmu?"
"Apapun keputusanmu aku mendukungmu, aku teman sekaligus seorang Advokad yang selalu mendukungmu, Giselle."
"Apakah kamu melakukan ini karena masih mencintaiku?" Giselle menatap intens ke arah Romi.
Keesokan harinya ketika akan berangkat kerja, Amanda dikejutkan dengan kedatangan Bara yang tiba - tiba."Bara." Amanda menghampiri Bara yang bersandar di pintu mobilnya tersenyum ke arah Amanda."Ayo kita berangkat." Bara membukakan pintu moblinya untuk Amanda. Bara melajukan mobilnya menuju ke tempat kerja mereka."Bar, jangan terlalu merepotkan dirimu sendiri untuk menjemputku berangkat kerja." Amanda merasa tak enak hati jika harus dijemput Bara. Bara hanya tersenyum tanpa menoleh ke arah Amanda."Tidak ada yang direpotkan, kamu sahabatku jadi memang seharusnya seperti ini kan? oh ya bagaimana perceraianmu?""Oh ya, aku hampir lupa. Seharusnya aku segera menyuruh Mas Arman untuk mengurus perceraiannya." Amanda lupa jika perceraiannya belum diurus oleh Arman dan dirinya.Amanda bisa saja mengurusnya sendiri, namun dia ingin jika Arman yang mengurusnya sebagai penggugat perceraian."Kenapa tidak kamu urus sendiri?"
Sore hari sepulang bekerja, Ibunya Bara meminta Bara untuk mengantarkan belanja di pasar. Meski keluarga Bara termasuk keliarga berada namun tidak membuatnya gengsi dengan belanja di supermarket."Bukannya itu Bara." gumam Arman ketika berada di sebuah kedai kopi tepat depan pasar."Sudah ku kira, kamu itu anak mama dan gay." Arman terkekeh melihat Bara menemani Ibunya belanja.Bara diminta Ibunya menunggu di parkiran saja dan Barapun mengikuti perintah Ibunya."Hai laki - laki Gay." Arman sengaja membuat Bara semakin memanas. Akan menjadi kesempatan baginya jika Bara emosi dan memukulnya. Karena pasti akan banyak yang merekam kejadian yang mereka lakukan. Bara kembali sibuk memainkan ponsel tanpa memperdulikan Arman di depannya."Kamu budeg ya." Arman merasa geram karena tidak dihiraukan oleh Bara."Hai semuanya, pria ini ternyata Gay!" suara Arman semakin lantang untuk mempermalukan Bara di depan umum."Plak!"Satu tamp
Seperti biasa, pagi adalah aktivitas Amanda untuk kembali ke rutinitas seperti biasa. Hampir setiap hari juga Bara selalu menjemputnya untuk berangkat bekerja bersama - sama."Bu Amanda, ada titipan untuk Ibu." seorang resepsionis memberikan sebuah amplop coklat kepada Amanda."Apa itu, Man?" Bara ingin tahu dengan isi surat itu."Aku juga belum tahu, akan aku buka sekarang." Amanda membuka amplop itu di depan Bara. Senyum mengembang di binir Amanda ketika sebhah surat gugatan cerai dari Arman sudah dikabulkan. Kini dia tinggal mengikuti alur jalannya sidang."Surat cerai?" Bara mengernyitkan alisnya."Ini yang kutunggu sebenarnya, Bar." Amanda kembali memasukkan surat itu ke dalam amplopnya semula.Ada perasaan nyeri namun bercampur aduk dengan perasaan senang. Bagaimana tidak, pernikahan yang ia jalin bersama Arman sudah memasuki angka ke 3 tahun. Jika Arman tidak terlalu dekat dengan sekretarisnya, mungkin pernikahan akan selamat.
"Jangan tahan saya, pak. Saya tidak bersalah, Om yang selalu menggodaku untuk menjadi simpanannya karena aku dijanjikan uang yang banyak."Naya meraung - raung dikantor polisi supaya dirinya tidak ditahan. Namun semua bukti sudah dikumpulkan oleh sang istri Romi. Mulai dari chat, video bahkan foto mereka berdua sudah cukup menjadi bukti perselingkuhan mereka.Istri sah Romi hanya memandang sinis ke arah Naya yang meraung - raung tak karuan di depan polisi. Sedangkan Romi hanya tertunduk malu di depan semua keluarga istri sahnya dan juga polisi. Naya meminta izin untuk menghubungi keluarganya agar minta jaminan agar bisa dibebaskan dan polisi akhirnya memberikan waktu untuk Naya."Kamu sana dia itu sama saja. Sama - sama gatel." celetuk isri sahnya Romi."Halo, Bang. Tolong segera ke kantor polisi, aku tidak mau dipenjara." Naya menghubungi Arman agar membantunya bebas dari kasus yang menjeratnya.".....""Sudah deh, Bang! cepat kesini
Beberapa hari ini berita video viral Naya telah tersebar. Banyak hinaan yang dilontarkan netizen kepada Naya dan juga suami sah dari Romi. Bahkan Bu Ratna sempat jatuh sakit setelah melihat video anaknya."Sudahlah, Bu. Jangan terlalu dipikirkan, sekarang Naya sudah menjadi bagian dari mereka. Apalagi Nyonya Yeti juga siap untuk menceraikan suaminya. Itu akhirnya nanti Naya yang akan menjadi yang pertama."Arman mencoba menenangkan ibunya yang terus saja bersedih meratapi nasib anaknya yang viral karena video tersebut."Tante, makan dulu yuk!" Vera masuk ke kaar membawakan sarapan untuk Bu Ratna. Bu Ratna menatap Vera, Vera kemudia menyuapi sarapan untuk Bu Ratna."Kamu memang wanita terbaik untuk Arman," Bu Ratna mengusap rambut Vera dengan penuh bangga.Semalaman Vera menemani Bu Ratna atas permintaan Arman. Sesekali menemani malam Arman yang kesepian karena wanita. Mereka melakukan zina di kamar Arman meski belum resmi menikah."Sayang, m
Ting nungPagi - pagi sekali kedua orang tua Amanda sengaja berkunjung ke rumah Amanda. Mereka tidak memberi kabar terlebih dahulu. Pak Lukman dan Bu Siti sengaja memberi kejutan tepat di hari sidang pertama akan segera di adakan. Semua gang terjadi oleh Amanda telah di sampaikan oleh Adi kepada kedua orang tuanya."Ayah, Ibu dan Adi. Amanda kangen sekali, kenapa tidak memberi kabar?" Amanda terkejut ketika membuka pintu dan melihat ketiga orang yang sangat dicintainya tiba - tiba datang."Ayah juga sangat rindu dengan anak kesayangan Ayah," Pak Lukman memeluk Amanda begitu pula dengan Bu Siti, Ibu kandung Amanda."Ayo masuk semua," Amanda menggandeng kedua orang tuanya untuk masuk ke dalam rumah. Semua kesedihan sirna sudah ketika bertemu dengan orang - orang yang sangat dicintainya."Amanda, Ayah hanya ingin bertanya sesuatu padamu, Nak! dan tolong jawab dengan jujur."Amanda terkejut mendengar ucapan Pak Lukman yang sepertinya serius.&nbs
Amanda sengaja meminta keluarganya untuk tetap tinggal beberapa hari di rumahnya. Keberadaan mereka sangatlah membuat suasana hati Amanda lebih tenang dan nyaman."Kak, jika Adi mengusulkan untuk membuka Butik cabang ketiga bagaimana? Butik kedua sering penuh sesak. Adi juga ingin membuka toko Kakak secara online, jadi jauh di sana bisa pesan via online.""Alhamdulillah, terimakasih kerja samanya Adikku sayang," Amanda mengacak rambut adik lelakinya yang terbilang ulet menjalankan bisnis Kakaknya.Ucapan Adi membuat Amanda semakin semangat menjalankan bisnis fashionnya. Tak disangka, yang dulunya hanya sebuah toko dengan ukuran 3 x 4 meter sekarang menjadi Butik besar dengan dua lantai. Awalnya hanya berupa baju hasil jahitan teman, sekarang merambah ke suplyer dari berbagai industri garmen yang cukup ternama."Ya, sepertinya uang hasil dari Butik pertama dan kedua sudah cukup untuk membuka Butik ketiga. Kita sewa ruko untuk membuka Butik ketiga, Ad
Arman tak bisa berkutik ketika Bu Ratna mengambil semua bonus yang arman miliki. Hampir tiap hari Bu Ratna pergi - pergi tidak jelas."Jeng, aku kenalin sama seseorang."Bu Ratna mengernyitkan dahinya setelah menyimak tawaran Bu Rita. Selama ini Bu Rita memang suka berkumpul dengan teman - teman cowoknya."Oh ya. Siapa?" Bu Ratna penasaran dengan seseorang yang akan dikenalkannya."Berondong kaya. Tenang saja, dia memang penyuka tante - tante seperti kita."Kedua bola mata Bu Ratna terbelalak kala Bu Rita akan mengenalkannya dengan seorang berondong. Meskipun sudah berumur namun penampilan mereka berdua seperti sedang menolak tua."Wah, ide bagus nih. Mana nih berondongnya?""Tenang saja, sebentar lagi datang kok. Yuk pesan makan dulu sambil menunggunya."Bu Rita dan Bu Ratna segera memesan makanan sembari menunggu berondong yang dimaksud oleh Bu Rita. Bu Ratna terkejut ketika sekilas melihat bayangan Amanda m