Bab 56: Menuk Juga Cemburu
Tiba-tiba saja Yana menolehkan lagi wajahnya ke arahku, lalu dengan sedikit histeris ia pun membentak.
“Iya!”
Sontak saja aku langsung terbungkam. Aku seperti mendapat kejutan listrik yang membuatku tidak tahu harus berkata dan berbuat apa. Beberapa detik aku tetap terpaku dengan mulut setengah terbuka, menatap Yana dengan pandangan ragu antara mimpi dan nyata.
Untungnya, Yana menolongku dengan segera membalikkan badan, lantas meninggalkan aku begitu saja. Langkah kakinya yang tergesa-gesa menciptakan sebuah suara yang semakin jauh. Tetapi, ritmenya menggema di dalam hatiku yang selama ini sepi dan sunyi.
Aku mendesah, sekali menelan ludah, lalu me
Bab 57:Ibu Joyce Juga Cemburu? “Kamu dipanggil Ibu Joyce,” kata Ibu Kemas.Aku yang terkejut mendengar itu segera bertanya. “I..ibu Joyce ke sini?”“Iya.”“Sudah di sini?”“Iya, sekarang sedang menunggu kamu.”“Di mana, Bu?”“Di ruangan CS.”“Kira-kira ada urusan apa ya, Bu?”“Nah, kamu, kira-kira kamu bikin masalah apa lagi?”“Seingat saya, tidak ada sih, Bu.”“Tapi kelihatannya dia sedang jutek begitu.”Kata-kata Ibu Kemas itu mulai membuatku cemas. Beberapa saat aku mengedarkan pandanganku ke sekitar, menatap bagian-bagian gedung yang belum aku bersihkan.“Sudah, tinggalkan saja. Nanti biar saya yang meneruskan.”“I, i..iya, Bu. Terima kasih.”Aku segera
Bab 58:Mimpi yang Nyata “Alhamdulillah, Mas Joko, aku sudah selesai menjalani ujian akhir semester. Semuanya bisa aku lalui dengan mudah, khususnya di mata kuliah Biologi Reproduksi. Apalagi Biologi Reproduksi, aku yakin kami semua teman sekelas mendapat nilai A Plus. Hihihi.., bukan, bukan, aku bukan mau membahas soal ‘kepala bulus’ yang itu. Ah, sudah, ah. Aku jadi malu.”"Eh, Mas Joko, aku baru sadar, lho. Sepeda yang dinaiki seorang lelaki yang sering kulihat di lampu merah itu ternyata merek terkenal. Pastinya, harganya juga mahal. Aku sampai bilang ‘buset’ waktu diberi tahu seorang teman tentang harga sepeda dengan merek itu.”“Sepeda, tapi harganya sama dengan motor, tentu tidak semua orang bisa memilikinya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mau menggelontorkan uang demikian ba
Bab 59:Di Bawah Selimut Pelan-pelan pula aku menyingkap selimut supaya aku bisa melihat.., Ya Allah!Ibu Joyce!Sontak saja jantungku berdegupan dengan sangat kencang. Darahku mendesir laju seiring dengan ketakutan yang meremas-remas hatiku. Beberapa saat aku masih membujur kaku di atas ranjang, berusaha mencerna apa yang telah terjadi pada diriku, sekaligus merasa bingung pada pilihan-pilihan yang harus aku lakukan sekarang.Otakku yang mulai kembali dalam kesadaran penuh segera bekerja untuk menalari kejadian semalam. Namun sebelum itu, aku harus memastikan terlebih dahulu sedang bagaimana kondisi tubuh Ibu Joyce di bawah selimut ini.Sekali lagi aku mengangkat ujung selimut untuk
Bab 60:Akibat Gigitan Nyamuk Tok, tok, tok! “Joko!”“Buka pintunya!”Itu adalah suara Alex. Hemm, sahabat baikku itu semakin membuat aku merasa tak enak hati saja. Sejak pindah dari rumah kontrakannya dan mandiri di kosku sendiri, belum sekali pun aku mengunjungi dia.Satu-satunaya niatku yang telah kurencanakan dengan matang, harus batal gara-gara aku tergiur dengan bayangan upah seandainya aku menyemprot kebun milik Ibu Joyce, yang ternyata, ternyata.., ah, tiba-tiba aku menjadi ingin marah.“Joko!” 
Bab 61:Yang Tertinggal Hari sudah beranjak siang ketika Joyce Angelique menyudahi aktifitasnya membasuh diri. Dengan memakai kimono ia keluar dari kamar mandi sebuah hotel tempatnya menginap semalam. Ia biarkan rambutnya yang basah tergerai di bahu dan belakang punggungnya.Suasana yang begitu lengang di dalam kamar membuat Joyce beberapa saat terpaku, dan menatap hampa pada sebuah ranjang besar tempat dia bergumul malam sebelumnya, sebuah medan di mana ia membebaskan segala sesuatu yang selama ini terkungkung di dalam dirinya.“Joko..,” lirih sang manajer ini berbisik.“Kenapa kamu meninggalkan saya, Joko?”
Bab 63:Semakin Kupandang Semakin Benderang “Yihaaa..! Aku libur kuliah, Mas Joko! Hampir seminggu aku menjalani ujian akhir semester, maka sekarang saatnya ‘halan-halan’, saatnya refreshing, saatnya healing, saatnya bersenang-senang. Cihui.”“Nanti siang, kekasihku Mas Tentara itu mau mengajak aku ke bioskop. Dia mengajak aku nonton film horror. Judulnya, hemm.., apa ya? Aku tidak terlalu mudeng waktu dia menelepon tadi. Yang pasti, ceritanya nanti ada dukun-dukunnya gitu deh. Sekali lagi, cihui!”“Sebenarnya, aku tidak terlalu suka nonton film horror. Pernah, beberapa kali aku diajak teman nonton film yang serem-serem begitu. Yang ada malah kami memekik-mekik histeris di dalam bioskop, sambil pelukan lagi! Hihihi..lucu, sekaligus malu waktu film berakhir dan lampu menyala kami masih saja ketakutan.”“Tapi, kalau nontonnya bareng dengan Ma
Bab 63:Hati yang Risau Aku pergi mendaftar kuliah dengan hati yang tiba-tiba bimbang. Tekadku sudah tidak lagi bulat seperti semula. Berkali-kali aku menghentikan sepedaku di tepi jalan hanya untuk mempertanyakan sesuatu pada diriku sendiri.“Kuliah, hehh! Benarkah ini pilihan hidupku?”“Apakah ini arah yang sudah tepat dalam tujuan hidupku?”Namun sekejap kemudian sisi hatiku yang lain pun menyahutnya.“Benar, ini sudah benar. Aku harus kuliah. Aku harus meneruskan pendidikanku supaya bisa mencapai satu level di mana orang-orang intelek dan akademis berada.”“Supaya aku memiliki sebuah gengsi yang bisa menyetarakan hidupku dengan orang lain dalam gengsi serupa. Juga supaya aku bisa memperbaiki hidupku di masa depan.”Dengan hati yang terbolak-balik antara man
Bab 64:Dua Janji Ketika aku berjalan di suatu lorong dalam kantor Benua Trada.., “ups, itu ada Menuk!” seruku dalam hati. Aku harus tampak sibuk, pikirku. Maka dengan cepat aku berbelok ke sebuah sudut di mana tadi Gofur meletakkan alat kerjanya. Cepat tanganku menyambar alat pel dan mendorong-dorongnya, menuju arah yang menjauhi langkah Menuk.Aku kira Menuk pergi menjauhi aku atau meneruskan langkah menuju tujuannya semula. Ternyata ia malah menunggu aku berbalik dan..,“Kamu sibuk?” tanya Menuk yang berdiri persis pada arah dorongan alat pelku.“Iya, nih. Ada apa?”“Ehmm, ada yang mau aku bicarakan dengan kamu.” Menuk semakin mendekati aku.