Tiga tahun yang lalu.
Seorang pria datang ke rumah sakit untuk mengantar ibunya kontrol ke dokter spesialis penyakit dalam. Di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta.
Pria tersebut sangat menyayangi ibunya, karena hanya ibu yang ia miliki hingga saat ini. Ayahnya, seorang tentara, sudah pergi meninggalkan ibunya saat ia masih dalam kandungan. Ia hanya bisa melihat wajah ayahnya dalam foto pernikahan.
Ya, pernikahan siri. Suatu pernikahan yang dibolehkan dalam hukum agama islam. Namun, tidak terdaftar dalam Kementerian Agama, di negara Indonesia.
Dua puluh dua tahun ia menjalani kehidupan hanya berdua bersama ibunya, semua cobaan hidup dari kesusahan, kesedihan hingga hari ini bisa merasakan senang, walau hanya sedikit.
Namun, cobaan kehidupan itu
Wanita itu, Angel, masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sekujur tubuhnya masih terpasang alat yang bisa mempertahankan kehidupannya. Orang tuanya masih dalam isak tangis yang tak terbendung melihat anak dan cucunya sama-sama berada dalam kondisi kritis. Sumpah serapah jatuh pada si pria itu. Ya, pria yang berjanji akan menikahinya lantas meninggalkannya dengan meninggalkan seorang bayi. Mereka tidak akan memaafkan pria itu meskipun ia membayar dengan sebuah gunung yang dirubah menjadi sebuah bahtera mewah. Angi dan Adhimas masuk ke dalam ruang ICU, dimana Angi dirawat, suasana perawat dan dokter terlihat sibuk. Seorang suster sedang memperbaiki selang hidung, dua buah mata pun sedang mengawasinya. Tepat di samping kanan perawat itu, berdiri seorang wanita dengan wajah pucat dan mata hitam. Rambut terurai panjang hingga menyentuh pinggangnya. Tangannya meraba kulit tangan sang perawat yang sedang bekerja itu. Namun, sentuhan itu hanyala
Adhimas yang sudah berada di Komplek Citra segera mendekati kerumunan. Dan ia melihat arwah gadis itu dan arwah si pria berdiri tepat di bawah pohon mangga. "Sepertinya gadis itu yang melakukannya," Ucap Adhimas pada Angi yang masih terpaku. "Iyaa. Aku pun berpikir seperti itu. Mereka semua akan bertemu di alam arwah," Angi. "Tiidddaaakkkkk!!!" Teriak seorang wanita dari kejauhan. Seorang wanita lansia yang baru saja melintas. Ia masuk ke dalam kerumunan warga. Ia menerobos orang -orang yang berdiri menghalangi. Hingga akhirnya ia sampai di depan jasad pria itu. Tangannya gemetar, kakinya mencoba melangkah perlahan menuju jasad yang masih tengkurap. ”Kenapa kamu tinggalkan mamah, nak?” suaranya sedih. Ia berlutut di depan jasad itu dan memegang tangan anaknya yang sudah dingin itu. ”Kenapa semua orang diam aja? Tolong bantu anak saya!” teriak ibu itu dengnan suara gemetar. “Kami sudah memanggil Polisi setemp
Tangannya gemetar seperti sedang kedinginan. Wajah dan bibirnya berwarna putih pucat. Nafasnya terdengar tidak teratur. “Kamu belum telat, kok. Tenang aja ya!” berkata partner kerja sebelahnya. ”ii..iii.. iyaa,” jawabnya gagap. Matanya memanah semua orang yang sedang bekerja. Seakan ia sedang menghindari sesuatu. “Kenapa anak baru itu? Dia sakau?” berkata bisik-bisik seorang pekerja lainnya. ”Gak mungkin juga lah, mana bisa dia lolos kalau ketahuan make,” celetuk teman sebelahnya. ”Benar juga. Semua pekerja di sini aman dari yang begituan.” Satu jam telah berlalu, si pegawai baru mulai beradaptasi dengan badannya. Ia mulai tenang. Semua pekerja yang memperhatkannya kembali bekerja dengan fokus. Tak ada lagi yang menggunjingnya. “Nih, makan permen,” ucap partner kerjanya. “Oh, iya. Makasih, mas.” Suaranya masih bergetar. Ia seperti tak sanggup menahan desakan dalam dirinya. Ia berdiri dari kursiny
Sikapnya sangat pemarah dan egois. Ia tak bisa diatur, tidak seperti adiknya, yang penurut dan cerdas. Kuliah kakaknya terbengkalai, ia hampir saja di DO dari kampusnya. Ia lebih senang berpesta pora dengan teman-temannya. Sudah puluhan wanita yang menjadi pacarnya. Tapi, semua itu karena uang. Setelah jasad adiknya ditemukan, mereka segera melakukan pemakaman. Keluarganya menolak untuk dilakukan otopsi. Hal itu hanya akan menambah kesedihan orang tuanya. ”Ahhh! Kenapa aku tak bisa masuk! Kenapaa!!” teriak arwah kakak sulungnya. ”Sial! Ini tidak adil!” Jasad adiknya terbaring kaku di depan mimbar masjid. Para jamaah sudah memenuhi ruangan masjid yang hendak melaksanakan shalat jenazah. Sementara, arwah kakaknya, masih berusaha untuk masuk ke dalam tubuh adiknya yang sudah mati. Berharap ia pun bisa berganti tubuh. Sayang, itu semua mustahil. Pemakaman dilaksanakan pagi hari, semua keluarga, tetangga dan kerabat dekat dari adikn
Kata-kata si mbah penuh dengan makna. Ia harus berhati-hati. Rupanya, berpindahnya arwah seseorang ke dalam tubuh manusia yang masih hidup, tidaklah mudah. Tubuh barunya akan banyak mengalami penolakan, karena arwahnya, sejatinya, tidak sinkron dengan respon dari tubuhnya. Sehingga, dalam hal apapun, dalam kehidupan sehari-hari, arwah itu harus bisa mengatur ritme. Sekarang ini, pada hari ini, reaksi tubuhnya akan mengantarnya pada kebiasaan barunya. Berbeda jauh dengan kakaknya, Ahmad sangatlah cerdas. Pada lima tahap seleksi interview perusahaan asing tersebut, ia lolos semua tahapannya. Hingga hari itu, pada saat interview bersama salah satu HRD perusahaan tersebut. Tubuhnya tak kuasa untuk menolak berada di dekat HRD tersebut. Entah mengapa, tubuhnya tiba-tiba gemetar. Ia pamit ke toilet untuk minum obat penenang. Kemudian kembali ke ruangan. Dan, hari itupun terjadi. Ia seperti sakau. Tubuhnya gentar dan gemetar saat m
"Lalu? Apa hubungannya dengan saya?" "Ada, jimat itu. Jimat yang bisa membuat arwah itu tunduk. Saya menginginkannya!" "Tidak. Tidak bisa!" "Saya akan menghadapi suami mu. Kamu tak perlu takut." "Si mbah sudah sakti. Tak perlu lagi jimat ini." "Justru ituu.. Jimat itu akan membuat saya semakin kuatt. Ha Ha Ha!" "Jangan!" "Jangan!" Seekor harimau datang menerjang Angi yang sedang berdiri tepat di persimpangan pintu. Harimau putih itu melompat bagai seorang predator yang sedang kelaparan. Angi, tak sadarkan diri. Lalu, pingsan. Dalam tidurnya, ia bermimpi, harimau putih sedang berhadapan dengan seekor ular raksasa. Harimau putih itu menjelma sebagai si mbah dan ular raksasa itu adalah Ki Slamet. Mereka bertarung dengan kekuatan supranatural yang mereka miliki. Si mbah, yang sudah lama bernaung dalam ilmu kanuragan dan supranatural, unggul dalam mengelabui Ki Slamet. Ular raksasa itu, terken
’Aku ini juga makhluk halus. Ha ha ha’ ucapnya dalam hati. “Oh, gitu. Bisa lihat makhluk halus bukan berarti harus dijauhi, bukan? sela Rusyd. ”Iya juga sih. Cuma serem aja. Kalau tiba-tiba makhluk itu muncul, iiihhhhhh…” ucapnya. ”Kaya ini maksudnya!” Rusyd menampakkan wajah aslinya pada Riana. ”Huuaaaaaa!!!” teriak Riana histeris. Ia mendorong kursi tempat duduknya hingga kursi itu terjatuh. Riana panik bukan kepalang. Orang yang ia temui malam ini berubah menjadi hantu yang menyeramkan. Wajah Rusyd berubah putih pucat. Matanya membulat besar, lingkar matanya hitam legam. Mulut dan hidungnya mengeluarkan darah. Tubuhnya mengeluarkan kabut hitam mengelilingi tubuhnya. Riana yang panik ingin segera melarikan diri. Ia melangkahkan kakinya untuk segera menjauh dari meja itu. Saking paniknya, salah satu sepatu heels yang ia gunakan berukuran 7 cm itu, patah. Tubuhnya sudah condong ke arah lantai, namun, tulang iga belakang
Tatapan Rusyd pada Maryam penuh dengan hasrat. Ia mengedipkan sebelah matanya menandakan seperti telah terjadi suatu perjanjian. ”Pegawai itu memang lancang. Dia saya skors 2 hari,” ucap Maryam pada staff lainnya.Maryam berjalan melewati para staffnya dan ia menuju ruang kerjanya. Rusyd yang baru saja di skors, menyunggingkan senyum degan lirikan mata tertuju pada Maryam yang sedang berjalan. Tangan kanannya memegang bibirnya yang seakan – akan sedang tergiur oleh sesuatu. Angi memperhatikannnya dari kejauhan. Rusyd berjalan menuju meja kerjanya. Semua pegawai yang berada di sekitar mejanya menatapnya dengan penuh penasaran. Rusyd yang sadar sedang diperhatikan, ia sengaja berlagak santai, bak tidak terjadi sesuatu padanya. Ia duduk di kursinya dengan gaya seperti duduk di pantai, badannya condong ke belakang dan kakinya disimpan di atas meja. “Aahhh! Dunia ini tidak asik. Semua manusia disini sama saja!” ucap Rusyd dengan suara enteng