"Apa, apa tadi maksud kalian? Istriku kembali?"Ibu-ibu yang berada di sana sontak terkejut saat Hadi tiba-tiba datang dan memberondong mereka dengan banyak pertanyaan.Ibu-ibu itu saling pandang dengan temannya yang lain, mereka tidak sadar jika obrolannya terdengar oleh sang juragan. Tamat sudah."Katakan padaku, apa itu benar?" tuntut Hadi sekali lagi.Ibu-ibu tersebut saling sikut, menyuruh salah satu dari mereka untuk terus terang padanya."Anu ... Bu Hana sudah kembali, Juragan. Sudah lama.""Apa?!""Tapi, dia menghilang lagi, kami tidak tahu dia ke mana."Hadi terkejut. "Hilang? Bagaimana bisa?"Salah satu ibu tersebut menggeleng. "Awan dan Susi juga meninggal. Banyak yang bilang kedatangan Bu Hana ke desa ini membawa bencana. Satu desa kena tulah."Setelah mendengar hal itu, jantungnya langsung berdetak kencang, darahnya seketika bergejolak, naik ke atas kepala. Hadi rasanya tidak percaya saat mendengar penjelasan tentang hal ini. Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh orang-o
Hadi sampai di rumah besar kediaman Risma. Dia masuk ke rumah dengan segera dan mencari sang ibu ke setiap kamar. Sayangnya, Risma tidak ada di sana.Hadi dan segala rasa emosi yang bercampur dalam hatinya mulai mengecek semua sudut ruangan yang ada di dalam rumah itu. Ketika ia memutar knop pintu salah satu kamar, pintu itu terkunci. Ibunya pasti berada di dalam."Bu! Buka pintunya!" panggilnya kasar. Tidak ada sahutan dari dalam.Hadi kembali menggedor pintu dengan keras, sehingga para pelayan yang ada di sana, terkejut melihat apa yang sedang terjadi."Ibu!!" Kesal karena sang ibu tak kunjung membuka pintu, Hadi menendang pintu itu hingga ada yang patah. Tak lama kemudian pintu itu terbuka.Hadi terkejut saat melihat seisi ruangan tersebut. Pengap, bau kemenyan dan anyir darah memenuhi setiap sudut ruangan. Darah bercerer di lantai, ada meja persembahan penuh bunga kamboja. Ruangan itu temaram hanya disinari cahaya lilin.Risma panik ketika melihat Hadi masuk ke dalam ruangan ters
"Hadi, Hadi ... katakan di mana anakku sekarang?!" Risma mencengkeram kerah baju Surya dengan kuat, wanita itu histeris ketika Surya mengatakan bahwa Hadi tidak kunjung kembali ke tempatnya sejak kemarin, dia juga tidak tahu Hadi pergi ke mana.Biasanya Hadi akan pergi ke luar untuk menenangkan diri, kemudian kembali pulang dan mengeluh padanya bahwa Hana tidak kunjung ditemukan. Bukannya Surya tidak mau berterus terang, hanya saja ... kondisi saat ini sedang sulit, ditambah sang ibu yang terus meracau tidak jelas.Surya sendiri tidak mengerti masalah yang sedang keluarga itu hadapi, karena dia tidak tega untuk bertanya langsung pada Hadi. Pria itu tampak benar-benar frustrasi."Aku tidak tahu, Bu. Hadi pergi begitu saja. Dia belum pulang sejak kemarin.""Kenapa, kenapa kamu tidak mencegahnya, Surya. Apa yang kau lakukan?! Bawa dia kembali, bawa putraku kembali sekarang!" Risma terus berteriak histeris.Risma memukul tubuh Surya dengan separuh tenaganya. Akan tetapi, Surya tidak bisa
"Aku akan membantumu."Hal pertama yang Hadi lakukan adalah meyakinkan diri apakah ini hanya ilusi belaka atau benar-benar sebuah kenyataan. Dia tentu saja tidak mau repot-repot merasa percaya lebih dulu sebelum mengetahui apakah hal yang didengarnya memang asli atau hanya ulah manusia iseng dari atas sana, tetapi apa pun itu, Hadi agak lega karena ada yang menemukannya.Hanya sampai di sana pemikirannya, sebelum akhirnya Hadi tersadar bahwa apa yang dia dengar bukanlah ilusi semata."Hana, itu kamu, kan? Kamu masih hidup?" tanya Hadi lebih dulu.Tak ingin menunjukkan rasa ketakutan yang menjalar di hatinya, Hadi menatap mata wanita itu dalam-dalam. Dia tak bersayap-jelas bukan siluman. Wanita itu hanya menampakkan setengah wajahnya di batas jurang demi melihat posisi Hadi di bawah sana."Kau tidak perlu tahu. Yang jelas, aku datang ke sini untuk menolongmu," jawab wanita itu, mengabaikan pertanyaan Hadi.Sebuah tali tambang terjulur ke bawah tepat di hadapan Hadi, Hana menyuruh pria
Hana mengamati rumah kediaman suaminya yang temaram itu dengan kewaspadaan yang tinggi. Ia merasakan hawa lain di sana. Embusan angin yang kuat membuat Hana yakin bahwa yang menjaga rumah itu saat ini bukanlah manusia. Ia menebak bahwa Hadi pun tidak ada di rumah. Namun, aura yang berbahaya itu menariknya ke rumah ini. Nyai Dasimah memancing Hana melalui Hadi. Sungguh, dukun terkutuk itu sedang mencari gara-gara dengannya. Hana mulai terbakar amarah, beraninya mereka memanfaatkan pria itu.Dia tidak bisa merasakan aura Hadi di mana pun, yang berada di sekelilingnya sekarang hanyalah aura panas dan mencekam.Hana berlari masuk ke rumah itu dengan raut wajah cemas. Ia semakin cemas ketika tidak merasakan aura Hadi di mana pun. Dengan langkah tergesa-gesa ia menuju kamar mereka. Tubuhnya gemetar menandakan perasaannya yang semakin gundah.Seisi rumah kosong, bahkan para pelayan pun tak ada di sana. Hana cemas karena mendapat firasat buruk. Hadi dibawa oleh dukun itu ke tempat lain.Den
"Di mana Hadi? Di mana kau menyembunyikannya?"Hana menatap Risma dengan tajam. Aura mengintimidasi tampak di wajahnya. Risma terkekeh sinis mendengar pertanyaan itu, dia mendekati Hana dan berjongkok di sebelahnya. "Kau tidak akan bisa bertemu dengannya lagi. Jadi, berhenti menyebut nama anakku!""Sebenci itukah kau padaku?"Risma tersenyum sinis. "Kenapa? Kau masih penasaran kenapa aku begitu membencimu? Kau serius mau dengar?"Hana tidak menjawab. Namun, Risma membuka suara. Dia mulai mengeluarkan segala unek-uneknya pada wanita itu. "Sudah sering kukatakan sebelumnya, bahwa aku tidak suka dengan gadis kampung. Karena gadis kampung kebanyakan sangat sok. Taunya cuma memoroti uang suaminya. Tidak berpendidikan, norak. Alasan lainnya, bahwa putraku Hadi, sudah aku jodohkan sejak lama dengan Dinda. Kau tau Dinda, kan? Dia lahir dari keluarga terpandang, berpendidikan tinggi, dan terhormat. Berbanding terbalik denganmu. Kau, sama sekali tidak masuk dalam kriteria menantu yang aku ing
"Hentikann!!"Tiga orang itu sontak menoleh ke asal suara begitu mendengar teriakan dari arah belakangnya. Mereka semua terkejut melihat Hadi tampak susah payah berjalan mendekat dengan keadaan tertatih.Nyai Dasimah melotot ke arah Risma, dia seolah mencari penjelasan kenapa Hadi bisa meloloskan diri padahal Risma sudah menyekap anaknya itu di tempat yang cukup aman."Mas Hadi, jangan mendekat!" Hana balas berteriak, mencegah Hadi agar tidak mendekatinya. Api terus berkobar dari dalam tanah yang retak menjadi dua bagian.Bukannya mendengarkan, Hadi justru semakin berani. Hana kian was-was, dia takut Nyai Dasimah akan mencelakai pria itu. Kondisinya yang masih terikat tidak memungkinkan untuk melindungi Hadi."Hana, bertahanlah. Aku akan menyelamatkanmu!" Hadi kini menatap tajam dukun serta ibunya dengan tatapan penuh amarah. Dia masih tidak percaya bahwa sang ibu bersekutu dengan dukun untuk mencelakai istrinya."Apa yang bisa kau lakukan untuk menyelamatkan istrimu?" tanya Nyai Dasi
Angin kencang tiba-tiba menderu dari arah hutan, pepohonan banyak yang tumbang, putaran angin mengelilingi Hana, matanya berwarna merah seperti darah.Melihat kejadian tersebut, Risma langsung melarikan diri dari sana. Tidak dihiraukannya Hadi yang tergeletak tanpa daya, hanya tersisa Hana dan dukun tua itu di sana sekarang."Kau ...." Nyai Dasimah berdecih. "Beraninya kau menggunakan kekuatan itu."Nyai Dasimah bisa melihat cahaya berpijar dari tubuh Hana, cahaya kehijauan yang menandakan separuh kekuatan sang dewi berada dalam tubuhnya.Nyai Dasimah terus mencemooh Hana, seakan kekuatan perempuan itu tak ada apa-apanya. Hana sendiri bisa merasakan aura ketakutan yang menyusup pada dukun tua tersebut. Kali ini Hana benar-benar tidak bisa diremehkan."Matilah!" Nyai Dasimah melemparkan bola api ke arah Hana, dengan cepat perempuan itu berkelit, serangan tersebut meleset."Mati? Hahaha!" Hana tertawa terbahak-bahak. "Jangan lupa, kita sama-sama jahat. Dalam tubuhmu sendiri tersimpan si