Semua jadwal padat Vania yang melelahkan bisa dilalui Vania dengan sangat baik. Ini bukan pertama kalinya Vania mendapatkan jadwal yang padat. Saat dia mulai bersekolah di akademi hingga menjadi siswi menengah, Vania sudah mendaftar sebagai asisten profesor sehingga jadwal padat sehari-hari bukanlah sesuatu yang baru baginya. Itu adalah makanan sehari-harinya. Dia bisa menyesuaikan hal tersebut dengan baik. Mengatur waktunya dengan menyelesaikan permasalah Duchy satu persatu menjadi rutinitasnya.
Tapi ini pertama kalinya, kepalanya dipenuhi oleh hal-hal baru dan semua hal baru tersebut penuh dengan tanggung jawab. Ada banyak orang yang akan bergantung dengan dirinya untuk kedepannya. Dia bahkan harus memikirkan nasib orang yang tidak pernah Ia kenal hanya karena mereka menjadi rakyat Kadipaten of Ansel. Tukang daging, tukang roti, penjual bunga, tukang kayu, tukang gerabah sampai bayi yang baru lahir pun kini jadi tanggung jawabnya selama Dia menjadi rakyat Duchy of Ansel.
'Bukankah tugas seorang Adipati sudah seperti malaikat?' gumam Vania. Dewa hanya menciptakan manusia dengan segala masalahnya tana memberi solusi. Manusia sendirilah yang harus menyelesaikan masalah tersebut. Dan masalah tersebut sekarang membuatnya pusing, bagaimana tidak, dalam pembukuan Duchy tersebut banyak masalah yang harus diurusi menyangkut kesejahteraan rakyat Duchy, mulai dari masalah banjir, masalah kekeringan, masalah perampokan, masalah undang-undang, masalah pajak, masalah ekonomi, masalah budaya hingga pendidikan.
'Hahaha.... Aku akan gila sebelum usiaku menua'.
Helaan nafas berat selalu menjadi ciri khasnya Vena sejak kemarin dan sepertinya akan terus begitu mengingat semua tanggung jawab yang Ia pikul.
Vania bahkan tidak bisa lagi menikmati makannya dengan santai, Dia merasa bahwa waktunya kurang. 24 jam sehari masih kurang!.
Tepat pukul 8 malam, semuanya sudah selesai. Mungkin Vania hanya akan memutuskan untuk membaca buku di dalam kamar, sebelum Dia menyadari bahwa Dia masih punya pekerjaan rumah mengenai dua keponakannya.
Vania harus menyapa dan berbicara dengan benar dengan Kinan dan Kesha.
Setelah memakai mantel agar baju tidurnya yang tipis tidak terlihat, Vania melangkah menuju kamar Kinan.
***
"Tok..tok..tok..." suara pintu kamar Kinan yang terketuk.
Setelah mengetuk pintu, Vania langsung masuk untuk menjumpai Kinan.
"Halo Kinan, maaf sudah mengganggu waktu istirahatmu!"
Kinan yang sedang duduk di kasur sambil membaca buku melihat orang baru saja masuk melalui pintu kamarnya. Kinan tidak menduga bahwa Bibinya datang untuk mengunjunginya di malam hari. Meski kaget, Dia akhirnya membuka mulutnya dan berkata, "Tidak masalah, Saya hanya sedang membaca buku Bibi."
'Wah, Dia sangat sopan untuk ukuran anak kecil'
"Bolehkah Aku masuk, ada yang mau Aku bicarakan"
"Ya," jawab Kinan dengan singkat.
"Buku apa yang sedang kamu baca?" Vania tahu, setidaknya Dia harus berbasa-basi dengan keponakannya tersebut. Bertanya hal-hal dasar dan mencari topik adalah tugasnya.
"Rumus sihir tingkat menengah"
"Rumus sihir tingkat menengah? bukankah usiamu baru 6 tahun?"
"Saya sudah menyelesaikan membaca buku Rumus sihir pemula dan menghafalnya sejak umur 5 tahun"
"Huh?" Vania kaget mendengar prestasi keponakannya. Vania bahkan dulu masih bermain rumah-rumahan di usianya yang ke 6 tahun. Memakan kue yang enak setiap hari. Dia tidak pernah memikirkan hal berat karena semuanya sudah ditanggung oleh anak laki-laki dalam keluarganya.
'Apa dulu Kakak Gama juga seperti Kinan?' Pikirannya mengembara di masa lalu.
"Apa ada yang salah?"
"Ah... tidak-tidak Kinan, Bibi hanya kagum, Kamu sudah sampai membaca rumus-rumus sihir tingkat menengah. Apakah itu sangat menyenangkan?"
"Ya"
"Apakah ada buku yang sedang Kamu inginkan lagi?"
"Kalau boleh, Saya ingin membeli buku Eksponensial dan logaritma"
'Hahahaha... lihat anak kecil di depanmu itu Vania, Dia bahkan sudah tertarik dengan buku yang kamu pelajari ketika usiamu 15 tahun'
"Ya tentu, Bibi akan membelikanmu buku tersebut."
Lalu keduanya terdiam, bingung mau membicarakan apalagi.
"Bibi..."
"Kinan...," keduanya berbicara dengan berbarengan.
"Ya..." lalu menjawab kompak secara bersamaan lagi.
Kali ini Vania tersenyum.
"Katakan Kinan..."
Kinan terdiam lagi. Kali ini dia menutup bukunya.
"Tidak, hanya saja selamat malam dan selamat beristirahat!" kata Kinan sembali meletakkan buku lalu berbaring ditemat tidur dan menarik selimutnya.
"Ya?" Vania bingung, mukanya hampir seperti orang bodoh.
"Ah ya, selamat malam, istirahatlah Kinan. Sampai jumpa besok."
'Anak ini' pikir Vania.
Vania lalu melangkah pergi. Sekarang Dia menuju kamar Kesha. Saat Dia melangkah menuju kamar Kesha, pengasuhnya yang berpapasan dengan Vania memberitahukan bahwa Nona Muda Kesha sudah tertidur.
"Huh…" lagi-lagi Dia menghela nafas berat dan panjang.
'Ya, masih ada hari esok untuk mengakrabkan diri' kata Vania dalam hati semberi melangkah menuju kamarnya lagi.
Vania memang harus cukup berusaha untuk masuk ke hati keponakannya. Mereka bukannya menutup hati, mereka hanya belum mengenal satu sama lain. Baik Kinan kepada Kesha, Kinan kepada Vania dan Kesha kepada Vania. Tiga orang yang terjerat dalam hubungan keluarga tersebut masih asing satu sama lain. Waktu!. Mereka perlu waktu untuk bersama-sama untuk saling memahami dan saling mengasihi.
Keluar dari istana Loka memandang Vania. Dia sebenarnya cukup terkesima dengan pandangan Vania. Dia masih muda dan dipaksa dewasa. Dia belum pernah menikah tapi harus punya dua anak yang siap dia jaga. Loka yakin, Vania akan jadi wanita hebat. "Penyihir agung Loka... Saya amat sangat merasa berterima kasih atas segala bentuk bantuanya selama ini. Anda tahu bahwa kediaman Ansel dimasa mendatang akan selalu membantu menara sihir." Loka tersenyum, "Saya juga berterima kasih atas segala bentuk kesempatan dan kepercayaan yang diberikan. Senang bisa bekerja sama dengan kediaman Ansel." Erick Jamamiel juga sudah kembali ke akademi untuk mengajar dan tentu saja masih dengan eksperimentalnya. Sebagai Duchess Vania banyak bertemu dengan orang baru. Dia bisa melihat banyak perspektif tentang kehidupan secara luas. Dia melihat langit yang cerah. Ah ... rasa nya masa depan itu juga akan cerah bukan. Loka langsung berpamitan dan akan pergi ke menara sihir. Vania juga segera kembali ke ke
Kenapa keluarga Kerajaan dengan entengnya membuat kesimpulan seperti itu. Mereka meminta maaf pun tidak bisa mengembalikan kakak ipar dan kakaknya. "Ini karena keteledoran Ayah dan pengabaian. Kami sadar akan hal itu." Jehu menambahkan. Sejujurnya Vania mau marah, tapi tidak etis juga memarahi Meraka karena itu bukan salah mereka. "Sudahlah... yang penting sekarang malah sudah clear dan jelas. Itu bukan salah kalian sejujurnya." Kata Loka. Vania mendengarnya juga. Loka benar, tapi entah kenapa rasanya masih sakit. Dia kehilangan kakaknya dan mendapatkan surat wasiat yang memberatkan dirinya. Bukannya tidak mau untuk merawat kedua keponakannya. Tapi menjadi Duchess adalah hal lain yang tidak pernah dia pikirkan. "Ayah akan menebus dosanya dengan pergi ke kuil untuk mengabdi selama sisa hidupnya." Mereka semua cukup kaget, keputusan Raja itu tidak pernah mereka duga. "Secepatnya aku akan naik tahta untuk menggantikannya." Vania sebenarnya Tidak terima, dia ingin me
Sungguh tidak akan ada yang menyangka berita menghebohkan datang dari keluarga Istana. Raja mengumumkan secara resmi bahwa dia akan mundur dari jabatan. Tidak tahu apa yang pasti telah terjadi, tapi berita tersebut membuat semua orang gempar, bahkan pada bangsawan yang menduduki kursi dewan negara nasional. Sementara itu Elia dan Jehu masih menutupi kesalahan Ayahnya. Mereka kemudian hendak melakukan audiensi dengan pihak menara sihir dan keluarga Duke Ansel. *** Aneh sekali ada surat dari istana, dan sepertinya surat resmi. Vania membaca surat tersebut dengan serius. Karena ini surat penting tidak mungkin dia akan menolaknya. Tapi sebetulnya, dia sedang dalam kondisi mendesak. Ini terkait kondisi Kesha. Ritual tersebut belum di lakukan sehingga kondisinya menjadi lebih tidak memungkinkan dengan segala sesuatu yang terjadi. Bisa jadi lebih baik, atau sebaliknya. Pihak menara sudah berjanji bahwa malam ini adalah harinya. Pada malam hitungan tertentu, mana seseorang akan t
Raja merasa sangat gelisah sepanjang waktu. Dia tidak menyangka bahwa anaknya yang tidak berguna seperti Jehu itu bisa membuat gebrakan dengan mengungkapkan dalang kasus pembunuhan berantai di masyarakat. Bersama dengan Elia dia bisa bekerja sama. Lebih parah lagi ternyata kedok Marquis Sami bisa ketahuan. Ambisinya selama ini adalah menciptakan pasukan kuat dan akan ditakuti oleh kerajaan sekitar. Dia ingin melakukan ekspansi perluasan wilayah. Makanya dia mendukung Marquis Sami dan memberikan pendanaan untuk objek penelitian nya. Siapa sangka dia benar benar berhasil. Tapi ilmuan yang gila kadang kadang banyak mengorbankan banyak hal. Dan itu menjadi salah kaprah ketika Marquis menghalalkan segala cara. Raja akui dia salah telah mengabaikannya dulu. Kini setelah anak anaknya mengetahuinya dia malu karena sudah bertindak tidak adil pada banyak orang. Terlebih Marquis juga mengorbankan Duke Gama dan Menara sihir karena ingin menggali dirinya. "Apa yang harus aku lakukan?" Dia
Para pekerja dikembalikan ke mansion setelah semuanya selesai. Ksatria yang terluka juga diobati dengan segera. Semua master menara sihir bekerja tanpa beristirahat. Jehu dan Elia juga punya tugasnya sendiri. Untuk pertama kalinya mereka bekerja sama dengan kompak. Padahal mereka dulu selalu bermusuhan. Marquis Titan dijaga dengan ketat dibawah pengawasan menara sihir juga. Rumahnya digeledah dan ditemukan lorong rahasia bawah tanah. Rupanya dibawah sana masih banyak percobaannya. "Orang itu benar benar gila.""Dia berniat membuat pasukan monster.""Ini dibisa dikatakan pemberontakan."Mempunyai kavileri pasukan melebihi istana sama saja dengan upaya pemberontakan. Di jaman ini, semua bangsawan memiliki pasukan dengan jumlah terbatas dan Tidak boleh melebihi pasukan istana. Setelah mengacak mengacak tempat tersebut, Elia menemukan segel yang sangat familiar."Segel istana." Itu adalah segel milik Raja."Ayah?" Jehu penasaran.Benar, itu adalah segel milik raja bahwa Marquis meng
Elia tentu saja tahu tentang operasi jebakan tersebut. Dia akhirnya memberikan surat kepada Jehu, meskipun sepertinya akan datang terlambat. Pasukan kavaleri mereka datang terlambat. Ternyata suasana di istana Duke Ansel telah kacau balau. Banyak hewan hewan mati dengan darah berceceran. Beberapa ksatria juga terluka karena mereka monster monster tersebut. "Gila!" Kata Jehu kaget. Dia tidak tahu bahwa selama ini yang mereka hadapi adalah monster . "Tapi monster ini diciptakan oleh seseorang." Suara pedang berdesing. Teriakan teriakan para ksatria menggema. Pasukan Jehu juga segera bergabung. "Sepertinya Duchess dan beberapa tuan penyihir ada di dalam!" Jehu dan Elia berbagi peran. Elia bertugas mencari musuh utamanya, sedangkan Jehu berperan untuk mencari Duchess Vania dan yang lainnya. Ketika Arvel, Erick dan Vania kelelahan datanglah Jehu. "Ahh.. bantuan datang!" Kata Erick yang sudah kelelahan. Kesha sudah digendong oleh Vania."Kita harus pergi dari sini!""Bagaimana den