Share

BAB 5 - Imajinasi Liar Dalam Penyiksaan (21+)

BRAK!

“Lemah! Bangun gak lu!” bentak Grace, setelah mendorong sesorang gadis yang kini badannya basah kuyup karena terjerembab ke dalam genangan air.

Grace adalah seorang siswi kelas sebelas. Dilihat dari seragamnya, Grace satu sekolah dengan Ran. Ia memiliki rambut panjang yang digelung ke atas dengan jedai. Seragamnya terlihat acak – acakan. Ia menggunakan sepatu berwarna, khas anak pemberontak dari kalangan elit.

Grace tidak sendrian karena di belakangnya ada lima orang yang merupakan anggota gengnya. Terdiri dari tiga cowok dan dua cewek.

Gadis pendek sedikit gendut yang menggunakan bandana sebagai hiasan rambut, bernama Jessica. Pria dengan tinggi kira – kira 175 cm mengenakan kaos hitam dipadukan bawahan seragam sekolah, dan berambut keriting bernama Edo.

Di sebelah Edo, berdiri Anton yang masih berseragam rapi. Anton memiliki tinggi yang sama dengan Edo.

Terakhir adalah Ben. Pria yang mengenakan seragam dengan kancing terbuka, dipadukan kaos putih polos dan jam tangan rolex di tangannya. Ben merupakan siswa paling populer di kalangan anak basket dan memiliki tinggi 180 cm. Ia merupakan anak dari seorang konglomerat yang memiliki bisnis perhotelan di Bali. Dibalik semua keunggulan yang ia punya termasuk wajah tampan, Ben adalah cowok playboy.

Gadis yang terjerembab itu bangkit dengan sempoyongan. Kepalanya terasa pusing akibat terbentur kerikil, hingga membuat pelipisnya berdarah.

Anton maju dan mencekik leher gadis itu. “Anak pembantu sialan berani mempermalukan majikannya di depan guru. Dikasih makan juga gak tahu diri,” katanya.

Wajah itu menjadi semerah tomat, akibat kesulitan bernafas. Ia meronta – ronta dan berusaha mendorong Anton namun tenaganya tidak lebih kuat dari pria itu.

“Anton, jika Sunny mati hari ini, kita tidak punya mainan lagi, jadi bersantailah,” ujar Ben sembari berjalan mendekat kearah gadis bernama Sunny itu.

Anton mendengus dengan kesal, lalu melepaskan cekikannya pada Sunny dengan kasar. “Gua rasa dia gak bakal mati secepat itu Ben,” balas Anton.

Gadis yang diketahui bernama Sunny itu, kemudian terbatuk – batuk setelah lepas dari cengkeraman Anton. Perlahan air mata mengalir dari ujung matanya. Sungguh ia tidak tahan lagi harus ada di kondisi itu. Ia bahkan tidak tahu mengapa ia selalu diganggu hanya karena ibunya bekerja sebagai pembantu. Setiap kata yang dia ucapkan, setiap tindakannya selalu dicari kesalahan. Seperti tadi, kejadian yang membuatnya sekarang disiksa lagi. Ia hanya menjawab jujur kepada guru matematika bahwa ia selesai mengerjakan tugas, saat beliau bertanya. Tidak hanya dia, setengah dari teman kelasnya juga menjawab hal yang sama. Namun kenapa dia yang dihakimi?

Padahal dalam sila kelima dasar negara, disebutkan bahwa setiap warga negara akan mendapatkan keadilan, tidak memandang stratifikasi sosial. Bahkan disebutkan juga dalam Undang – Undang negara tentang Hak Asasi Manusia No. 39 tahun 1999 pasal 2 yang isinya berbunyi “Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.”

Namun tidak ada yang peduli tentang itu. Apalah guna peraturan yang harusnya melindungi seseorang namun kesadaran tentang aturan itu tidak dimiliki oleh mayoritas orang. Bahkan mungkin hanya 1% orang yang memiliki kepedulian terhadap masing – masing insan. Meskipun satu kelasnya tahu bahwa ia sering dibully oleh kelima komplotan itu, tidak ada yang mau membantunya. Tetapi, ia juga tidak pernah meminta bantuan kepada mereka, karena ia pun tahu, jika ada seseorang yang membantu, orang itu akan mengalami hal serupa seperti yang ia alami sekarang. Orang yang membantunya juga akan dikucilkan.

Disaat – saat seperti itu, ia merindukan Ran dan Kinan, sahabatnya. Ia selalu berpikir, jika dirinya satu kelas dengan kedua orang itu apakah kondisinya akan berbeda? Karena hanya mereka di sekolah ini yang peduli padanya.

Mereka memang sering bertemu di luar sekolah. Namun di dalam sekolah sangat jarang bisa bertemu. Selain kelas mereka jauh, setiap jam istirahat, ia harus menjadi babu bagi lima komplotan itu. Rasanya ingin sekali ia kabur atau pindah sekolah. Namun, mengingat biaya sekolah mahal dan finansial keluarganya tidak mendukung, ia tidak bisa keluar dari tempat ini. Hanya di sekolah ini ia mendapat bantuan sosial hingga tidak harus membayar biaya sekolah.

Ben menyunggingkan senyum dan mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Sunny. Jari telunjuknya menyentuh leher jenjang Sunny yang berkeringat, lalu meluncur hingga berhenti di payudara Sunny. Lalu ia mencubit payudara yang ada dibalik seragam itu dengan pelan.

“Sayang sekali jika mainan manis ini tidak bisa dimainkan dalam waktu lama,” kata Ben.

Menyaksikan kejadian itu, anak – anak yang lain tertawa dengan puas, seperti mereka sedang menonton sebuah pertunjukan lelucon. Sedangkan Sunny yang saat ini menjadi objek pembulian, hanya diam membeku. Ingin rasanya ia memukul wajah Ben, namun ia terlalu tidak berdaya. Luka di kepalanya, tidak sebanding dengan luka di hatinya saat ini. Ia merasa benar – benar hancur.

“Gak seru, dia hanya diam saja,” kata Edo tiba – tiba.

“Sepertinya dia harus diberi tambahan agar bereaksi seperti bintang porno,” tambah Jessica.

Sunny terkejut mendengar pertanyaan Jessica barusan. Ia langsung mengarahkan tatapan tajamnya pada Jessica. Bagaimana mungkin, seorang perempuan ikut merendahkan perempuan lain. Apakah tidak terpikir olehnya bahwa dirinya juga seorang perempuan? Batin Sunny.

“Eh eh ada yang berani ngelawan nih,” kata Grace sambil berjalan menghampiri Sunny.

Sunny beralih menatap Jessica, “Aku kasihan pada kalian. Sepertinya hidup kalian lebih sengsara daripada aku, sampai harus melampiaskan amarah pada orang lain,” katanya lalu terkekeh pelan.

Mendengar hal itu, Grace lantas merobek seragam yang dikenakan Sunny hingga menampakkan pakaian dalam Sunny.

“Ohooo kalem Grace, masih ada banyak waktu,” kata Ben merespon tindakan brutal Grace barusan. Ben memang tipe orang yang begitu tenang, namun lebih jahat dibandingkan keempat anak lain.

Badan Sunny bergetar ketakutan. Kakinya mulai melemas, hingga ia terduduk di tanah lagi. Tindakan Grace barusan sudah di luar batas. Namun yang paling dia sayangkan, dia tidak bisa membela diri. Sekarang ia sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana penampilannya di depan kelima komplotan itu. Dan ia hanya bisa menangis.

Guntur bergemuruh di langit, seolah marah menyaksikan tindakan biadab anak – anak Tuhan di bumi saat itu. Tidak berlama – lama, air hujan kini mulai membasahi bumi. Terjadi sangat deras, melebur bersama air mata Sunny.

“Hujan nih, lebih baik kita pergi,” kata Jessica sembari menggandeng lengan Grace.

Grace masih berdiri dengan tatapan amarahnya pada Sunny, tanpa ada rasa kasihan sedikitpun.

“Ayoo,” ujar Ben menarik Jessica dan Grace untuk pergi dari tempat itu, meninggalkan Sunny.

Setelah memastikan kelima komplotan tadi pergi, Sunny berteriak sekencang – kencangnya. Dengan keras, ia memukul dadanya tepat di area jantung. Rasanya begitu sesak dan sakit setelah mendapat penghinaan barusan. Ia masih bisa memaklumi tindakan lain, namun tidak kali ini.

***

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Seni Hukum
Penulis yang sangat CERDAS ..., pintar memainkan emosi pembacanya.
goodnovel comment avatar
Dito Adimia
Ben jessic brengsek
goodnovel comment avatar
Aisyah
omaigat dia dibully:(
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status