Share

Pertemuan terakhir

Penulis: Khorik Istiana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-29 13:19:38

Sesampainya di Duchy, Vania langsung menuju mansion utama tempat Kakaknya tinggal. Barang-barangnya pasti akan ditangani oleh para karyawan dengan baik.

Langkahnya buru-buru dan tergesa-gesa seperti tengah dikejar sesuatu yang menakutkan. Ketika sampai dan melihat kondisi Kakaknya, kaki Vania lemas tak berdaya, Dia terjatuh di lantai yang dingin. Matanya langsung berair, air matanya merembes keluar jatuh ke pipinya. Vania tak percaya dengan apa yang dilihatnya lalu dia mencoba mencubit lengannya dengan sangat keras.

'Sakit...' Maka itu adalah kenyataan dan bukan khayalan. Hatinya meratapi nasib Kakaknya. Kakak satu-satunya dan keluarga satu-satunya. 

Dokter Allen yang berdiri di samping ranjang tempat Kakaknya berada hanya bisa memandangi Vania dengan kaget. Ketika Dokter Alen tahu Vania jatuh di lantai yang dingin, Dia reflek bergegar menuju ke arahnya untuk membantunya berdiri.

Vania melihat tidak ada harapan. Mata kakaknya terpejam, seluruh tubuhnya penuh luka, sepertinya tulang kaki, lengan dan bahu Kakaknya patah karena Vania melihat pernah yang melilit tubuh Kakaknya.

"Bagaimana kondisi Duchess Dokter Allen?" Tanya Vania memastikan, Dia ingin tahu kondisi jelasnya, karena itu akan mempengaruhi nasibnya juga.

Badannya sudah berdiri karena dibantu Dokter Allen dan salah satu wanita yang sepertinya Dia adalah asisten Dokter Allen.

"Tidak berbeda jauh dengan kondisi Duke, Nona"

Vania terdiam membeku.

'Bagaimana ini? bagaimana? Bagaimana jika Kakak juga akan pergi menyusul Ibu dan Ayah, Apa yang akan terjadi padaku' di kepalanya dipenuhi dengan pertanyaan negatif dan hal-hal yang belum terjadi. Itu menakutkan bagi Vania. Sepanjang hidupnya, Dia hanya harus memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain. 

"Tuan muda dan Nona muda juga mengalami syok berat Nona, mereka selalu pingsan jika melihat kondisi Duke dan Duchess." Ucapan Dokter Allen membuyarkan aneka pertanyaan Vania. Setelah mendengar ucapan Dokter Allen, Vania menoleh ke arah Dokter Allen dengan tatapan kosong.

'Ah... Kakak punya dua orang anak.'

Vania adalah adik satu-satunya dari Adipati Gama. Meskipun adik satu-satunya, Vania tidak cukup dekat dengan istri dan anak kakaknya. Kakaknya Gama, selalu sibuk dengan kelas suksesinya, sedangkan Vania yang terlahir tanpa mana itu hanya selalu mendapatkan kelas keperempuanan dan setelah itu  Vania sudah dikirim ke akademi sejak usianya 9 tahun dan Dia hanya pulang setahun sekali ketika liburan akademi. Itu pun sebagian waktu Dia habiskan di dalam kamar atau taman untuk membaca buku. Jadi ketika Kakaknya menikah dan punya anak, Vania tidak cukup dekat dan akrab dengan mereka. 

"Baiklah Nona, sebaiknya Nona segera beristirahat saja. Kalau ada apa-apa akan Saya kabari dengan segera. Untuk berjaga-jaga saya akan disini menemani Yang Mulia."

"Terima kasih banyak Dokter Allen," kata Vania, lalu Dia melangkah ke kamar sebelah lewat pintu yang terhubung dengan kamar Duke. Di kamar sebelah terbaring Duchess dengan kondisi serupa, matanya terpejam dengan luka lebam seperti luka jatuh, lengan tangannya juga sepertinya patah. Vania mengamatinya dengan seksama. Di sampingnya sudah ada perawat yang merawat Duchess dengan sungguh-sungguh.

Setelah melihat kondisi keduanya, Vania menuju paviliun barat tempat Dia tinggal. Dari dulu Vania memang selalu tinggal di paviliun barat. Dia tidak mau tinggal di mansion utama karena takut mengganggu privasi Kakaknya dan istrinya. Toh setelah Vania udah dikirim ke akademi sedati kecil tak dekat dengan Kakaknya juga, maka Vania memilih membangun tembok untuk semakin terasing dengan keluarganya sendiri

Sesampainya di kamar, Vania membuka kopernya dan merapikan barang-barangnya. Dia lalu mandi dan merebahkan badannya sebentar. Baru saja dia hampir terlelap karena lelah, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dengan buru-buru.

"Tok..tok..tok.. Nona Vania!" teriak seorang pelayan. Vania mengenali suara tersebut, itu suara Ani, pelayan yang terbiasa membantunya ketika dia sedang ada di mansion.

"Masuk saja," kata Vania menyuruh orang yang sedari tadi heboh mengetuk kamarnya.

"Krieekkk..." suara derit pintu terbuka.

Vania bangun dari tempat tidurnya. Dia berdiri sembari membenarkan gaunnya.

Wajah Ani sangat panik, belum juga Dia sampai di dekat Vania, mulutnya sudah terbuka dan bicara dengan gagap "Anu Nona... Duke..."

"Duke?"

"Iya Nona, Duke dan Duchess..."

Wajah Ani menjadi sangat pucat, jari-jari tangannya saling meremas satu sama lain.

"Duke dan Duchess baru saja meninggal."

Mata Vania melotot, tenaga kakinya telah meninggalkannya dan sekali lagi Dia terjatuh di lantai yang dingin. Badannya gemetar karena syok.

Dia tahu bahwa kabar tersebut bukan hanya sekedar kabar duka, melainkan kabar akan perubahan dalam hidupnya juga. Seketika pikirannya kosong.

Siapa yang menyangka bahwa kepulangannya saat ini adalah pertemuan terakhirnya dengan Kakak laki-lakinya dan Kakak Iparnya. Wajahnya menjadi sangat pucat pasi bagai tak bernyawa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Surat Wasiat Sang Duke   Surat wasiat (End)

    Keluar dari istana Loka memandang Vania. Dia sebenarnya cukup terkesima dengan pandangan Vania. Dia masih muda dan dipaksa dewasa. Dia belum pernah menikah tapi harus punya dua anak yang siap dia jaga. Loka yakin, Vania akan jadi wanita hebat. "Penyihir agung Loka... Saya amat sangat merasa berterima kasih atas segala bentuk bantuanya selama ini. Anda tahu bahwa kediaman Ansel dimasa mendatang akan selalu membantu menara sihir." Loka tersenyum, "Saya juga berterima kasih atas segala bentuk kesempatan dan kepercayaan yang diberikan. Senang bisa bekerja sama dengan kediaman Ansel." Erick Jamamiel juga sudah kembali ke akademi untuk mengajar dan tentu saja masih dengan eksperimentalnya. Sebagai Duchess Vania banyak bertemu dengan orang baru. Dia bisa melihat banyak perspektif tentang kehidupan secara luas. Dia melihat langit yang cerah. Ah ... rasa nya masa depan itu juga akan cerah bukan. Loka langsung berpamitan dan akan pergi ke menara sihir. Vania juga segera kembali ke ke

  • Surat Wasiat Sang Duke   Penebusan 2

    Kenapa keluarga Kerajaan dengan entengnya membuat kesimpulan seperti itu. Mereka meminta maaf pun tidak bisa mengembalikan kakak ipar dan kakaknya. "Ini karena keteledoran Ayah dan pengabaian. Kami sadar akan hal itu." Jehu menambahkan. Sejujurnya Vania mau marah, tapi tidak etis juga memarahi Meraka karena itu bukan salah mereka. "Sudahlah... yang penting sekarang malah sudah clear dan jelas. Itu bukan salah kalian sejujurnya." Kata Loka. Vania mendengarnya juga. Loka benar, tapi entah kenapa rasanya masih sakit. Dia kehilangan kakaknya dan mendapatkan surat wasiat yang memberatkan dirinya. Bukannya tidak mau untuk merawat kedua keponakannya. Tapi menjadi Duchess adalah hal lain yang tidak pernah dia pikirkan. "Ayah akan menebus dosanya dengan pergi ke kuil untuk mengabdi selama sisa hidupnya." Mereka semua cukup kaget, keputusan Raja itu tidak pernah mereka duga. "Secepatnya aku akan naik tahta untuk menggantikannya." Vania sebenarnya Tidak terima, dia ingin me

  • Surat Wasiat Sang Duke   Penebusan

    Sungguh tidak akan ada yang menyangka berita menghebohkan datang dari keluarga Istana. Raja mengumumkan secara resmi bahwa dia akan mundur dari jabatan. Tidak tahu apa yang pasti telah terjadi, tapi berita tersebut membuat semua orang gempar, bahkan pada bangsawan yang menduduki kursi dewan negara nasional. Sementara itu Elia dan Jehu masih menutupi kesalahan Ayahnya. Mereka kemudian hendak melakukan audiensi dengan pihak menara sihir dan keluarga Duke Ansel. *** Aneh sekali ada surat dari istana, dan sepertinya surat resmi. Vania membaca surat tersebut dengan serius. Karena ini surat penting tidak mungkin dia akan menolaknya. Tapi sebetulnya, dia sedang dalam kondisi mendesak. Ini terkait kondisi Kesha. Ritual tersebut belum di lakukan sehingga kondisinya menjadi lebih tidak memungkinkan dengan segala sesuatu yang terjadi. Bisa jadi lebih baik, atau sebaliknya. Pihak menara sudah berjanji bahwa malam ini adalah harinya. Pada malam hitungan tertentu, mana seseorang akan t

  • Surat Wasiat Sang Duke   Kepanikan

    Raja merasa sangat gelisah sepanjang waktu. Dia tidak menyangka bahwa anaknya yang tidak berguna seperti Jehu itu bisa membuat gebrakan dengan mengungkapkan dalang kasus pembunuhan berantai di masyarakat. Bersama dengan Elia dia bisa bekerja sama. Lebih parah lagi ternyata kedok Marquis Sami bisa ketahuan. Ambisinya selama ini adalah menciptakan pasukan kuat dan akan ditakuti oleh kerajaan sekitar. Dia ingin melakukan ekspansi perluasan wilayah. Makanya dia mendukung Marquis Sami dan memberikan pendanaan untuk objek penelitian nya. Siapa sangka dia benar benar berhasil. Tapi ilmuan yang gila kadang kadang banyak mengorbankan banyak hal. Dan itu menjadi salah kaprah ketika Marquis menghalalkan segala cara. Raja akui dia salah telah mengabaikannya dulu. Kini setelah anak anaknya mengetahuinya dia malu karena sudah bertindak tidak adil pada banyak orang. Terlebih Marquis juga mengorbankan Duke Gama dan Menara sihir karena ingin menggali dirinya. "Apa yang harus aku lakukan?" Dia

  • Surat Wasiat Sang Duke   Kebenaran

    Para pekerja dikembalikan ke mansion setelah semuanya selesai. Ksatria yang terluka juga diobati dengan segera. Semua master menara sihir bekerja tanpa beristirahat. Jehu dan Elia juga punya tugasnya sendiri. Untuk pertama kalinya mereka bekerja sama dengan kompak. Padahal mereka dulu selalu bermusuhan. Marquis Titan dijaga dengan ketat dibawah pengawasan menara sihir juga. Rumahnya digeledah dan ditemukan lorong rahasia bawah tanah. Rupanya dibawah sana masih banyak percobaannya. "Orang itu benar benar gila.""Dia berniat membuat pasukan monster.""Ini dibisa dikatakan pemberontakan."Mempunyai kavileri pasukan melebihi istana sama saja dengan upaya pemberontakan. Di jaman ini, semua bangsawan memiliki pasukan dengan jumlah terbatas dan Tidak boleh melebihi pasukan istana. Setelah mengacak mengacak tempat tersebut, Elia menemukan segel yang sangat familiar."Segel istana." Itu adalah segel milik Raja."Ayah?" Jehu penasaran.Benar, itu adalah segel milik raja bahwa Marquis meng

  • Surat Wasiat Sang Duke   Bantuan

    Elia tentu saja tahu tentang operasi jebakan tersebut. Dia akhirnya memberikan surat kepada Jehu, meskipun sepertinya akan datang terlambat. Pasukan kavaleri mereka datang terlambat. Ternyata suasana di istana Duke Ansel telah kacau balau. Banyak hewan hewan mati dengan darah berceceran. Beberapa ksatria juga terluka karena mereka monster monster tersebut. "Gila!" Kata Jehu kaget. Dia tidak tahu bahwa selama ini yang mereka hadapi adalah monster . "Tapi monster ini diciptakan oleh seseorang." Suara pedang berdesing. Teriakan teriakan para ksatria menggema. Pasukan Jehu juga segera bergabung. "Sepertinya Duchess dan beberapa tuan penyihir ada di dalam!" Jehu dan Elia berbagi peran. Elia bertugas mencari musuh utamanya, sedangkan Jehu berperan untuk mencari Duchess Vania dan yang lainnya. Ketika Arvel, Erick dan Vania kelelahan datanglah Jehu. "Ahh.. bantuan datang!" Kata Erick yang sudah kelelahan. Kesha sudah digendong oleh Vania."Kita harus pergi dari sini!""Bagaimana den

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status