Share

Melamar pekerjaan

Penulis: Atsachi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-06 01:34:30

"Eh anda bisa gak si gak usah ikut campur urusan aku bikin sebel aja pagi-pagi, pergilah!" hardik Naya.

"Lo aku cuma mau ngasih tumpangan untuk calon istriku, apakah salah?" Ia memperlihatkan mimik wajah bodohnya, Naya tetap tak habis pikir dengan pria menyebalkan di depannya ini.

"Udah berapa kali aku bilang aku gak mau menikah denganmu paham!" tukasnya lagi.

"Hari ini kamu ada interview 'kan, daripada kamu telat mending kamu naik sekarang," ujar Bagas dengan penuh kelembutan.

Naya berpikir darimana dirinya tahu kalau Naya hari ini ada interview. Dan, betul juga kalau dia tidak tepat waktu datang untuk interview bisa pupus sudah harapannya untuk menjadi wanita yang memiliki karir, mau tidak mau dirinya menerima tumpangan dari Bagas.

" Ya udah deh, gak ada pilihan lain, tapi ini bukan jawaban kalau aku mau menikah sama kamu" Ia membuka pintu mobil bagian belakang sebelum pintu terbuka Bagas membukakan pintu bagian depan.

"Aku bukan supirmu, tapi calon suami kamu Naya. Jadi kamu duduk di depan."

Ia mempersilakan Naya duduk di bangku paling depan dengannya, Naya hanya menghela napas panjang, aneh kenapa dia menurut saja apakah ini tanda-tanda ada benih cinta, eh tapi tidak mungkin untuk seorang Naya Harum.

"Nay, pakai sabuk pengamannya dulu." Bagas melirik ke arah Naya yang masih asik dengan handphonenya sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan oleh si penelpon.

Seketika Bagas merundukkan badan lalu memasangkan sabuk pengaman, matanya menatap wajah Naya yang jelita itu, alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung ditambah bola matanya yang berwarna coklat tiba-tiba mereka saling bertatapan, bibir Bagas hampir menyentuh kening Naya , sedangkan Naya yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya dengan cepat mendorong tubuh Bagas. Ya, akhirnya kepala Bagas terbentur mengenai bagian atas mobil.

"Au," pekik Bagas sambil mengelus puncak kepalanya.

"Selain judes kamu kasar juga ya, Sayang." Ia tersenyum kembali, bukannya memaki Naya dia malah kegirangan membuat Naya bereaksi seperti tadi.

"Jangan berbuat aneh-aneh dasar cabul, satu lagi jangan panggil aku Sayang kita belum jadian!"

"Hem bentar lagi juga jadian." Bagas Kembali duduk di tempatnya lalu melajukan mobilnya.

Dalam keheningan Bagas mencoba melirik Naya diam-diam, gadis itu tetap menatap ke depan.

"Nay, nanti abis interview aku Anter pulang ya?" tanyanya pada Naya.

"Gak usah, aku bisa pulang sendiri?" jawab Naya ketus dirinya sedang malas berbicara dengan manusia menyebalkan ini.

"Naik apa, kamu punya sayap?"

"Cih, kamu bisa diam gak si. Ya ampun kepalaku serasa mau pecah pusing dengernya!"

Bagas memilih untuk diam sampai akhirnya dia mengantarkan Naya di depan kantor tempat dia akan diinterview setelah berterimakasih Naya lalu meninggalkan Bagas.

"Nay, semangat ya!" Sorak Bagas dari dalam mobilnya

"Apaan si gak jelas, bikin malu aja," tukas Naya yang tiba-tiba menoleh ke belakang.

Naya kini berada di lantai satu gedung itu, setelah berselang beberapa lama ia dipersilakan masuk oleh seorang wanita yang sepantaran dengan dirinya ya mungkin dia sekretaris bos perusahaan ini pikir Naya.

Kini dirinya telah berada di ruangan dengan dinding berwarna hitam persis warna kesukaan Bagas Permana, beberapa berkas lamaran tepat di hadapannya, secangkir kopi terlihat masih panas ada sedikit bekas hisapan di tepian gelasnya di samping gelas itu ada sebuah foto yang sepertinya ia pernah bertemu dengan wanita di foto itu. 'Bukankah ini nenek yang pernah aku tolong sewaktu itu' naya mencoba mengingat-ingat kejadian yang telah lama terjadi pada hari itu. Seseorang membuka pintu, sontak Naya langsung meletakan foto itu kembali di tempatnya setelah itu dirinya kembali memperbaiki posisi duduknya. Pria tadi pun duduk sepertinya dia sudah siap mewawancarai Naya.

"Naya Harum, betul saya sedang berbicara dengan anda?" tanya pria itu sambil menopang dagu.

"Betul Pak."

"Ok, kalau saya tidak salah dengar anda adalah lulusan fashion design betul?" tanyanya lagi.

"Betul Pak, saya berencana melamar di kantor Bapak ini. Ya, walaupun saya belum memiliki pengalaman kerja sama sekali, tetapi saya punya semangat yang tinggi untuk memajukan perusahaan ini Pak." Dirinya berusaha meyakinkan pria yang berada di hapadannya itu.

"Baik sepertinya anda adalah orang yang kami cari selama ini untuk mengurus nyonya Biya." Mimik wajah Naya yang semula penuh semangat tiba-tiba terdiam, apa? Mengurus? Mengurus siapa? Tanyanya dalam hati.

"Maksudnya gimana ya Pak, apa saya tidak bekerja di perusahaan untuk menempati posisi sebagai desainer?" Ia bertanya kembali pada sang bapak.

"Ya, pada awalnya begitu. Tapi anda lebih cocok diposisi ini, untuk masalah gaji tenang saya setarakan dengan gaji para desainer kami." Si pria menunjukan foto yang ada di meja tadi.

"Nyonya Biya, bos besar di perusahaan ini. Dirinya sudah tua jadi butuh seorang yang mengurusnya."

'Apa? Nenek yang dia jumpai itu ternyata bos besar di perusahaan semegah ini tidak mungkin, apakah dia salah orang' pikir Naya.

"Bagaimana sudah bisa bekerja besok?" tanya si pria membuyarkan lamunan Naya.

"Baik Pak akan saya pikirkan lagi, akan segera saya hubungi Bapak."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suster Untuk CEO Jutek   Binatang Berbisa

    Matahari sudah mulai condong ke timur setelah hampir satu hari perjalanan Bagas memarkirkan mobilnya di halaman rumah bernuansa gothic ala-ala eropa. Naya memandangi sekitar 'wah luas sekali pekarangan rumah Bagas' Naya takjub akan rumah Bagas yang bak istana, rumah itu terletak di tengah padang rerumputan jika kita berjalan sedikit ke arah barat maka kita akan menemukan perternakan lebah milih keluarga Biya. Ya, keluarga itu adalah keluarga yang terpandang bisa dibilang orang berada, tak hanya itu di sana juga ada peternakan sapi perah yang tidak bisa dihitung dengan jari lagi jumlahnya. Bagas memanggil asistennya dari dalam rumah megah itu tampak seorang wanita dan pria tergesa-gesa menghampiri Naya dan Bagas."Mang Ujang tolong bawa tas ini masuk ya!" kata Bagas pada Mang Ujang, asisstennya."Baik, Den." Mang Ujang dan Bi Inah membawa semua tass besar itu masuk ke dalam rumah.tuk! tuk! suara tapak kaki seseorang, ternyata Nyonya Biya dan Gladis sudah berdiri

  • Suster Untuk CEO Jutek   Permainan Nyonya Biya

    Matahari bersinar cerah Naya dan Bagas hari ini akan melangsungkan perjalanannya ke Bandung. Berat hati sebenarnya Naya meninggalkan Nyonya Alexa, tetapi harus bagaimana lagi dia sekarang hanya bisa tunduk pada Bagas, suaminya. Setelah beberapa tas besar masuk ke dalam bagasi Naya dan Bagas kemudian berpamitan pada orang tua Naya, Nyonya Alexa dan Tuan Broto."Ma, Pa Naya pamit." Naya memeluk orang tuanya secara bergantian dan menyalami mereka."Iya Nak, kamu baik-baik di sana." Nyoya Alexa menitikkan air matanya begitu pula dengan Tuan Broto.Setelah acara perpisahan itu selesai Bagas dan Naya masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di halaman rumah Naya."Ma, Pa kami jalan dulu," sahut Bagas dari dalam mobil.Kedua orang tua itu melambaikan tangan seketika mobil tak tampak lagi di pelupuk mata Nyonya Alexa dan Tuan Broto. Ayah Naya membawa Nyonya Alexa kembali masuk ke dalam

  • Suster Untuk CEO Jutek   Perang Bantal

    "Eh Naya ini minum-minum." Nyonya Alexa memberikan segelas air putih pada Naya.Naya segera mengambil gelas yang diberikan oleh ibunya, bagaimana bisa Bagas memutuskan secepat ini pergi ke Bandung. Dia sama sekali belum pernah membicarakan hal ini pada Naya, dan lucunya lagi hah apa? Naya akan melanjutkan kuliah siapa yang bilang? Naya bergedik memijati pelipisnya, sementara Bagas terlihat biasa saja seperti tidak terjadi apa pun 'dasar rubah' Naya menatap wajah Bagas."Kamu gak apa-apa Naya, makannya pelan-pelan dong!" Nyonya Alexa menepuk punggung anaknya."Udah Ma, Naya gak apa-apa. Cuma keselek doang." Naya menoleh ke arah Bagas.Acara makan malam selesai, Naya menyempatkan untuk membatu Nyonya Alexa. Meskipun sesungguhnya ia lelah, tetapi tidak enak rasanya jika membiarkan wanita yang sudah masuk kepala lima itu berlama-lama berdiri seharusnya Naya bisa membatu ibunya ditambah lagi hari ini hari terakhirnya bisa menemani ibunya, Bagas sepertinya suda

  • Suster Untuk CEO Jutek   Ke Bandung

    Dengan cepat Naya meraih gagang lemarinya memilih pakaian yang akan ia kenakan. Karena Bagas berpikir Naya telah selesai berpakaian Bagas membalikkan badannya lagi tepat di hadapan Naya dan astaga Bagas berteriak melihat rambut Naya yang menjulur ke depan seperti hantu."Kamu ini kurang kerjaan atau apa sih?" Bagas mengelus dadanya."Eh salah aku apa Mas aja yang berlebihan, sama hantu aja takut, dasar penakut hahaha."Bagas masih terdiam di kamarnya, sementara Naya kini sudah duduk di meja riasnya merapikan rambutnya dia harus tampil cantik bukan. Walaupun hanya akan menghadiri makan malam."Berapa jam lagi kamu selesaiberdandan?" Bagas memutarkan bola matanya tanda bosan."Mas duluan aja apa susahnya sih." Ia menoleh ke cermin kembali.Bagas berjalan ke arah meja rias lalu mengambil sisir yang semula ada di tangan Naya. Dengan gerakan yang s

  • Suster Untuk CEO Jutek   Balas Dendam

    Gadis manja akan menjadi babu untuk Biya .... Dia akan tahu seberapa sakit hati ini oleh bibinya ... Hem .... (Bersenandung) "Gladis bisakah kau ambilkan roti lagi untukku." Nyonya Biya berhenti mengoleskan selai madu di dasaran rotinya. "Nyonya kenapa anda terlihat begitu bahagia di atas penderitaanku." Gladis berjalan menemui Biya menyerahkan dua lembar roti tawar yang diambilnya dengan malas. Gladis adalah seorang wanita berdarah campuran, ayahnya seorang warga berdarah Eropa lebih tepatnya, Inggris, sementara sang ibu murni Indonesia tulen. Nyonya Biya dan ibu Gladis merupakan sahabat lama, Gladis dan Bagas juga sudah menjalin persahabatan sejak kecil umur mereka hanya terpaut selisih hitungan bulan saja. Gladis adalah sosok wanita yang supel, fashionable, perpeksionis, satu lagi ambisius ia akan rela mengobarkan segalanya demi mendapatkan semua yang dia inginkan. Sudah lama i

  • Suster Untuk CEO Jutek   Bertengkar

    Bagas tak menghiraukan perkataan sang istrinya itu. Sementara naya, menutup kedua netranya berharap malam ini Bagas tak melakukan ritual yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pengantin baru. Jantung Naya berdegub kencang 'mati aku, oh tidak Tuhan ... aku mohon jangan hari ini' Naya berkomat-kamit tidak jelas sambil memicingkan matanya lagi.'huft' Bagas mengambil handuk putih di belakang tubuh Naya yang letaknya di atas nakas, memang sungguh menyebalkan kenapa dia tak mengambil handuk itu langsung ke Nakas. Bagas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu Naya yang kini sudah bercucuran keringat."Kamu pikir aku mau melakukan itu padamu hahaha, atau kamu yang menginginkannya," ujar Bagas."Dasar tidak waras." Naya melipat tangannya memalingkan wajah kesalnya hingga muka lelaki menyebalkan itu tak ia lihat lagi.Bagas mendekat kembali. "Mandi bareng yuk?"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status