"Obatmu jangan lupa diminum, Faris!" pesan Dokter Amir ketika kembali mengingatkan Faris untuk selalu mengkonsumi obatnya."Tenang saja, Aku akan selalu mengkonsumsi obat ini agar usiaku lebih panjang."Dokter Amir heran dengan perubahan Faris, wajahnya selalu menampakkan rona kebahagiaan. Tidak seperti biasanya yang hanya pasrah menunggu maut datang menjemputnya. Lemahnya otot jantung akibat dari kebiasaannya dulu."Tumben semangat, apa sedang jatuh cinta?" Dokter Amir mengorek alasan pasien sekaligus temannya atas perubahan yang telah dia dapatkan."Hanya bertemu dengan cinta pertamaku, dan statusnya juga akan resmi menjanda. Mungkin ini kesempatanku agar bisa hidup bersama dengan wanita pujaanku diakhir hayatku."Faris menerawang ke langit - langit ruangan Dokter Amir. Dokter Amir menggeleng pelan atas sikap Faris."Ya, setelah hidup bersama terus kamu juga pasti akan meninggalkannya selamanya."Faris menatap sendu ke arah Dokter Amir. Selama ini Dokter Amir meminta Faris untuk men
Faris asik bercengkerama bersama dengan kedua sepupunya dan Bu Maya. Faris memang lelaki humoris dan tidak pernah mengeluh, terlebih lagi Faris bisa menjadi contoh bagi mereka berdua atas banyaknya prestasi yang didapatkannya semenjak masih sekolah."Baiklah Tante, karena disini Faris merasa betah maka Faris akan menginap malam ini di sini." Faris begitu nyaman bersama dengan keluarga Bara. Bu Maya mempersilahkan Faris menginap dengan senang hati dan mengantarnya ke kamar tamu. "Aku tidur di kamar Bara aja, Tan!" Faris menolak ketika Bu Maya mengantar ke kamar tamu. Faris ingin mendapatkan info mengenai Amanda lebih banyak lagi. Bara terpaksa menerima permintaan Kakaknya untuk tidur di kamarnya. Bara segera menyiapkan ranjang sorongnya untuk Faris."Tidurlah, Kak! Bara akan tidur dulu." Bara merebahkan tubuhnya di ranjang yang nyaman. Begitu juga dengan Faris merebahkan di ranjangan bagian bawah."Apa yang harus aku berikan kepada Amanda agar dia bisa menerimaku kembali?" Bara diam
Bara menghindari kontak mata dengan Amanda. Bara berbalik dan segera menuju ke ruang direktur. Amanda menatap punggung Bara yang semakin menjauh. Entahlah, perasaannya tidak rela jika Bara menjauhinya."Bolehkah aku memintamu untuk jangan pergi?" gumam Amanda yang tidak mampu mengucapkan.Amanda beralih keruang kerjanya, duduk dan memijit pelipisnya. Merasakan dua cinta yang begitu mendalam disaat dirinya belum ingin menjalin hubungan dengan orang lain.Drtt Drtt. Panggilan dari mantan mertua, Amanda merasa malas sekali untuk menerima panggilan darinya. Namun dengan sangat terpaksa dia menerima panggilan masuk dari mantan mertua."Iya, Tante. Ada apa?" Amanda mencoba bersikap lembut meski hatinya terasa gemas sekali dengan sikap mantan ibu mertuanya."....""Apa? seratus juta?" Amanda terkejut ketika sang mantan mertua meminta uang sejumlah seratus juta dengan ancaman akan membayangi dirinya dengan teror.".....""Tapi sepertinya saya tidak takut, CCTV butik saya terhubung dengan piha
Amanda mengusap air mata kesedihannya ketika Bara pergi meninggalkannya. Disandarkan badannya kembali di kursi agar lebih tenang. Ingatannya bersama dengan Bara dalam susah maupun duka membuatnya tidak rela jauh dengan Bara.Drrt drrt. Panggilan dari Om Herman yang mengatakan jika sidang ketiga Amanda tidak perlu datang. Karena khawatir pihak Arman akan mempengaruhi Amanda karena kesuksesan Amanda telah tercium oleh mereka. Om Herman memang sosok pengacara paruh baya yang cukup banya prestasi dalam memenangkan sidang kliennya. Ada perasaan lega namun tetap harus waspada jika sewaktu - waktu pihak Arman dan keluarganya kembali mengusik mereka.Drrt drrtt. Ponsel Amanda kembali berdering dan melihat Arman menghubunginya. Amanda segera mematikan panggilan dari Arman dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Ponsel kembali berdering ketika Arman menghubunginya namun Amanda kembali menonaktifkan ponselnya. "Kenapa masih menggangguku, sih!" Amanda menggerutu karena Arman berkali - kali menghu
Malam sepulang dari rumah Arman, gegas Vera kembali ke apartemennya. Perasaan kesal ketika kembali ke apartemennya karena harus bertemu dengan Heru yang keadaannya sudah miskin. Apalagi semenjak berpisah dengan Giselle, Heru hanya berdiam diri di apartemen tanpa usaha untuk kembali bekerja atau apapun yang menhasilkan uang. Pekerjaannya hanya minta dilayani dan bermain ponsel."Bisa gak sih kamu cari pekerjaan, Mas?" Heru tak menghiraukan ucapan Vera dan fokus ke ponselnya."Buat apa kerja, anakku akan diasuh Arman. Kamu juga pastinya akan dapat jatah dari Arman juga." Heru tanpa bersalah mengucapkan hal itu kepada Vera. Vera memijit pelipisnya dengan perubahan sikap Heru sehingga Vera ingin sekali menendangnya keluar dari apartemen. Ditambah lagi sekarang Heru tidak punya apa - apa lagi selain menumpang di apartemen Vera. Heru senyum sendiri sembari menatap ponselnya, seperti sedang berinteraksi dengan seseorang."Kenapa kamu tersenyum, Mas?" "Bukan urusanmu!" sahut Heru tanpa men
Vera sengaja pendekatan dengan Bu Ratna demi kelancaran sampai pernikahan tiba. Dan setelah itu, Vera akan mengusir Bu Ratna. "Tante, Vera seneng banget akhrinya perceraian mereka telah usai. Dan sebentar lagi Vera akan menikah dan melahirkan anak Mas Arman." sengaja Vera mengatakan tentang anak yang dikandungnya agar Bu Ratna semakin menyayanginya."Iya, Tante juga senang sekali. Pernikahan kalian kan sebentar lagi, Tante harap kalian berdua menjaga kesehatan agar tidak sakit ketika pernikahan." Vera terlihat bahagia karena Bu Ratna semakin mengharapkan cucu yang ada dalam kandungan Vera."Tenang saja, Tante. Vera selalu menjaga kesehatan kok. Oh ya, Vera mau pulang dulu Tan. Nanti sore rencana mau perawatan." Vera mulai mengada - ngada agar segera menyingkir dari Bu Ratna yang matre."Ini hanya berlaku hari ini, Tante. Lihat saja setelah aku menikah dengan Mas Arman. Siap - siap aja aku kirim kamu ke panti jompo." batin Vera dengan senyum sinis melihat Bu Ratna berfoto dengan cinci
Setelah jam kerja selesai, Amanda segera membereskan semua berkas dan merapikannya. Rencana sore ini Amanda akan mengunjungi Butiknya setelah minta izin kepada kedua orang tuanya. Ya, sejak perceraian terjadi, Amanda sengaja meminta kedua orang tuanya untuk tetap tinggal di rumahnya. Selalu berkumpul dengan orang tuanya adalah hal yang paling diinginkan Amanda setelah lama tidak berkumpul.Amanda berjalan menelusuri lobi dan berakhir di parkiran. Amanda melajukan mobilnya untuk keluar ke jalan raya dan menuju ke Butiknya. Amanda tak menyadari jika Arman mengikuti dari belakang dengan mobilnya. Seperti biasa, Amanda akan melewati jalan pintas yang cukup sepi namun keadaan tersebut menjadikan Arman ingin segera berbicara dengan Amanda. Arman menyalib dan merubah mobilnya menjadi melintang tepat di depan mobil Amanda.Amanda berhenti mendadak dan mengamati siapa pelaku yang ada di depannya. Arman membuka pintu dan mengetuk pintu mobil Amanda. Amanda bahkan tidak menghiraukannya saat Arm
Vera mencari keberadaan orang yang telah mengambil gambarnya diam - diam. Vera khawatir jika sampai Arman tahu bahwa dirinya sedang melakukan hal terlarang dengan seseorang.Vera berkacak pinggang karena tidak bisa mengetahui pelakunya. Gegas Vera masuk ke dalam mobilnya dan segera pulang. "Aku membalaskan dendammu, Mas. Dia wanita yang ada di dompetmu, ternyata dia bukanlah orang yang baik." Farida mengendarai motor sportnya dan kembali pulang. Sesampai di rumah, Farida melihat Heru sedang duduk di teras. Di hari ketiga keadaan Heru mulai membaik. Bahkan sudah bisa bangun sekedar duduk meski belum bisa melakukan beraktivitas yang berat. Pagi tadi Heru menceritakan siapa Vera sebenarnya, dan apa yang telah Vera lakukan padanya. Hingga akhirnya Farida membalas dendam kepada Vera.Farida mengerti bagaimana jika berada di posisi Heru. Lelaki yang bersedia memberikan apa yang dia minta namun seharusnya Vera tidak serta merta seperti itu.Farida mengamati foto Vera dan seperti tidak asing