Aksa membulatkan matanya, ketika mendapati Ran yang muncul di balik pintu rumahnya. Pakaian yang ia berikan pada gadis itu, wujud aslinya telah berubah. Kaos hitam berlengan panjang, menjadi lengan pendek dengan model crop top. Celana training panjang menutup mata kaki, menjadi di atas mata kaki.
Ran menutup pintu rumah gurunya itu sesuai intruksi. Kemudian ia berjalan dengan langkah panjang, menghampiri gurunya.
“Emm bajunya tadi sangat besar di badan saya Pak, jadi saya ubah sesuai style saya, karena saya merasa tidak pede mengenakannya. Saya akan ganti harga bajunya, apakah tidak masalah?”
“Cantik,” balas Aksa singkat, lalu masuk ke dalam mobil.
Ran bengong di tempatnya, dan menatap ke satu arah yang sama.
Kemudian Aksa menurunkan kaca mobilnya dan berkata, “Ayo masuk.”
Dengan gugup Ran berlari menuju pintu mobil yang berada di seberang, lalu masuk ke dalam. Ketika ia memposisikan diri duduk di kursi mo
“Syukurlah tidak ada luka serius pada tubuh Sunny. Hasil rontgen pada bagian tulang rusuk Sunny juga bagus, tidak ada yang patah. Rasa nyeri di perutnya terjadi akibat dinding perut yang tadi terbentur, dan luka pada kaki juga tangan bisa diobati dengan obat luar secara rutin setiap dua kali sehari,” jelas dokter pada Ran dan Aksa. Ran hanya diam menatap Sunny sembari menggenggam tangan mungil gadis itu dengan air mata yang masih mengalir. Sambungan telepon yang Ran terima tadi adalah kabar dari saksi tempat Sunny mengalami kecelakaan. Ia dan Pak Aksa langsung bergegas menuju TKP setelah mendapatkan kabar itu. Mereka sampai tepat waktu ketika ambulance dan polisi datang untuk menyelidiki. Ternyata dari cctv salah satu toko yang ada di jalan itu menunjukkan Sunny dikejar oleh dua orang bermotor, kemudian terjadi keributan antara mereka. Salah satu motor terlihat menyenggol motor yang Sunny kendarai, hingga Sunny terjatuh dan tidak sadarkan diri. "Baik, terimak
Dokter Indra, dokter yang tadi merawat Sunny, dengan gugup memimpin Aksa dan polisi tadi menuju ke ruangannya.Di sepanjang koridor rumah sakit itu, beberapa perawat dan pasien yang lewat menatap penuh dengan kesinisan. Keributan beberapa waktu lalu membuat pasien di IGD panik dan ketakutan. Satpam saja tidak berani melerai, karena mengetahui siapa yang saat itu sedang dihadapinya.Sesampainya di ruangan yang dituju, dokter Indra membukakkan pintu untuk Aksa dan polisi itu."Maaf hanya ini tempatnya Tuan," kata dokter Inda kepada Aksa."Tidak masalah, ini hanya sebentar," jawab Aksa, kemudian bergegas masuk dengan sangat siap atas segala opininya.Sebelum Aksa mencapai tengah ruangan, langkah kakinya seketika terhenti. Ia disambut oleh seorang pria bersetelan jas rapi, yang sedang duduk di kursi tamu dengan menyilangkan kakinya. Pria itu menatapnya dengan senyuman angkuh dan meremehkan."Kemari duduklah Aksa," ujar pria itu.Aks
"Makasih Pak untuk tumpangannya," kata Ran pada sopir yang dikirim Aksa untuknya dan Sunny."Sama - sama, mari saya bantu," balas sopir itu sembari membantu Sunny keluar dari mobil.Sunny dan sopir itu berjalan menuju rumah Sunny. Sedangkan Ran mengikuti di belakang sembari membawa helm dan tas yang Sunny bawa. Motor Sunny sedang dibawa ke kantor polisi untuk penyelidikan.Nenek Mariyati yang sudah dikabari sejak di jalan tadi tetap kaget melihat keadaan Sunny yang sedikit pincang dengan perban di kepala. Wanita paruh baya itu lantas menghampiri Sunny dan membantu pak sopir untuk membawa gadis itu ke dalam rumah.Sunny memilih menginap di rumah Ran sampai ia pulih. Jika ia pulang dalam keadaan itu, akan menambah kekhawatiran Ibunya yang sudah memiliki banyak beban. Dan beruntung Ibunya memperbolehkan untuk menginap di rumah Ran, tanpa meminta penjelasan detail, sekalipun itu kali pertama ia menginap di luar.Dengan terburu - buru Ran membukakan pin
"Ran!" Mendengar namanya dipanggil, Ran menoleh. Ternyata suara itu berasal dari Kinan yang berada di seberang jalan, sedang melambai kepadanya. Ran tersenyum kepada Kinan sembari berjalan mendekat ke pinggir. Ia menengok kearah kanan dan kini untuk memastikan jalan kosong, tidak ada kendaraan yang lewat. Kemudian ia menyeberangi jalan itu menghampiri Kinan yang begitu bahagia melihatnya. "Tumben berangkat pagi, Ran," ujar Kinan dengan nada mengejek sembari menyenggol lengan Ran. Ran mencubit lengan Kinan dengan kesal. "Ihhh ngeselin!" tukasnya. Kinan tertawa. "Aku harus ke kelas Sunny dulu untuk mengantarkan surat ijin, jadi harus berangkat pagi," jawab Ran kemudian. Kinan menghentikan langkahnya dan menatap Ran bingung. Ran yang menyadari Kinan tidak berjalan di sebelahnya, ikut menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. Kinan mempercepat langkahnya menghampiri Ran, lalu berkata, "Apa yang terjadi?" Ran men
Ran dan Kinan turun dari bus sembari bergandengan tangan. Tidak ada obrolan dari mereka berdua sampai tiba di rumah Ran. Pukul 07.00 tadi kepala sekolah memberi pengumuman resmi, setelah rapat diselesaikan dengan mufakat. Kegiatan belajar mengajar sementara akan dihentikan karena lingkungan sekolah masih berstatus TKP dan penyelidikan polisi. Jadi untuk melindungi tempat penyelidikan, sekolah ditutup sementara agar bukti yang ada tidak rusak. Selain itu, Pak Andi selaku satpam yang tewas di lokasi kejadian, belum ditemukan. Setelah pengumuman itu, seluruh siswa kembali pulang ke rumah. Beberapa menyambutnya dengan santai, bahkan bahagia karena sekolah libur. Beberapanya lagi merasa prihatin dan cemas. Sehingga, dalam beberapa hari ke depan mungkin tragedi di sekolah itu akan selalu menjadi pembicaraan yang hangat. "Jadi sampai kapan sekolah libur?" tanya Sunny setelah mendengar penjelasan Ran barusan soal sekolahnya. "Gak tau... mungkin setelah jasad
PLAK!!!Sebuah suara tamparan menggema, dari tangan pria berumur empat puluh tujuh tahun, dengan tongkat di tangannya. Tubuhnya bergetar akibat amarah yang bergejolak dalam dirinya. Tatapannya penuh kekecawaan, atas seorang pemuda yang ada di hadapannya itu.Pemuda itu hanya diam menatap pria yang merupakan ayahnya itu. Padahal ia mengunjungi rumah itu hanya jika mau, tetapi disambut dengan tidak baik. Sebuah rumah dengan gemerlap kemewahan yang menjadi kegelapan baginya. Sebuah rumah bak istana, seperti sekotak kardus yang menghimpit tubuhnya.Salah seorang pemuda lagi yang duduk di sofa ruang tengah hanya tersenyum tipis, sembari menyeruput kopi dengan tenang. Seolah tidak terjadi sesuatu."Kamu bertindak seenaknya pada istrimu! Meninggalkan perusahaan demi bekerja di sebuah sekolah biasa, dan memilih tinggal sendiri. Apa itu tidak cukup?" ujar Baron sembari memukulkan ujung tongkatnya tepat ke dada put
Terlihat anak - anak berseragam sama, bernyanyi dengan kompak dalam barisannya. Dua orang wanita yang berada di depan dan belakang barisan, membimbing perjalanan mereka mengelilingi kebun binatang. Beberapa orang yang melewati anak - anak itu tersenyum kagum. Keceriaan anak - anak itu mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain pula. Barisan itu pun berhenti di depan sebuah kandang harimau berwarna oranye bergaris dengan corak putih, yang begitu cantik. "Ini adalah harimau siberia ya teman - teman. Mereka biasanya tinggal di iklim yang dingin. Bulu yang tebal itu melindungi mereka dari hawa dingin," jelas wanita yang membimbing barisan depan. Anak - anak yang tadinya berbaris rapi, mulai berpencar meninggalkan barisan untuk melihat harimau itu lebih jelas. Namun ada salah satu anak yang menatap harimau itu dengan tidak tertarik. "Apakah kau tidak menyukainya, Ran?" tanya seorang anak laki - laki. "Aku ingin melihat rusa," jawabnya.
"Permisi!!!" Ran, Kinan dan Sunny menoleh bersamaan, ketika mendengar teriakan itu. Kemudian mereka saling menatap dengan bingung. "Siapa yang bertamu selarut ini?" ucap Ran. Kinan lantas berdiri, "Bundaku," katanya kemudian berjalan keluar kamar. Ran dan Kinan pun mengikuti Kinan dari belakang. Terlihat Nenek Mariyati yang ikut terbangun karena teriakan itu, telah membukakan pintu. Nampak wajah penuh amarah dari Bunda Kinan yang memandang mereka dengan tidak suka. Setelah Kinan mencapai pintu utama rumah, lengannya langsung ditarik oleh Ibundanya dan dibawa ke mobil. Namun Kinan meronta dan berusaha melepaskan diri hingga terjadi keributan. "Jika kamu tidak patuh, jangan harap bisa temui teman - temanmu itu!" ujar Bunda Kinan. "Aku udah dewasa Bunda, toh aku selama ini tidak menolak semua kehendak Bunda tentang perjodohan dan semuanya," balas Kinan kemudian menarik napas panjang, "Aku juga tidak membuat onar, dan mereka