"ayo kita makan dulu, sepertinya bibi sudah selesai menyiapkan makanan," ucap mommy Shofie, mengajak mereka untuk makan."Ayo Daddy juga sudah lapar." Mereka semua melangkah pergi ke dapur untuk makan.Tidak ada percakapan diantara mereka ketika makan. Karena Johan selalu mengajarkan untuk tidak berbicara ketika sedang makan.Selesai makan, mommy Shofie meminta Allura untuk beristirahat. Allura sendiri juga sangat lelah."Sayang, bagaimana kalau kita menjodohkan Zevan dengan Ara?" Tanya Shofie kepada suaminya."Aku setuju, tetapi tidak dalam waktu dekat ini. Kamu tau kan kalau Ara itu sedang berduka? Dia juga terlihat trauma untuk menjalani pernikahan kembali.""Dari mana kamu tau kalau Allura itu trauma?""Hanya menebak saja. kalau tebakan aku benar, bukankah itu wajar jika Ara trauma? Aku tahu benar bagaimana perjuangan dan pengorbanannya dulu, lalu sekarang dia di khianati." Shofie menganggukan kepalanya, ia juga tau bagaimana perjuangan dan pengorbanan Ara dulu. Dalam hatinya ia
"iya, ada apa ya?" Tanya Allura saat melihat seorang wanita menatapnya tajam."Kamu karyawan baru ya disini?" Tanya wanita itu, yang namanya adalah Susi."Iya kenapa?" Tanya Allura lagi."Beliin aku makanan diseberang jalan sana!" Perintahnya."Maaf, bukannya sudah waktunya masuk kerja?" "Iya terus kenapa? Saya mau kamu beliin aku roti diseberang jalan sana!" "Baiklah istirahat nanti akan saya belikan," ucap Allura sambil tersenyum ramah."Sekarang! Cepat!" "Tapi sudah waktunya bekerja.""Kamu berani melawan saya? Saya ini calon istri pak Zevan," tegasnya, membuat Allura menatapnya tidak percaya.Apa benar dia ini calon istrinya Zevan? Masa iya seleranya kaya Tante-tante kurang disentuh begini, pikir Allura."Maaf, saya tidak tahu, kalau begitu akan saya belikan," ujar Allura sambil menunduk."Pakai uang kamu dulu," ujar susi lalu melangkah pergi meninggalkan Allura yang menatapnya tidak percaya."Mudah sekali dia berbicara," gumam Allura lirih."Permisi pak, ini ada berkas yang p
"hehe, kan Zevan mau liburan bareng keluarga juga, memang tidak boleh?""Boleh aja, asalkan untuk tiketnya kamu yang beli, setuju?" Tanya mommy Shofie membuat pak Johan menggelengkan kepalanya."Itu gampang, jadi rencananya mau pergi kemana?""Ara, ada ide?" Tanya Zevan sambil menatap Allura."Ara, ikut aja, terserah mau kemana," Jawab allura."Tapi, sepertinya Ara tidak ikut," sambungnya. "Loh, kenapa?" Tanya mommy Shofie dengan suaranya yang lembut."Ara tidak ada biaya, buat liburan," jawabnya sambil tersenyum."Tenang aja sayang, kita yang bayarin, kan mommy sudah menganggap Ara seperti anak sendiri. Untuk tiketnya, Zevan yang beli." Mommy Shofie mengelus rambut panjang Allura dengan lembut."Tapi, mom....""Tidak ada penolakan, sayang. Pokoknya Ara harus ikut, kalau tidak mommy akan marah," ujar mommy Shofie, sambil pura-pura marah."Yah, jangan dong mom. Oke deh, Ara ikut," Jawabnya membuat mommy Shofie tersenyum senang.Pak Johan dan Zevan, yang melihatnya hanya bisa menggeleng
Flashback di kantor.Allura berdiri di belakang kursi Zevan, yang masih berbicara dengan Susi.Tiba-tiba ia merasakan kepalanya sangat pusing, Allura duduk di lantai karena ia sangat lemas untuk berdiri.Ia berpikir saat masih di rumah, pusingnya akan hilang dengan sendirinya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk tetap berangkat ke kantor.Setelah selesai berkumpul tadi, sebenarnya ia akan istirahat sebentar, tetapi Zevan memintanya untuk ikut masuk kedalam ruangannya, mau tidak mau Allura mengikuti Zevan.Merasakan kepalanya yang semakin pusing dan badannya juga lemas, akhirnya Allura tidak sadarkan diri tepat di belakang kursi Zevan. Saat di kantor badannya memang tidak panas, mangkanya Zevan mengira Allura hanya tidur.Flashback off.Allura sudah pindah ke ruang rawat, ia juga belum sadarkan diri. Hingga malam hari sekitar pukul 21.00, ia sadar dan hanya ada Zevan yang tidur dikursi diruangan itu."H-haus," lirihnya, ia mencoba meraih gelas di atas meja yang ada di sampingnya. Ak
Satu bulan kemudian, Jonathan dan Tiara tengah sibuk mengurus pernikahan mereka, yang akan berlangsung satu Minggu lagi.Banyak yang mereka undang, termasuk juga Zevan. Jonathan tidak mengetahui kalau Allura saat ini tinggal di luar negeri, bersama Zevan dan keluarganya. Kalau ia tahu, tidak mungkin ia mengundang Zevan, karena ada kemungkinan besar Zevan pasti mengajak Allura.Zevan dan Allura juga semakin dekat, banyak hal yang mereka lakukan, untuk menghabiskan waktu bersama."Aku dapat undangan pernikahan dari mantan suami mu, kebetulan aku juga perusahaan cabang di Indonesia, ada sedikit masalah. Apa kamu mau ikut?" Tanya Zevan, saat ini ia sedang berada di sebuah taman bersama Allura, yang tidak jauh dari perusahaannya.Allura menghela nafas, sebelum menjawab pertanyaan dari Zevan, pandangannya lurus ke depan, menatap seorang anak kecil laki-laki, yang tengah bermain dengan seorang wanita, yang mungkin itu adalah ibunya."Aku belum siap untuk bertemu dengan mereka, kemarin aku ti
Zevan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, setelah ingat jika ia meninggalkan Allura sendiri di apartemen."Astaga, lupa. Sorry Ara," ujarnya sambil terus mengemudikan mobilnya.Perasaannya tidak tenang sama sekali, hampir saja ia menabrak seorang pedagang yang mendorong gerobaknya."Maaf pak, maaf, saya tidak sengaja," Zevan meminta maaf atas kejadian barusan, walaupun pedagang itu tidak tertabrak."Iya tidak apa-apa, saya juga salah karena mau nyebrang tidak lihat-lihat dulu.""Ini pak, saya berikan uang sebagai ganti ruginya." Zevan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah, pada pedagang itu."Loh, Tapi kan....""Saya permisi dulu ya, pak. Buru-buru."Sesampainya di apartemen, Zevan mendapati Allura yang tidur di kamar."Ara, bangun! makan dulu! Maaf ya tadi aku lupa kalau ninggalin kamu sendiri.""Tidak lapar," jawab Allura dengan suara khas bangun tidur."Tapi kamu kan belum makan.""Aku tidak lapar," jawab Allura yang masih berbaring, tidak menatap Zevan sama denga
Tiara menghela nafas lega, suaminya itu tidak lagi marah kepadanya.Tapi beberapa saat kemudian, ia terkejut melihat seluruh tubuhnya merah-merah, dapat dipastikan itu adalah perbuatan suaminya.Untuk menutupi bekas merah dilehernya yang lumayan banyak itu, Tiara menggunakan fondation.Setelah selesai, ia turun untuk sarapan, bersama dengan yang lain."Ciee pengantin baru," ucap salah satu saudara perempuannya."Apa sih," Tiara tersenyum malu."Sudah-sudah ayo makan," sahut ibunya Jonathan.Mereka menikmati sarapan pagi itu dengan penuh kebahagiaan, terutama pasangan baru itu.Sementara itu di sisi lain, Zevan yang baru bangun tidur, di kejutkan dengan kabar yang ia terima, dari beberapa orang kepercayaannya di perusahaan.[Apa? Kenapa bisa?] Tanyanya dengan nada yang terkejut.[......][Baiklah, saya akan segera pulang.]Zevan melemparkan ponselnya, di atas tempat tidurnya. Niat ingin mandi dan jalan-jalan bersama Allura, ia urungkan. Dengan tergesa-gesa Zevan terus menggedor pintu k
Melihat Susi sudah keluar dari ruangan Zevan, Allura bergegas masuk, terlihat Zevan yang fokus pada layar laptopnya."Aku rasa, aku sudah lama menunda apa yang seharusnya aku lakukan, jadi mulai hari ini aku harus cepat bergerak," ujarnya membuat Zevan menatapnya dengan serius."Tentang pembalasan dendam mu?" Tanyanya sesaat kemudian."Iya, aku harus segera mengambil kembali hak ku.""Aku mengerti, aku akan membantumu, tapi tunggu masalah perusahaan selesai. Seperti apa yang kamu katakan semalam, ternyata benar kejadian ini direncanakan oleh orang yang sama, dan disini ada mata-mata.""Mata-mata? Siapa dia Van?" Tanyanya."Dia adalah...."Waktu terus berjalan, malam ini Zevan dan Allura mengantarkan Daddy Johan pergi ke Indonesia, untuk menangani masalah cabang perusahaan disana."Dad, kenapa tidak beli pesawat aja!" Tanya Zevan sambil terus fokus pada jalanan, karena ia yang mengemudikan mobilnya."Daddy lebih suka, naik pesawat seperti ini, tidak bosan saat di perjalanan.""Oh iya,