Bagas Permana merupakan CEO yang terkenal dingin. Ia dingin bukan tanpa alasan, Bagas membenci wanita semuanya bermula dari trauma masa lalu yang dimiliki keluarganya. Namun, kehadiran Naya mampu merubah semuanya, Bagas yang dulu sangatlah dingin kini menjadi pria yang penuh dengan cinta. Akan tetapi semua tak bertahan lama. Hingga akhirnya Nyonya Biya, ibu dari Bagas mengetahui latar belakang gadis yang bernama Naya Hanum yang tak lain adalah anak dari musuh masa lalu Nyonya Biya. Beliau memasang strategi untuk membalaskan dendamnya dengan cara Menjodohkan Bagas dengan Naya. Akankah tujuan Nyonya Biya tercapai? Ataukah cinta Bagas dan Naya akan menemukan jalan bahagianya?
View MoreAwan pagi ini kelabu sepertinya akan hujan, seorang gadis muda mengenakan jaket berwarna putih menatap langit pagi sambil membetulkan tali sepatunya, beberapa kendaraan terlihat lalu lalang di pagi yang dingin, gadis dengan mata coklat itu melangkahkan kakinya ke suatu pusat perbelanjaan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Seekor burung merpati melintas di hadapannya, warnanya hitam legam dengan corak seperti kalung di bagian lehernya. Burung itu bertengger di punggung tangan si gadis sepertinya pagi ini ia belum mendapatkan makanan sama sekali, sang gadis memberikan sepotong roti dari dalam tas kecil yang selalu ia bawa kemana pun. Setelah merasa kenyang burung merpati itu pun mengepakkan sayapnya terbang bersama kawanannya yang lain.
Gadis dengan jaket putih memasuki swalayan di seberang jalan, beberapa karyawan menyapanya dengan penuh kehangatan, sepertinya dirinya sudah terbiasa berkunjung di swalayan itu. Ia berjalan mengitari rak cemilan di bagian sisi kiri swalayan, semua tertata rapi dari cemilan pedas sampai pada yang asam gurih juga tersedia. Kakinya terhenti melihat beberapa cemilan varian keju di sudut rak toko itu, tempatnya sangat tersembunyi mungkin saja ini adalah cemilan paling enak di toko ini pikirnya."Baiklah, kita coba varian ini sepertinya enak, varian keju," ujarnya tersenyum bagaikan mendapat harta Karun.Tangannya yang mungil lincah mengambil cemilan varian keju itu sambil bermonolog, tiba-tiba matanya tertuju pada satu cemilan kesukaannya roti dengan isian keju meleleh di dalamnya. Keranjangnya sudah mulai terisi penuh, tidak menunggu lama Kini posisinya tetap di hadapan roti itu. Namun, sebelum tangannya berhasil menangkap harta karun itu, lelaki berprawakan tinggi yang entah dari mana asalnya tiba-tiba menyambar roti incarannya dengan sekejap mata"Permisi Tuan, itu milikku," ujarnya.bola matanya yang coklat bulat membelalak si pria dengan tajam. Ia tidak terima cemilan yang sedari tadi diincarnya jatuh ke tangan si pria sedangkan pria dengan wajah datar di sampingnya tetap kukuh pada pendiriannya, sang pria memilih meninggalkan si gadis berjalan ke arah meja kasir tanpa memperdulikan seorang gadis pendek di hadapannya meringis layaknya seperti bocah yang sedang direbut mainannya."Eh, anda buta ya? Aku lagi ngomong," hardik si gadis.Gadis yang memiliki rambut ikal itu belum menyerah untuk mendapatkan yang katanya haknya, ia mempercepat laju jalannya sekarang dirinya tepat beriringan dengan pria jutek, tetapi sang pria tetap acuh sesekali bola matanya yang hitam menatap sinis dan merasa gadis yang berdebat dengannya adalah orang yang aneh. Sang pria tetap kukuh pada tujuannya ke meja kasir. Seketika gadis tersebut menghadang sang pria."Stop ...,"pekiknya sambil merentangkan kedua tangan, semua pengunjung supermarket melirik ke arah gadis tersebut.Ia hanya bisa menyengirkan bibirnya ke arah mata yang melihat lalu menatap kembali pria di hadapannya dengan mata yang tajam.
"Kembalikan roti itu!" gertaknya, sedangkan sang pria menatap dingin padanya."Roti ini belum kamu bayar, berarti masih hak semua orang untuk membelinya." Ia lalu meninggalkan si gadis kembali."Tapi roti itu pertama kali aku yang lihat." Ia kembali menghadang pria."Cuma ini aja, Pak, tidak ada yang lain?" ucap sang kasir."Tidak.""Total semua tiga puluh ribu, ya, Pak.""Mba, saya beli rotinya lima puluh ribu deh, buat saya." Si pria menatap ke arah si gadis.Kasir swalayan itu merasa kebingungan, ya bagaimana tidak seorang pria dan gadis memperebutkan sepotong roti sungguh tidak masuk akal, si kasir garuk-garuk kepala, tetapi dirinya mencoba untuk bersikap profesional."Saya beli roti ini seratus ribu, Mba." Si pria pun tak tinggal diam, dan menggenggam roti tadi."Saya beli seratus lima puluh," ucap sang gadis lagi."Dua ratus," sela sang pria dan terjadilah lelang cemilan."Satu juta," ucap sang pria.Si gadis menatap kesal ke arah pria, sebab akhirnya lelang roti itu dimenangkan oleh sang pria. Ia berjalan meninggalkan meja kasir sambil tersenyum puas ke arah si gadis. Tak mau kalah gadis itu tetap kukuh pada pendiriannya roti itu adalah haknya."Aku bakal beli roti itu seharga yang anda mau, tapi aku minta rotinya dulu soalnya aku gak bawa uang cash." Si pria menatap si gadis lalu menunduk membisikkan sesuatu ke telinga si gadis.
"Boleh, cukup puaskan aku." Pria tersenyum jahat.Si gadis sontak melayangkan tamparan keras di pipi kiri si pria dingin, wajahnya memerah menandakan emosinya yang mungkin seketika akan meledak."Anda gila ya, cepat mana roti itu berikan padaku?" gertak si gadis.Pria itu terseyum kecil kemudian tertawa lepas seperti iblis, tangannya yang kekar menyabik bungkus roti. Semua berhamburan keluar si gadis sontak terkejut ketika pria itu tepat mendaratkan sepatu hitamnya yang mengkilat di dasar roti yang tergeletak di lantai swalayan sehingga membuat roti itu pipih seperti kertas. Gadis itu menatap tajam pria dengan penuh jengkel."Dasar manusia terkutuk." Sambil menunjuk ke arah pria.Sang pria tidak peduli akan kecaman gadis mungil itu kemudian berjalan gontai sambil mengacungkan jempolnya di udara, tanda kemenangan atas dirinya. Naya Hanum seorang gadis berprawakan pendek, kulitnya putih bersih dengan mata sipit sehingga ia terkesan sangat menggemaskan. Ya, dia gadis yang memulai lelang roti dengan pria dingin di swalayan.Matahari sudah mulai condong ke timur setelah hampir satu hari perjalanan Bagas memarkirkan mobilnya di halaman rumah bernuansa gothic ala-ala eropa. Naya memandangi sekitar 'wah luas sekali pekarangan rumah Bagas' Naya takjub akan rumah Bagas yang bak istana, rumah itu terletak di tengah padang rerumputan jika kita berjalan sedikit ke arah barat maka kita akan menemukan perternakan lebah milih keluarga Biya. Ya, keluarga itu adalah keluarga yang terpandang bisa dibilang orang berada, tak hanya itu di sana juga ada peternakan sapi perah yang tidak bisa dihitung dengan jari lagi jumlahnya. Bagas memanggil asistennya dari dalam rumah megah itu tampak seorang wanita dan pria tergesa-gesa menghampiri Naya dan Bagas."Mang Ujang tolong bawa tas ini masuk ya!" kata Bagas pada Mang Ujang, asisstennya."Baik, Den." Mang Ujang dan Bi Inah membawa semua tass besar itu masuk ke dalam rumah.tuk! tuk! suara tapak kaki seseorang, ternyata Nyonya Biya dan Gladis sudah berdiri
Matahari bersinar cerah Naya dan Bagas hari ini akan melangsungkan perjalanannya ke Bandung. Berat hati sebenarnya Naya meninggalkan Nyonya Alexa, tetapi harus bagaimana lagi dia sekarang hanya bisa tunduk pada Bagas, suaminya. Setelah beberapa tas besar masuk ke dalam bagasi Naya dan Bagas kemudian berpamitan pada orang tua Naya, Nyonya Alexa dan Tuan Broto."Ma, Pa Naya pamit." Naya memeluk orang tuanya secara bergantian dan menyalami mereka."Iya Nak, kamu baik-baik di sana." Nyoya Alexa menitikkan air matanya begitu pula dengan Tuan Broto.Setelah acara perpisahan itu selesai Bagas dan Naya masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di halaman rumah Naya."Ma, Pa kami jalan dulu," sahut Bagas dari dalam mobil.Kedua orang tua itu melambaikan tangan seketika mobil tak tampak lagi di pelupuk mata Nyonya Alexa dan Tuan Broto. Ayah Naya membawa Nyonya Alexa kembali masuk ke dalam
"Eh Naya ini minum-minum." Nyonya Alexa memberikan segelas air putih pada Naya.Naya segera mengambil gelas yang diberikan oleh ibunya, bagaimana bisa Bagas memutuskan secepat ini pergi ke Bandung. Dia sama sekali belum pernah membicarakan hal ini pada Naya, dan lucunya lagi hah apa? Naya akan melanjutkan kuliah siapa yang bilang? Naya bergedik memijati pelipisnya, sementara Bagas terlihat biasa saja seperti tidak terjadi apa pun 'dasar rubah' Naya menatap wajah Bagas."Kamu gak apa-apa Naya, makannya pelan-pelan dong!" Nyonya Alexa menepuk punggung anaknya."Udah Ma, Naya gak apa-apa. Cuma keselek doang." Naya menoleh ke arah Bagas.Acara makan malam selesai, Naya menyempatkan untuk membatu Nyonya Alexa. Meskipun sesungguhnya ia lelah, tetapi tidak enak rasanya jika membiarkan wanita yang sudah masuk kepala lima itu berlama-lama berdiri seharusnya Naya bisa membatu ibunya ditambah lagi hari ini hari terakhirnya bisa menemani ibunya, Bagas sepertinya suda
Dengan cepat Naya meraih gagang lemarinya memilih pakaian yang akan ia kenakan. Karena Bagas berpikir Naya telah selesai berpakaian Bagas membalikkan badannya lagi tepat di hadapan Naya dan astaga Bagas berteriak melihat rambut Naya yang menjulur ke depan seperti hantu."Kamu ini kurang kerjaan atau apa sih?" Bagas mengelus dadanya."Eh salah aku apa Mas aja yang berlebihan, sama hantu aja takut, dasar penakut hahaha."Bagas masih terdiam di kamarnya, sementara Naya kini sudah duduk di meja riasnya merapikan rambutnya dia harus tampil cantik bukan. Walaupun hanya akan menghadiri makan malam."Berapa jam lagi kamu selesaiberdandan?" Bagas memutarkan bola matanya tanda bosan."Mas duluan aja apa susahnya sih." Ia menoleh ke cermin kembali.Bagas berjalan ke arah meja rias lalu mengambil sisir yang semula ada di tangan Naya. Dengan gerakan yang s
Gadis manja akan menjadi babu untuk Biya .... Dia akan tahu seberapa sakit hati ini oleh bibinya ... Hem .... (Bersenandung) "Gladis bisakah kau ambilkan roti lagi untukku." Nyonya Biya berhenti mengoleskan selai madu di dasaran rotinya. "Nyonya kenapa anda terlihat begitu bahagia di atas penderitaanku." Gladis berjalan menemui Biya menyerahkan dua lembar roti tawar yang diambilnya dengan malas. Gladis adalah seorang wanita berdarah campuran, ayahnya seorang warga berdarah Eropa lebih tepatnya, Inggris, sementara sang ibu murni Indonesia tulen. Nyonya Biya dan ibu Gladis merupakan sahabat lama, Gladis dan Bagas juga sudah menjalin persahabatan sejak kecil umur mereka hanya terpaut selisih hitungan bulan saja. Gladis adalah sosok wanita yang supel, fashionable, perpeksionis, satu lagi ambisius ia akan rela mengobarkan segalanya demi mendapatkan semua yang dia inginkan. Sudah lama i
Bagas tak menghiraukan perkataan sang istrinya itu. Sementara naya, menutup kedua netranya berharap malam ini Bagas tak melakukan ritual yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pengantin baru. Jantung Naya berdegub kencang 'mati aku, oh tidak Tuhan ... aku mohon jangan hari ini' Naya berkomat-kamit tidak jelas sambil memicingkan matanya lagi.'huft' Bagas mengambil handuk putih di belakang tubuh Naya yang letaknya di atas nakas, memang sungguh menyebalkan kenapa dia tak mengambil handuk itu langsung ke Nakas. Bagas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu Naya yang kini sudah bercucuran keringat."Kamu pikir aku mau melakukan itu padamu hahaha, atau kamu yang menginginkannya," ujar Bagas."Dasar tidak waras." Naya melipat tangannya memalingkan wajah kesalnya hingga muka lelaki menyebalkan itu tak ia lihat lagi.Bagas mendekat kembali. "Mandi bareng yuk?"
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments