Share

26. Dimulainya Sebuah Rasa

“Nilai kamu sudah keluar,” kata Quin begitu melihat Sena memasuki ruang kerjanya. Quin memang menyuruh salah satu pelayannya untuk membawa Sena.

“Hah?”

“Tuh!”

Dengan dagunya, Quin menunjuk ke arah laptop yang terbuka. Sena buru-buru berjalan ke samping Quin agar bisa melihat layar laptop, tapi Quin justru memutar laptop itu dan menjauhkannya dari Sena.

“Aku mau lihat!”

Quin tersenyum misterius.

“Yakin mau lihat?”

“Kenapa? Nilaiku jelek, ya? Banyak C-nya, ya?” Sena kelabakan. Di semester dua kemarin, nilainya sudah turun. Jangan sampai semester tiga ini, nilainya kembali turun. Orangtuanya memang tidak pernah protes, tapi justru karena itu, Sena semakin merasa bersalah.

“Sini duduk,” ujar Quin sambil menepuk pahanya.

“Nggak mau! Aku mau lihat nilai aja!”

“Makanya sini duduk!”

Sena teringat kejadian tiga hari yang lalu di kolam renang. Sejak saat itu, Quin jadi jarang menemuinya. Sena juga lebih se

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status