Share

Menjadi Suster dan Perjodohan

Naya berjalan keluar dari kantor itu dia masih bingung apa dirinya harus bekerja sebagai suster, sedangkan dirinya adalah sarjana ya ampun apa kata Nyonya alexa nanti. Ya, walaupun gajinya juga cukup besar untuk seorang yang belum memiliki pengalaman kerja sama sekali seperti dirinya ini. Naya memutuskan untuk pulang, dari kejauhan tampak Bagas sedang menunggu Naya.

"Udah selesai?" tanya Bagas.

"Udah kau pergi saja aku gak usah dianter,"

"Aku gak mau kamu capek ya, ayo masuk!" jawab Bagas.

Dengan terpaksa Naya menuruti perkataan Bagas. Kepalanya terasa mau pecah dengan semua ini. Bagas yang memperhatikan Naya sangat gusar mencoba bertanya apa yang terjadi.

" Calon istriku kenapa?" Naya mencoba tidak mendengarkan Bagas.

"Nay? Sayang?" tanya Bagas lagi.

"Tau ah kamu bikin pusing aja, aku ngelamar  kerja cuma buat jadi suster buat lansia, huh." Naya menumpahkan segala emosinya pada Bagas.

"Ya ga papa dong, sekalian kamu belajar mengurus mertua kamu besok." Naya kembali diam pria menyebalkan ini membuat suasana hatinya jadi tambah kacau.

Tidak berselang lama tampak rumah cat putih tulang, dengan kusen berwarna coklat yang lain tak bukan adalah rumah Naya. Bagas membukakan pintu untuk Naya.

"Makasih,"

"Sama-sama, besok aku jemput lagi ya.

'Kan sekarang aku udah tau rumah kamu dimana."

"Gak usah." Bagas terkekeh melihat wajah Naya yang imut ketika sedang jutek.

Naya menjauh lalu masuk ke dalam rumah ternyata Nyonya Alexa mengintip dari jendela ruang tamu sedangkan Tuan Broto tengah asik menyesap kopinya sambil menyaksikan siaran televisi.

"Mama ngapain?" Naya memergoki Alexa.

"Itu siapa yang nganter kamu?" Alexa menghampiri putrinya.

"Udah ah Ma capek, nay mau istirahat dulu." Naya berjalan menaiki tangga.

"Nay kalau ada pacar kok gak bilang Mama si, Nay. Nay hei dasar itu anak."

Tuan Broto menengahi anak dan ibu itu.

"Sudahlah Ma, mungkin cuma teman biarin putri kita tidur."

Nyonya Alexa mengiyakan perkataan Tuan Broto, lalu menyaksikan layar televisi kembali. Untung saja ada pawang Nyonya Alexa berada di sana.

Naya menggaruk bokongnya, pagi ini ia menggunakan sweater putih dengan celana Senada dengan sweaternya itu. Naya membuka pintu lemari pendingin, mencari sekaleng susu setelah diraihnya kaleng susu itu kemudian dituangkannya ke dalam gelas tinggi sambil bersenandung ria. Matanya menatap roti tawar di atas meja dengan selai keju lagi-lagi ia teringat akan pria menyebalkan itu.

***

Naya duduk di tepi ranjang kemudian sesosok pria datang mengenakan jas putih ia membuka satu persatu kancing jasnya kemudian di lanjutkan dengan kemejanya. Naya menutup mata dengan kedua telapak tangannya.

"Kita sudah sah bukan, ayo ...." Bagas mencoba mengecup leher Naya.

"Aaagh jangan-jangan."

Naya menepis lamunannya, 'eh jangan berpikiran yang aneh-aneh Naya' Naya menepuk jidatnya sendiri. Ia mengambil dua potong roti lalu dimasukkannya ke pemanggang roti. Kruk! Suara roti bakar keluar dari pemanggangan ia mengambil roti yang sudah kecoklatan tadi, mengoles perlahan dengan selai keju di dasar roti tak lupa ditambahkannya daging tipis setelah persiapan sarapan dirasa siap ia meletakkan sepotong roti isi daging dan segelas susu di atas baki dan membawa baki itu kembali ke kamarnya. Namun, langkahnya terhenti ia melihat Om Toto, sahabat ayahnya itu seketika sudah ada di ruang tunggu tamu, Naya spontan menemuinya ia meletakkan baki yang ia bawa tadi di atas meja kecil.

"Wah apa kabar om, lagi ada perlu sama papa ya Om?" tanya Naya mendekat.

"Baik Naya, ia ada perlu juga dengan kamu." Om Toto tersenyum pada Naya.

Naya sedikit bingung. "Oh begitu Om, baik tapi Naya mau sarapan dulu, Om sudah sarapan atau mau Naya bikinkan sarapan?" Naya menoleh hendak menuju dapur kembali

"Tidak perlu secangkir kopi dengan biskuit sudah cukup."

"Baiklah Om, maaf ya Naya makan di depan Om," ujar Naya sopan.

"Ya silakan."

Naya menghabiskan sarapan paginya sambil memikirkan apalagi yang akan terjadi pagi ini, drama apa lagi? Tiba-tiba nyonya  Alexa dan Tuan Broto menampakkan batang hidungnya lalu menyapa Naya tidak seperti biasanya.

"Eh sayang udah bangun, duduk disini Nak." Naya yang sedari tadi  duduk sedikit berjauhan kini duduk di samping Nyonya Alexa.

Nyonya Alexa adalah wanita yang supel tidak seperti Naya. dirinya masih terlihat muda diumur yang menginjak kepala  lima, namun walaupun begitu dirinya masih memiliki semangat muda, kepandaiannya dalam mengurus rumah patut diacungi jempol, mungkin karena itu Tuan Broto ayah Naya mau mempersunting Nyonya Alexa walaupun terkadang dirinya juga menyebalkan. Akan tetapi, Tuan Broto sangat mencintai istrinya.

"Iya, Ma." Muka tegang Naya jujur tidak dapat ia sembunyikan sambil membersihkan sisa sarapan pagi yang melekat di pipinya.

"Ini ada apa ya, Ma, Pa?" tanya Naya pada Nyonya Alexa dan Tuan Broto.

"Gini sayang mama dan papa serta Om Toto sudah memastikan tanggal pertunangan kamu dengan keponakannya."

"Ya, Papa juga sudah mengurus semua keperluan untuk acara pertunangan kamu, bukan begitu Pak Toto?" timpal Tuan Broto disahuti lagi oleh Om Toto.

"Ya betul sekali jadi kamu cukup mempersiapkan diri saja Naya."

"Hah? Eh permisi Ya Om, Pa, Naya ada Urusan sebentar dengan Mama." Tuan Broto dan Om Toto membalas dengan anggukan kemudian keduanya berbincang kembali.

Naya dengan cepat menarik tangan Nyonya Alexa ke arah dapur, sambil menggelengkan kepala tak habis pikir apa yang dilakukan Nyonya Alexa dan ayahnya terhadap hidup putrinya itu.

"Mama, berapa kali Naya bilang Naya belum mau nikah, Ma. Lagian Naya belum tahu siapa cowok itu. Aduh Mama mau ya Naya gila?"

"Huus, mulutmu itu lo direm. Ini demi kebaikan kamu, Naya. Kamu gak bisa apa- apa dengan ini kami bisa hidup senang tanpa kerja ya, 'kan."

"Tapi Ma." Naya belum melanjutkan perkataannya Nyonya Alexa sudah memilih untuk melanjutkan rencananya bersama Om Toto.

"Sial." Naya kembali menunjukan muka bebalnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status