Share

Bagian 4

Acara di masjid telah selesai, Allura keluar dari dalam masjid untuk mencari Dion, yang tadi minta uang untuk membeli jajan tetapi tidak kunjung kembali.

Dari kejauhan Allura melihat ada kerumunan.

"Bu itu ada apa ya?" Tanyanya dengan seorang ibu-ibu.

"Oh itu tadi ada korban tabrak lari," jawab ibu itu lalu berjalan meninggalkan Allura.

Allura mendekat ke kerumunan itu dengan perasaan yang tidak tenang. Betapa terkejutnya ia melihat siapa yang menjadi korban. Matanya memanas, dadanya sesak, bagaimana tidak jika yang korban itu adalah Dion-putranya.

"Diiiooon!" Teriaknya histeris. Ia memangku kepala putranya yang bersimbah darah itu.

"Dion, bangun sayang!" Pinta Allura sesenggukan.

"Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Allura, air matanya mengalir deras ke pipinya.

"Tadi saya sempat melihat putra ibu ini bertengkar dengan seorang pria dan wanita. Saya tidak tahu pasti awal mereka bertengkar bagaimana, tetapi saya lihat wanita tadi tidak terima dengan ucapan dari putra ibu, lalu wanita itu mendorong putra ibu hingga jatuh terguling ketengah jalan," ucap bapak-bapak yang sempat melihat sekilas kejadian tadi.

"Pria dan wanita?" Gumamnya Allura.

"Saya tadi juga ikut memperhatikan dari awal." Sahut ibu-ibu, lalu ia menjelaskan kejadian awal hingga terjadinya kecelakaan.

Mendengar penjelasan ibu itu, Allura mengepalkan tangannya.

"Kurang ajar kalian." Ucap Allura. Tidak lama kemudian ambulans tiba.

Allura menunggu dengan perasaan yang tidak tenang, ia terus mondar-mandir di depan UGD.

Satu jam kemudian dokter keluar dari ruangan dan mengatakan bahwa Dion akan di pindahkan keruang rawat.

"Dion, bangun sayang," kata Allura setelah Dion di pindahkan keruang rawat.

Allura terus menatap wajah putranya itu, namun Dion belum juga membuka matanya.

Tidak tahu dimana Jonathan dan Tiara pergi setelah mereka menyebabkan kecelakaan putranya itu. Tidak tahu diri, setidaknya bawa Dion kerumah sakit, agar cepat mendapatkan pertolongan, tetapi mereka langsung pergi tidak tahu kemana.

Allura tersadar dari lamunannya, setelah mendengar Dion merintih dan tubuhnya kejang-kejang.

"Dokter, suster!" Teriak Allura panik.

"Pemisi Bu, ibu silahkan keluar terlebih dahulu," pinta salah satu perawat.

"Tapi saya mau lihat putra saya," ucap Allura enggan untuk keluar.

"Biar kami periksa dulu Bu," ucap perawat itu.

Dengan berat hati akhirnya Allura keluar, ia mendudukkan tubuhnya di kursi tunggu didekat ruangan tempat Dion di rawat.

Beberapa saat kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan.

"Bagaimana keadaan putra saya dok?" Tanya Allura was-was.

Dokter itu menghela nafas. "Maaf Bu kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi yang diatas lebih sayang putra ibu. Putra ibu telah meninggal dunia."

Jdarr!

Seperti tersambar petir di siang bolong, tubuh Allura terasa lemas.

"I-ini tidak mungkin. Dokter pasti bercanda kan?" Tanya Allura, yang tidak percaya kalau putranya itu telah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

"Ibu bisa lihat kedalam, kalau begitu saya permisi dulu." Dokter itu melangkah pergi.

Ia masuk kedalam dengan, terlihat tubuh putra nya itu telah tertutup oleh kain putih.

Dengan perlahan-lahan Allura membuka kain itu, air menangis sambil memeluk putranya.

"Kenapa kamu tinggalkan bunda sayang? Bunda sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Bangun sayang, bunda mohon bangun." Allura menangis sesenggukan.

Kini ia tidak memiliki siapa-siapa lagi. Sumber kekuatan dan kebahagiaannya sudah pergi meninggalkannya untuk selamanya.

"mbak Allura yang sabar ya, doakan Dion supaya tenang disana," ucap Bu Siti sambil memeluk Allura.

"Aku akan membalas perbuatan kalian." Allura berkata penuh penekanan.

Malam harinya proses Pemakaman telah selesai. Namun Allura enggan untuk beranjak dari gundukan tanah itu.

"Mbak Allura ayo pulang," ajak Bu Rika.

"Bu kenapa Dion meninggalkan saya sendirian? Tadi pagi sebelum berangkat putra saya bilang ingin ikut mengaji bareng farel dan teman-temannya," ucap Allura sambil menangis sesenggukan.

"Sabar mbak, sudah takdir yang mahakuasa," ucap Bu Rika menenangkan Allura yang sekarang di pelukannya.

"Ayo mbak pulang, mbak Allura harus istirahat." Lanjutnya.

"tidak Bu saya masih mau disini."

"mbak boleh sedih, tapi jangan berlarut-larut kasihan Dion pasti juga ikut sedih."

"ayo mbak."

"Iya Bu." Allura dengan berat hati akhirnya ia beranjak untuk pulang.

Keesokan harinya Allura terus mengurung dirinya di rumah, ia belum sama sekali keluar untuk sekedar menyapa tetangganya. Membuat Bu Rika dan yang lain merasa khawatir, akan tetapi mereka juga memahami perasaan Allura yang masih berduka.

"Kasihan mbak Allura," gumam Bu Rika sambil menatap pintu kos milik Allura.

"Permisi Bu, apa benar ini tempat tinggal milik mbak Allura?" Tanya seorang pria.

"Iya pak benar, tapi orangnya lagi sibuk." Jawab Bu Rika.

"Ini Bu ada surat dari pengadilan agama untuk mbak Allura." Pria itu menyerahkan sebuah kertas kepada Bu Rika.

"Iya pak terimakasih."

Setelahnya pria itu pergi meninggalkan Bu Rika yang masih menatap surat itu. Ia merasa kasihan dengan Allura, semuanya pergi meninggalkan dirinya secara bersamaan.

Malam harinya terlihat Allura sedang duduk di teras. Bu Rika menghampirinya sambil membawa surat dari pengadilan agama yang di titipkan kepadanya tadi.

"Mbak ini ada surat dari pengadilan agama, tadi di titipkan kesaya."

"Makasih ya Bu. saya masih tidak menyangka, semuanya pergi meninggalkan saya secara bersamaan, hiks." Allura kembali menangis. Bu Rika meraih Allura kedalam pelukannya.

"Sabar ya mbak, mbak Allura harus bisa bangkit untuk membalas perbuatan mantan suami mbak."

"Iya Bu terimakasih, mungkin setelah proses persidangan selesai, saya akan pergi keluar negeri. Tadi sudah saya pikirkan matang-matang."

"Apapun keputusan yang mbak Allura buat, saya akan selalu mendukungnya."

"Terimakasih Bu."

Beberapa hari kemudian setelah Allura resmi bercerai dengan Jonathan, malam harinya ia bersiap untuk berangkat ke luar negeri besok pagi. Banyak tetangga-tetangganya yang berkumpul di kosnya, untuk memberikan semangat dan dukungannya untuk Allura. Mereka juga berpesan agar Allura tidak melupakan mereka, dan di jawab pasti oleh Allura.

"mbak Allura hati-hati ya disana, jangan lupakan kita semua, dan juga cepat kembali kesini," ucap Bu Dona.

"iya Bu, saya tidak akan melupakan kalian. saya juga akan secepatnya kembali kesini."

"iya mbak, kami juga turut prihatin atas apa yang menimpa mbk Allura. saya tahu rasanya pasti sangat menyakitkan," sahut Bu siti.

Mereka terus berbincang-bincang, juga bercanda membuat Allura melupakan masalahnya sejenak. Allura beruntung memiliki tetangga yang tidak julid, tetapi tetangganya selalu mendukungnya dan memberikan semangat.

"Allura keluar kamu!" Suara teriakan dari luar mengejutkan semua orang didalam.

"Siapa sih teriak-teriak? tidak sopan sekali," tanya Bu Siti kesal.

"iya tidak sopan," sahut Bu Rika .

"Biar saya lihat sebentar." Allura keluar untuk

melihat siapa yang datang. Betapa terkejutnya ia melihat siapa yang datang dan teriak-teriak dirumahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status